Sebelum Semuanya Terlambat
SATUHARAPAN.COM – Kemarin sore ia datang ke rumahku. Ia bercerita tentang rencananya berbagi kasih dengan anak yatim dan anak jalanan. Di bulan penuh rahmat ia ingin berbuat baik karena selama ini sibuk mengurus diri sendiri. Ia pun berhasil memengaruhi teman-temannya untuk melaksanakan aksi tersebut. Ia melibatkanku karena tahu aku sering mengkoordinasi acara-acara seperti itu di lingkungan kami tinggal. Aku menyanggupinya sembari membatin: ”Wah, ternyata ia juga bisa peduli dengan orang lain.” Setahuku ia memang lebih suka keluar masuk mal, kafe, atau salon bersama teman-teman kelompoknya.
Dua jam lalu kami bertemu ketika berbelanja di tukang sayur langganan kami. Ia mengingatkanku untuk datang ke rumahnya nanti sore untuk bertemu dan membicarakan rencana berbagi kasih itu dengan teman-temannya.
Sekarang… ia terbujur kaku berselimut kain panjang. Aku terpana menatap lekat jenasah di depanku. Ia terserang sesak nafas ketika menyiapkan segala sesuatu untuk acara sore nanti. Sejak lama ia menderita asma. Suaminya segera memberikan pertolongan pertama dengan obat semprot, tetapi obat itu seperti tidak berfungsi. Suaminya segera membawanya ke klinik terdekat, namun sampai di klinik ia sudah tak tertolong lagi.
Orang bijak berkata: ”Hiduplah seolah-olah ini hari terakhirmu.” Kita memang tak pernah tahu berapa lama kita hidup. Karena itu gunakanlah waktu yang ada dengan melakukan hal-hal yang berguna bagi orang lain. Hidup memang pendek. Jangan tunda, sebelum semuanya terlambat!
email: inspirasi@satuharapan.com
Ibu Kota India Tercekik Akibat Tingkat Polusi Udara 50 Kali ...
NEW DELHI, SATUHARAPAN.COM-Pihak berwenang di ibu kota India menutup sekolah, menghentikan pembangun...