Sekjen PBB Janjikan Kerukunan Beragama di Afrika Tengah
AMERIKA SERIKAT, SATUHARAPAN.COM - Sekjen Perserikatan Bangsa-bangsa (Sekjen PBB), Ban Ki-moon mendesak umat Kristen dan Muslim di Republik Afrika Tengah untuk menjaga kerukunan beragama dan menghentikan tindakan kekerasan di wilayah mereka.
"Saya mengimbau kepada semua orang untuk mengikuti jalan damai. Jangan biarkan suara kebencian untuk menabur perpecahan yang sebelumnya tidak ada,” ungkap Ban Ki-moon dalam sebuah pesan radio untuk sebuah negara yang mengalami semakin maraknya kekerasan sektarian, pada Jumat (13/12) waktu setempat.
"Apa pun keyakinan atau latar belakang Anda, Anda memiliki sejarah dan masa depan yang sama. Pertumpahan darah harus berakhir," kata Sekjen PBB itu.
Pemimpin Agama Bertanggung Jawab
Dalam kesempatan itu, Ban Ki-moon menyerukan kepada para pemimpin agama dan masyarakat—Muslim dan Kristen—untuk bertindak sebagai utusan perdamaian. "Pemerintah transisi untuk melindungi masyarakat dan mencegah konflik lebih lanjut," harap Sekjen PBB itu.
Ban Ki-moon juga memperingatkan kepada mereka yang akan melakukan kekejaman dan kejahatan kemanusiaan bahwa mereka akan diawasi ketat oleh banyak pihak. "Dunia sedang mengawasi Anda. Anda akan dimintai pertanggungjawaban,” tegas dia.
Sekjen PBB itu meyakinkan bahwa PBB berkomitmen untuk membantu negara Afrika Tengah bangkit dari krisis ini yang melanda. “Anda tidak sendirian dan kami tidak akan meninggalkan kalian," kata Ban Ki-moon menunjuk pasukan Afrika dan Prancis yang berusaha untuk memulihkan ketertiban dan upaya kemanusiaan PBB di negara itu.
Konflik Sekretarian
Sementara itu, Badan Urusan Pengungsi PBB (UNHCR) mengungkapkan, lebih dari 600 orang tewas dan 159.000 orang lainnya menjadi pengungsi akibat kekerasan sektarian di Republik Afrika Tengah yang telah terjadi sejak sepanjang pekan lalu, Jumat (13/12). "Kami sedang menyaksikan memburuknya situasi di Republik Afrika Tengah," kata juru bicara UNHCR, Adrian Edwards.
Sebanyak 450 orang tewas di Ibu Kota Bangui dan 160 orang lainnya tewas di berbagai daerah negeri bekas jajahan Perancis itu. Para pekerja sosial mengatakan, krisis kemanusiaan di negeri itu terus meningkat ketika lebih dari 500.000 orang terpaksa meninggalkan kediaman mereka sejak kerusuhan sektarian ini mulai terjadi. Puluhan ribu orang terpaksa menjadi pengungsi dan tinggal di tenda-tenda sekadarnya di sekitar Ibu Kota Bangui.
Sementara itu, seorang pejabat senior Uni Afrika mengatakan bahwa organisasi itu sudah menyetujui peningkatan personel pasukan penjaga perdamaian yang bertugas di Afrika Tengah dari 2.500 personel menjadi 6.000 personel.
"Keputusan yang diambil Dewan Perdamaian dan Keamanan (PSC) adalah meningkatkan kekuatan pasukan. Kami bisa menambah hingga 6.000 personel, tergantung kebutuhan," kata Direktur Departemen Perdamaian dan Keamanan Uni Afrika, El Ghassim Wane. (AFP/Ant)
Editor : Bayu Probo
Kremlin: AS Izinkan Ukraina Gunakan Senjata Serang Rusia Mem...
MOSKOW, SATUHARAPAN.COM-Kremlin mengatakan pada hari Senin ( 18/11) bahwa pemerintahan Presiden Amer...