Saksi Yehuwa Dilarang di Rusia
MOSKOW, SATUHARAPAN.COM - Pemerintah Rusia mulai menghentikan ibadah Saksi Yehuwa (atau disebut juga Saksi-saksi Yehuwa) dan mengumpulkan identitas para pengikutnya menyusul keputusan Mahkamah Agung negara itu yang melarang semua kegiatan organisasi keagamaan tersebut.
Mahkamah Agung Rusia pekan lalu mendukung tuntutan Kementerian Kehakiman Rusia yang menyatakan bahwa kegiatan Saksi Yehuwa melanggar undang-undang anti-ekstremisme negara tersebut.
Mahkamah Agung memerintahkan menutup 395 kantor cabang organisasi itu untuk disita dan kegiatannya dilarang.
Saksi Yehuwa memiliki pengikut 175.000 orang di Rusia dan telah aktif di negara ini sejak tahun 1991, belum menerima keputusan tertulis dari pengadilan, yang dibutuhkannya untuk mengajukan banding, sesuatu yang mereka katakan akan mereka lakukan.
Sementara itu, rekening bank kelompok itu di Rusia telah dibekukan dan sebagian besar ruangan di mana anggota berkumpul untuk beribadah dan berdoa sudah menghentikan kegiatan. Beberapa kantor cabang lokal masih beroperasi, tetapi kehadiran polisi dirasakan sebagai intimidasi , kata juru bicara Saksi Yehuwa di Rusia, Yaroslav Sivulskiy.
"Kami memperkirakan polisi akan sangat aktif untuk mengganggu ibadah," katanya kepada Newsweek, Selasa (25/04). "Kami sudah mulai menerima laporan di beberapa tempat bahwa ibadah terganggu. Mereka mengambil data pribadi, seperti salinan identitas pribadi, siapa yang ada di sana. Dan setelah itu, mereka membiarkan mereka pergi, tapi mereka ingin tahu siapa yang menghadiri ibadah tersebut. "
Selama sidang Mahkamah Agung sepanjang enam hari, kementerian kehakiman mengatakan bahwa anggota kelompok itu dapat diadili secara terpisah jika keputusan tersebut mendukungnya. Sivulskiy mengatakan bahwa dia sekarang takut para pengukut Saksi Yehuwa akan dipenjara.
"Mungkin bisa terjadi," katanya. "Sejauh ini tidak ada yang dipenjarakan tapi keputusan pengadilan ini adalah masalah utama. Ini membuka pintu untuk tindakan yang tidak adil terhadap Saksi Yehuwa. Kami tidak memiliki ilusi bahwa semuanya akan baik-baik saja."
Ini merupakan kekalahan berikutnya bagi Saksi Yehuwa setelah pada hari Senin sebuah pengadilan distrik di Moskow menolak gugatan hukum yang mereka ajukan untuk membatalkan pembekuan aset kelompok itu yang diberlakukan ketika kementerian kehakiman Rusia mendeklarasikannya sebagai organisasi ekstremis bulan lalu.
Satu-satunya langkah yang tersisa bagi mereka adalah mengadukan masalah mereka ke Pengadilan HAM Eropa. Tetapi bahkan jika pengadilan tersebut mendukung kelompok tersebut, tidak ada jaminan bahwa Rusia akan menerima keputusannya.
Undang-undang anti-ekstremisme diperkenalkan di Rusia menyusul perang kedua kalinya negara itu di Chechnya pada tahun 1999 dan 2000 dan serangan 9/11 di Amerika Serikat. Dalam persidangan Mahkamah Agung, kementerian kehakiman berpendapat bahwa Saksi Yehuwa yang menolak melakukan transfusi darah merupakan salah satu pelanggaran terhadap undang-undang tersebut. Denominasi Kristen, yang dibentuk dan masih memiliki kantor pusatnya di Amerika Serikat, telah dicegah untuk mengimpor teks-teks agamanya.
Berbagai pihak menyatakan keprihatinan atas larangan ini. Situs resmi Saksi Yehuwa, jw.org, memuat pernyataan sejumlah tokoh.
"Kalau Saksi-Saksi Yehuwa itu ekstremis, berarti kita semua juga ekstremis,” kata Heiner Bielefeldt, mantan Pelapor Khusus PBB untuk Kebebasan Beragama dan Berkeyakinan.
"Satu-satunya hubungan antara Saksi-Saksi Yehuwa dan kekerasan adalah mereka menjadi korban kekerasan," kata Sosiologi dan Mantan Wakil OSCE tentang Pemberantasan Rasisme, Xenofobia, Diskriminasi, Massimo Introvigne.
Dosen Kepala/Kepala Peneliti, Departemen Penelitian Lintas-Budaya dan Wilayah, University of Copenhagen, Annika Hvithamar mengatakan, "Kalau Saksi-Saksi Yehuwa itu ekstremis, itu berarti kebanyakan aliran Kristen lain juga bisa disebut sebagai kelompok ekstremis."
Ketua Moscow Helsinki Group, Anggota Dewan Kepresidenan Rusia untuk Masyarakat dan Hak Asasi Manusia,Lyudmila Alekseyeva berpendapat: ”Ini bukan hanya kesalahan, ini suatu tindakan kriminal.”
Sementara Pemimpin Redaksi Majalah Agama dan Hukum Rusia, Anatoly Vasilyevich Pchelintsev berseru: ”Mari kita bela Saksi-Saksi Yehuwa!”
Editor : Eben E. Siadari
Bebras PENABUR Challenge : Asah Kemampuan Computational Thin...
Jakarta, satuharapan.com, Dunia yang berkembang begitu cepat memiliki tantangan baru bagi generasi m...