Sandera dan Korban Serangan Hamas di Israel Termasuk Sejumlah Warga Negara Asing
YERUSALEM, SATUHARAPAN.COM-Sejumlah orang warga negara Amerika Serikat yang tidak diketahui jumlahnya termasuk di antara orang-orang yang ditawan Hamas ketika mereka menyerang Israel dari Jalur Gaza, kata duta besar Israel untuk Amerika Serikat pada hari Minggu (8/10).
Diplomat Michael Herzog ditanyai di CBS News apakah ada orang Amerika di antara tentara dan warga sipil yang ditangkap kelompok militan Palestina di Israel selatan. “Saya paham ada, tapi saya belum punya detailnya,” katanya.
Selain itu, beberapa warga Jerman, yang juga warga negara Israel, termasuk di antara mereka yang ditangkap oleh militan Hamas, kata sumber kementerian Jerman pada hari Minggu (8/10). Sumber tidak merinci jumlah yang terlibat. “Sejauh yang kami tahu, mereka semua adalah warga negara Israel dan juga warga Jerman,” tambah mereka.
12 warga Thailand Tewas di Israel
Dua belas warga negara Thailand tewas di Israel setelah serangan Hamas, kata juru bicara Kementerian Luar Negeri Thailand, Kanchana Patarachoke, pada hari Senin (9/10).
Sebelas orang lainnya disandera dan delapan lainnya luka-luka. Jumlah tersebut, berdasarkan laporan dari pekerja dan pengusaha di wilayah tersebut, masih menunggu konfirmasi dari pihak berwenang Israel, kata Kanchana.
Pekerja Thailand berada di wilayah sekitar Jalur Gaza, dan beberapa telah dievakuasi ke wilayah yang lebih aman, kata juru bicara tersebut, seraya menambahkan bahwa angkatan udara Thailand sedang mempersiapkan pesawat untuk evakuasi kapan pun situasinya memungkinkan. Banyak orang Thailand bekerja di pertanian di Israel.
Beberapa warga AS telah tewas sejak dimulainya serangan mendadak Hamas terhadap Israel pada hari Sabtu (7/10) , kata juru bicara Dewan Keamanan Nasional pada hari Minggu, dan menambahkan bahwa para pejabat AS tetap berhubungan dengan rekan-rekan mereka di Israel.
Pernyataan resmi mengenai warga Amerika yang tewas dalam konflik tersebut disampaikan ketika Israel membalas serangan tersebut, salah satu yang paling berdarah dalam sejarah, dengan melancarkan serangan terhadap daerah kantong Palestina di Gaza.
Sementara itu, Presiden Ukraina, Volodymyr Zelenskyy, mengatakan pada hari Minggu bahwa dua warga negara Ukraina telah tewas dalam kerusuhan di Israel dan lebih dari 100 warga telah menghubungi kedutaan negara tersebut.
“Sayangnya, kematian dua warga negara Ukraina telah dikonfirmasi,” kata Zelenskyy dalam pidato video malamnya. Zelensky mengatakan dia berbicara pada hari Minggu dengan Perdana Menteri Israel, Benjamin Netanyahu, dan menyatakan “solidaritas dengan Israel, yang mengalami serangan berani dan berskala besar.”
Sepuluh warga Nepal juga termasuk di antara mereka yang tewas dalam serangan Hamas terhadap Israel, kata kedutaan besar Nepal di Tel Aviv dalam sebuah pernyataan pada hari Minggu (8/10).
“Sepuluh warga Nepal tewas secara tragis akibat serangan kelompok Hamas Palestina di sebuah tempat bernama Kibbutz Alumim,” kata pernyataan itu.
Empat warga Nepal lainnya sedang dirawat di rumah sakit setempat sementara pencarian sedang dilakukan untuk mencari korban kelima yang “tidak dapat dihubungi,” tambah kedutaan.
Menteri Luar Negeri Nepal, NP Saud, mengatakan pada hari Minggu bahwa ada sekitar 4.500 warga Nepal yang bekerja di Israel sebagai “pengasuh”.
Sebanyak 265 pelajar Nepal lainnya tinggal di negara tersebut di bawah program “Belajar dan Menghasilkan Uang” yang disponsori Israel, katanya dalam sebuah postingan di X, yang sebelumnya bernama Twitter.
Dia menambahkan bahwa jumlah tersebut termasuk 17 siswa yang belajar di Kibbutz Alumim di Israel selatan, salah satu titik nyala serangan Hamas.
Saud mengatakan dia mengawasi upaya pemerintahnya untuk memeriksa kesejahteraan warga Nepal di Israel dan membuat “keputusan yang tepat mengenai upaya penyelamatan.”
Korban tewas lainnya yang juga dilaporkan, termasuk seorang blogger asal Jerman. (Reuters/AFP)
Editor : Sabar Subekti
Korban Pelecehan Desak Vatikan Globalkan Kebijakan Tanpa Tol...
ROMA, SATUHARAPAN.COM-Korban pelecehan seksual oleh pastor Katolik mendesak Vatikan pada hari Senin ...