Sekjen PBB: Meskipun Ditembaki, Tim Penyidik PBB Terus Bekerja di Suriah
SEOUL, SATUHARAPAN.COM – Dalam kunjungan di Seoul, Korea Selatan, Sekretaris Jenderal Perserikatan Bangsa-bangsa (PBB), Ban Ki-moon, mengatakan bahwa tim penyelidik PBB tentang penggunaan senjata kimia di Suriah telah berada di lokasi serangan di pinggiran kota Damaskus. Mereka telah mewawancarai para saksi, korban dan dokter, dan mengumpulkan sampel.
Ban Ki-moon mengatakan, Senin (26/8) bahwa Tim itu kembali ke lokasi setelah konvoi kendaraan mereka diserang oleh tembakan pada Senin pagi ini. Meskipun kendaraan mereka hancur, tim yang dipimpin oleh ilmuwan Swedia Dr Ake Sellström, tidak terluka.
Sekjen mengatakan bahwa PBB akan menyampaikan daftar protes dan keluhan terhadap Pemerintah Suriah dan pihak oposisi atas serangan sampai keselamatan tim investigasi benar-benar dijamin.
"Saya diberi tahu bahwa meskipun keadaan sangat sulit, tim mengganti kendaraan mereka dan kembali ke pinggiran kota Damaskus untuk melaksanakan investigasi," katanya setelah diberi penjelasan oleh Perwakilan Tinggi PBB untuk Urusan Pelucutan, Angela Kane, yang berada di Damaskus dalam pertemuan dengan Pemerintah Suriah untuk memfasilitasi akses bagi tim.
Menunggu Laporan Lengkap
Ban mengatakan dia sekarang menunggu laporan lengkap dari Dr Ake Sellström. Tim ini berada di Suriah selama 14 hari, dengan kemungkinan perpanjangan, yang semula untuk menyelidiki dugaan penggunaan senjata kimia oleh Pemerintah di Khan al-Asal, serta dua tuduhan lain yang dilaporkan oleh negara anggota PBB. Tim ini bekerja sama dengan Organisasi untuk Pelarangan Senjata Kimia (OPCW) dan Organisasi Kesehatan Dunia PBB (WHO).
Ban Ki-moon mengatakan, untuk setiap hitungan jam menuntut semua pihak membiarkan misi ini melakukan tugas dan menyelidiki secara menyeluruh dan tanpa hambatan. Dia menambahkan bahwa tim mendapat kepercayaan penuh atas keahlian, profesionalisme dan integritas mereka.
Ban juga menegaskan bahwa penggunaan senjata kimia oleh siapapun dalam keadaan apapun adalah pelanggaran serius terhadap hukum internasional dan kejahatan yang keterlaluan.
"Kita tidak bisa membiarkan impunitas pada kejahatan serius terhadap kemanusiaan," kata dia menegaskan.
Tuduhan terbaru terhadap Suriah adalah menggunakan senjata kimia dalam serangan di daerah Ghouta, di luar Damaskus. Serangan pada Rabu (21/8) itu dilaporkan menewaskan lebih dari 300 warga sipil termasuk anak-anak.
Pelanggaran HAM
Sementara itu, Komite PBB untuk Hak Anak (CRC) hari ini menyampaikan kepada Komisaris Tinggi PBB untuk Hak Asasi Manusia, agar semua pihak dalam konflik menghentikan cara-cara yang menargetkan warga sipil dalam konflik.
"Kekejaman ini adalah pelanggaran berat Konvensi tentang Hak Anak," kata Ketua Komite itu, Kirsten Sandberg. "Ini adalah contoh yang mengejutkan tentang bagaimana hak-hak anak dilanggar dan memperparah konflik Suriah, terutama tentang hak untuk hidup."
"Siapa pun yang melakukan pembunuhan tersebut, serta semua yang bertanggung jawab atas kejahatan terhadap anak-anak di Suriah, harus bertanggung jawab," kata Sandberg atas nama Komite.
Perang sipil di Suriah dimulai pada Maret 2011 antara pemerintah dan kelompok oposisi yang berusaha menggulingkan Presiden Bashar Al-Assad, Sedikitnya 100.000 orang tewas, termasuk lebih dari 7.000 anak-anak.
Selain itu, hampir dua juta orang melarikan diri menuju negara tetangga dan hidup sebagai pengungsi, serta sekitar empat juta jiwa hidup terlantar di Suriah. Setidaknya 6,8 juta warga Suriah sekarang memerlukan bantuan kemanusiaan yang mendesak, dan setengah dari mereka adalah anak-anak.
Editor : Sabar Subekti
Otoritas Suriah Tunjuk Seorang Komandan HTS sebagai Menteri ...
DAMASKUS, SATUHARAPAN.COM-Penguasa baru Suriah telah menunjuk Murhaf Abu Qasra, seorang tokoh terkem...