Saudi Dikecam Munafik, Gara-gara Buru Rapper Perempuan
ARAB SAUDI, SATUHARAPAN.COM – Seruan resmi penangkapan seorang rapper perempuan Saudi, yang muncul dalam sebuah video musik telah memicu reaksi massa. Banyak yang menganggap perintah itu munafik, karena Kerajaan Arab Saudi kerap mengundang banyak perempuan Barat untuk tampil di negaranya.
Dalam video itu, rapper muda asal Mekkah, yang mengidentifikasi dirinya sebagai Asayel Slay, memuji gadis Mekkah yang digambarkan sebagai perempuan kuat dan berani.
Mengenakan jilbab dan kacamata hitam, ia menggambarkan para perempuan sebagai " Sugar Candy" dalam lagu berjudul Gadis Mekkah. Hal yang menjadi kontrovesi adalah penggalan lirik yang menyebutkan bahwa perempuan di Arab Saudi hanya dijadikan objek pemuas atau dalam kiasan bahasa Inggris, Sugar Candy.
Gubernur Mekkah, Khaled al-Faisal, telah memerintahkan penangkapan orang-orang di balik pembuatan video itu, dengan mengatakan dalam sebuah pernyataan di Twitter bahwa video tersebut "menyinggung kebiasaan dan tradisi" warga Saudi setempat.
Pernyataan itu memicu kemarahan di media sosial, dengan banyak tweet dukungan mereka di bawah tagar "Gadis Mekkah mewakili saya".
"Saya dari Mekkah dan satu-satunya hal yang saya anggap ofensif adalah rasisme, kebencian terhadap perempuan, dan perang terhadap seorang perempuan muda dan ekspresi artistik budaya dan rakyatnya," kata seorang pengguna Twitter, dilansir dw.com pada Rabu (26/2).
"Sangat khas bagi pemerintah #Saudi - membawa influencer Barat untuk 'mencuci' kejahatan rezim tetapi menyerang perempuan Saudi yang mencoba secara artistik mengungkapkan identitas budaya mereka," demikian cuitan Amani al-Ahmadi, yang menyebut dirinya seorang feminis Saudi.
Sejumlah musisi wanita Barat, mulai dari Janet Jackson hingga Mariah Carey dan penyanyi rap Nicki Minaj diundang untuk tampil di kerajaan itu, dalam upaya untuk menyingkirkan citra konservatif negara tersebut. Namun, Minaj menarik diri dari konser dalam apa yang dia gambarkan sebagai bentuk dukungan terhadap hak-hak perempuan dan LGBT.
Penguasa de facto Putra Mahkota Mohammed bin Salman, telah membatalkan larangan puluhan tahun pemutaran film di bioskop. Ia pun mengizinkan konser dan turnamen olahraga dengan gender campuran. Norma sosial yang lebih santai ini telah disambut oleh banyak warga Saudi, yang dua pertiganya berusia di bawah 30 tahun. (dw.com)
Korban Pelecehan Desak Vatikan Globalkan Kebijakan Tanpa Tol...
ROMA, SATUHARAPAN.COM-Korban pelecehan seksual oleh pastor Katolik mendesak Vatikan pada hari Senin ...