Satu Tahun Peringatan MH 17, PM Malaysia Masih Penasaran
KUALA LUMPUR, SATUHARAPAN.COM – Perdana Menteri (PM) Malaysia Najib Razak menyesalkan dan masih penasaran pihak yang seharusnya bertanggung jawab pada musibah yang menimpa pesawat milik maskapai Malaysia Airlines MH17.
"Kami berharap semua akan jelas pada akhir 2015," kata Najib seperti tertuang globalpost.com, Sabtu (11/7) pada peringatan satu tahun tragedi MH 17 di Bandara Internasional Kuala Lumpur, Malaysia.
Peringatan diselenggarakan Sabtu (11/7) dimajukan beberapa hari mengingat peringatan satu tahun yang sesungguhnya bertepatan dengan Idul Fitri – hari suci terbesar umat Muslim – Dalam acara tersebut, Najib turut hadir bersama dengan keluarga dan kerabat korban awak serta penumpang pesawat milik maskapai Malaysia Airlines MH17.
Para kerabat korban, dan keluarga masih menuntut keadilan dalam peringatan setahun tragedi jatuhnya pesawat yang jatuh saat melintasi wilayah konflik di Ukraina, setahun lalu.
Peringatan diwarnai suasana haru dan sedih, terutama terasa saat nama-nama korban ditampilkan di layar untuk mengenang mereka. Salah satu kerabat korban, Ivy Loi, janda kapten pilot Eugene Choo, salah satu pilot merasa sedih apabila mengingat peristiwa tersebut.
“Kami ingin tahu siapa yang menembak pesawat,” kata Ivy yang hadir dalam peringatan tersebut bersama kedua putra dan sejumlah kerabat.
“Kami berusaha bertahan,” kata dia sambil terus mengusap air mata.
Pesawat jenis 777 itu bertolak dari Amsterdam menuju Kuala Lumpur, saat ditembak jatuh di wilayah timur Ukraina yang tengah bergolak pada 17 Juli 2014. Di wilayah itu kelompok separatis pro-Moskow berusaha memerdekakan diri dari Ukraina yang didukung negara-negara Barat.
Seluruh penumpang dan awak kabin yang berjumlah 298 orang, sebagian besar warga Belanda, tewas. Kecurigaan ditudingkan kepada kelompok pemberontak karena mereka diduga memiliki misil jarak jauh yang dipasok Rusia. Tetapi Moskow membantah dan balik menuding militer Ukraina di balik peristiwa tragis itu.
Penyelesaian MH17
Malaysia bekerja sama dengan Australia, Belgia, Belanda, dan Ukraina; tengah mempersiapkan pengadilan internasional. Duta Besar Malaysia untuk PBB, Ramlan Ibrahim, mengatakan kepada anggota Dewan Keamanan PBB awal Juli, agar mahkamah ini memberikan legitimasi tertinggi bagi persidangan.
Sebuah draf resolusi tengah diusulkan kepada PBB agar mahkamah itu memiliki kewenangan untuk menghukum siapa pun yang bertanggung jawab atas tragedi itu. Namun, pada Kamis (9/7) Rusia menyatakan akan memveto resolusi tersebut.
Empat bulan sebelum tragedi MH17, pesawat Malaysia Airlines lainnya, MH370, juga menghilang tanpa jejak dengan membawa 239 orang penumpang dan awak kabin. Hilangnya MH370 masih menjadi misteri besar bagi industri penerbangan global hingga kini. Penyelidikan atas hilangnya MH-370 masih diselidiki tim pimpinan Australia. (globalpost.com)
Ikuti berita kami di Facebook
Editor : Bayu Probo
Korban Pelecehan Desak Vatikan Globalkan Kebijakan Tanpa Tol...
ROMA, SATUHARAPAN.COM-Korban pelecehan seksual oleh pastor Katolik mendesak Vatikan pada hari Senin ...