Sekjen PBB Ajak Pemimpin Dunia Penuhi Panggilan Sejarah
NEW YORK, SATUHARAPAN.COM - " Di jalan-jalan dan di lapangan, di seluruh dunia, rakyat menekan mereka yang berkuasa. Mereka ingin Anda, pemimpin dunia, untuk mendengarkan mereka. Mereka ingin kita melakukan semua yang diperlukan untuk menjamin kehidupan yang bermartabat bagi semua.”
Hal itu diungkapkan oleh Sekretaris Jenderal Perserikatan Pangsa-bangsa (PBB) bagi para kepala Negara yang tengah berkumpul di markas besar PBB di Ne York, Selasa 24/9) membuka sidang pada Majelis Umum PBB.
Dia mengajak kepala negara dengan "kepemimpinan yang membuat perbedaan," dan “mendengar panggilan sejarah.” Hal itu berarti bekerja keras, berkomitmen dan berintegritas dalam menjawab tuntutan rakyat untuk kehidupan yang bermartabat dan pembangunan yang berkelanjutan.
"Kita datang bersama-sama untuk tidak mempertahankan status quo, tetapi untuk mendorong dunia kita ke depan," kata Ban. Dia menyampaikan laporan tahunan PP kepada semua anggota.
Dia menyebutkan, planet ini dalam tekanan, karena orang muda tanpa pekerjaan, perubahan iklim dan pemanasan global, konflik tersebar tetap tidak terselesaikan.
Konflik Suriah
Ban menyinggung tentang konflik Suriah. "Saya menyerukan kepada Pemerintah Suriah dan oposisi untuk menegakkan kewajiban mereka menurut hukum kemanusiaan dan hak asasi manusia internasional," kata dia. Dia mendesak mereka untuk membuang semua hambatan untuk akses kemanusiaan dan mengakhiri tindakan menargetkan fasilitas dan tenaga medis dalam konflik.
Tentang hak asasi manusia, dia menyebutkan ketidakmampuan negara-negara anggota PBB untuk mencegah dan mengakhiri pelanggaran hak asasi dalam skala besar akan menghadapi konsekuensi bencana.
Ban juga meminta Negara-negara anggota segera meratifikasi Perjanjian tentang Perdagangan Senjata (Arms Trade Treaty). Kedamaian dan hak asasi manusia tidak akan terwujud, jika dunia dibanjiri senjata mematikan.
Mendengarkan Suara Rakyat
Pada akhir pidatonya, Ban mengingatkan para pemimpin dunia mendengarkan suara rakyat. "Anda bisa menjadi (pemimpin) yang memimpin pada akhir kemiskinan, memberikan suara kepada kehendak rakyat dan pada era pembangunan berkelanjutan dan perdamaian abadi.”
"Anda di negara asal Anda dan kami di sini bersama berada pada puncak istimewa. Kita harus membuktikan diri sesuai untuk tujuan itu. Kita harus mendengarkan tuntutan masyarakat dunia dan mengindahkan panggilan sejarah. Kita sering berbicara tentang harapan. Tugas kita adalah mengubah harapan menjadi tindakan, dengan kerja keras , komitmen, kemampuan dan integritas. Dengan semangat, tetapi terutama dengan belas kasih, kita dapat membangun masa depan yang diinginkan rakyat Anda, dan yang dibutuhkan dunia." (un.org)
Korban Pelecehan Desak Vatikan Globalkan Kebijakan Tanpa Tol...
ROMA, SATUHARAPAN.COM-Korban pelecehan seksual oleh pastor Katolik mendesak Vatikan pada hari Senin ...