Rusia Serang Ukraina Diduga Gunakan Rudal Buatan Korea Utara
KIEV, SATUHARAPAN.COM-Rusia menyerang wilayah Kharkiv di Ukraina timur dengan peluru kendali (Rudal) buatan non Rusia, kata gubernur wilayah tersebut, Oleh Synehubov pada hari Jumat (5/1) menurut laporan lembaga penyiaran publik Ukraina, Suspilne.
“Kami sedang melakukan semua pemeriksaan yang diperlukan. Saya akan mengatakan untuk saat ini bahwa penandaan pada Rudal-rudal ini telah dihapus, tetapi apa yang dapat kita lihat (adalah) negara yang memproduksinya bukanlah Federasi Rusia,” Suspilne mengutip ucapan Synehubov.
Para pejabat intelijen Amerika Serikat telah menetapkan bahwa Rusia telah memperoleh rudal balistik dari Korea Utara dan sedang mencari rudal balistik jarak dekat dari Iran ketika Moskow berjuang untuk menambah pasokan untuk perangnya dengan Ukraina, Gedung Putih mengatakan pada Kamis (4/1).
Intelijen yang baru-baru ini dibuka rahasianya menemukan bahwa Korea Utara telah memberi Rusia peluncur Pudal balistik dan beberapa Rudal balistik, kata juru bicara Dewan Keamanan Nasional John Kirby. Pasukan Rusia menembakkan setidaknya satu rudal balistik ke Ukraina pada 30 Desember dan mendarat di lapangan terbuka di wilayah Zaporizhzhia, katanya.
Rusia meluncurkan beberapa rudal balistik Korea Utara pada hari Selasa sebagai bagian dari serangan semalam, dan AS sedang menilai dampaknya, katanya. Rudal tersebut memiliki jangkauan sekitar 550 mil (885 kilometer).
Para pejabat intelijen AS percaya bahwa Korea Utara, sebagai imbalan atas dukungan persenjataannya, ingin Rusia menyediakan pesawat terbang, Rudal permukaan-ke-udara, kendaraan lapis baja, peralatan produksi Rudal balistik, dan teknologi canggih lainnya.
Kirby mengatakan bahwa kesepakatan Rusia-Iran belum selesai tetapi AS “khawatir bahwa negosiasi Rusia untuk memperoleh Rudal balistik jarak dekat dari Iran mengalami kemajuan pesat.”
Temuan intelijen AS mendukung penilaian Korea Selatan bahwa Korea Utara telah meningkatkan kerja samanya dengan Moskow. Militer Korea Selatan mengatakan pada bulan November bahwa mereka mencurigai Korea Utara telah mengirimkan rudal balistik jarak pendek, Rudal anti tank, dan Rudal anti udara portabel dalam jumlah yang tidak ditentukan ke Rusia, selain senapan, peluncur roket, mortir, dan peluru.
Pemerintahan Biden telah berulang kali berupaya menyatakan bahwa Kremlin telah bergantung pada Korea Utara, serta Iran, dalam hal persenjataan yang dibutuhkannya untuk berperang melawan Ukraina dan telah mengungkapkan temuan intelijen yang menurut mereka menunjukkan hal yang sama.
Korea Utara dan Iran sebagian besar terisolasi di panggung internasional karena program nuklir dan catatan hak asasi manusia mereka.
Gedung Putih pada bulan Oktober mengatakan bahwa Korea Utara mengirimkan lebih dari 1.000 kontainer peralatan militer dan amunisi ke Rusia.
Hubungan antara Rusia dan Korea Utara dimulai sejak berdirinya Korea Utara pada tahun 1948. Para pejabat Uni Soviet mengangkat seorang nasionalis muda dan ambisius, Kim Il Sung, mendiang kakek pemimpin saat ini Kim Jong Un, sebagai penguasa pertama negara tersebut. Pengiriman bantuan dari Uni Soviet sangat penting dalam menjaga perekonomian Korea Utara selama beberapa dekade sebelum disintegrasi Uni Soviet pada awal tahun 1990an.
Kim melakukan perjalanan ke Rusia pada bulan September untuk bertemu Presiden Vladimir Putin dan mengunjungi situs-situs militer utama.
Gedung Putih mengatakan Rusia telah menerima ratusan drone serang satu arah, serta peralatan terkait produksi drone, dari Iran. Pemerintahan Partai Demokrat juga menuduh Teheran menyediakan bahan-bahan kepada Rusia untuk membangun pabrik manufaktur drone di timur Moskow.
Kirby mengatakan AS akan menyampaikan kekhawatirannya mengenai temuan pengaturan senjata di Dewan Keamanan PBB dan akan menerapkan sanksi tambahan terhadap individu dan entitas Korea Utara dan Iran yang memfasilitasi transfer senjata dengan Rusia.
Sementara itu, Kementerian Pertahanan Rusia mengatakan pada hari Jumat (5/1) bahwa pihaknya berhasil menangkis serangan Ukraina di Krimea pada hari yang sama, dengan menembak jatuh 36 drone di semenanjung yang dianeksasi tersebut.
Upaya Kiev untuk melakukan “serangan menggunakan kendaraan udara tak berawak jenis pesawat terhadap sasaran di wilayah Federasi Rusia telah digagalkan”, kata kementerian pertahanan dalam sebuah pernyataan di Telegram.
Dikatakan bahwa sistem pertahanan udaranya “menghancurkan dan mencegat” 36 drone Ukraina di Krimea, sebuah semenanjung yang dianeksasi Rusia pada tahun 2014 dan Kyiv berjanji akan merebutnya kembali.
Pesawat tak berawak Ukraina lainnya di wilayah Krasnodar barat Rusia hancur, tambah kementerian itu.
Kiev telah menyerang wilayah yang dikuasai Rusia selama perang, meluncurkan Rudal dan drone ke Sevastopol, kota terbesar di Krimea, dalam upaya untuk menekan armada angkatan laut Rusia di Laut Hitam.
Pada hari Kamis, Ukraina mengatakan pihaknya menargetkan pos komando Rusia di dekat kota pelabuhan dalam serangan udara yang menurut Moskow melukai satu orang.
Serangan terbaru ini terjadi di tengah meningkatnya serangan Rusia terhadap Ukraina dan serangan Ukraina terhadap Rusia dan wilayah pendudukan.
Presiden Ukraina, Volodymyr Zelenskky, berjanji dalam pidato Tahun Barunya pekan lalu untuk melampiaskan “kemarahan” terhadap pasukan Rusia pada tahun 2024, dengan memperingatkan bahwa Kiev telah meningkatkan produksi senjata dalam negeri.
Pemimpin Rusia Vladimir Putin berjanji untuk mengintensifkan serangan terhadap Ukraina setelah serangan yang belum pernah terjadi sebelumnya di kota Belgorod di Rusia pada akhir pekan. (Reuters/AP/AFP)
Editor : Sabar Subekti
Penyakit Pneumonia Terus Menjadi Ancaman bagi Anak-anak
JAKARTA, SATUHARAPAN.COM-Wakil Menteri Kesehatan, Dante Saksono Harbuwono, mengatakan, pneumonia ser...