Sekolah di Kumamoto Adakan Latihan Evakuasi Gempa
KUMAMOTO, SATUHARAPAN.COM – Sekolah setingkat sekolah dasar dan menengah pertama di Prefektur Kumamoto mengadakan latihan evakuasi penyelamatan gempa bumi.
“Kami tidak tahu kapan, bisa saja latihan seperti ini berguna bila ada gempa lagi. Jadi, kita harus mengingat bagaimana melindungi diri sendiri,” kata Eiki Tsuda, seorang Kepala Sekolah Dasar di Tasoko, Prefektur Kumamoto, Jepang, seperti diberitakan Japan Times hari Senin (25/4).
Eiki mengemukakan sekolah tersebut dan sebuah SMP yang ada di dekatnya melakukan latihan serupa, namun mereka kemungkinan akan melanjutkan kegiatan belajar mengajar hari Rabu (27/4).
Dalam catatan Japan Times, jumlah siswa yang mengikuti kegiatan tersebut sebanyak 110 siswa. Selain itu dengan berdasar keterangan resmi Pemerintah Prefektur Kumamoto hingga hari Senin (25/4) setidaknya terdapat 391 bangunan sekolah berbagai jenjang pendidikan yang ditutup, dari 609 sekolah taman kanak-kanak, sekolah dasar, sekolah menengah pertama dan sekolah-sekolah khusus di prefektur tersebut.
Akibat gempa tersebut 146.000 siswa dari berbagai jenjang pendidikan mengalami gangguan dalam kegiatan belajar mengajar.
Berbagai sekolahan di prefektur tersebut tidak dapat berfungsi sebab gedung sekolah berada dalam kondisi kerusakan fisik atau bangunan sekolah tersebut dialih fungsikan sebagai pusat evakuasi.
Pada hari Jumat (15/4), kerusakan dikonfirmasi di gedung-gedung di sekitar 75 persen dari sekolah tinggi prefektur dan lebih dari 80 persen dari SD dan SMP yang dijalankan oleh pemerintah kota, menurut dewan lokal pendidikan.
Beberapa bangunan dan fasilitas pendidikan tidak mendapat pasokan air dan gas alam karena saluran untuk air dan gas patah.
Sementara itu sekolah dasar di Mashiki dinyatakan ditutup sampai Sabtu (30/4).
“Gempa sangat menakutkan. Tapi saya senang bisa bertemu teman-teman saya di sekolah,” kata siswa sekolah dasar, Shunsuke Tomita.
Beberapa sekolah telah dapat beroperasi hari Senin (25/4) di kota Uki, Prefektur Kumamoto, Jepang. Namun ada beberapa sekolah yang mengalami masalah di infrastrukturnya seperti adanya retakan kecil pada dinding, dan sekolah yang terletak di dataran tinggi memiliki resiko tanah longsor.
Banyak sekolah di kota Uki yang ditempati pengungsi yang tinggal di beberapa ruangan kelas, sebagian di ruang olahraga.
“Kejadian tersebut tidak hanya berlangsung di sekolah yang mengalami kerusakan, tapi juga di tempat-tempat lainnya,” sebut pernyataan resmi Dewan Pendidikan Prefektur Kumamoto.
Ia mengutarakan saat ini pemerintah prefektur belum dapat memprediksi berapa lama pemerintah pusat akan menyediakan dana dan melakukan rekonstruksi terhadap bangunan bangunan yang ada di tempat itu.
“Oleh karena itu, kita perlu memberikan penjelasan yang cukup dan berdiskusi yang menyeluruh dengan mereka,” kata dia.
Dalam catatan Japan Times, hari Minggu (24/4) sebanyak 48 orang meninggal dunia akibat gempa di Prefektur Kumamoto dan sekitarnya. Sebelas orang lain yang diduga telah meninggal karena masalah kesehatan yang dipicu oleh stres dan kelelahan. (japantimes.co.jp).
Editor : Eben E. Siadari
Bebras PENABUR Challenge : Asah Kemampuan Computational Thin...
Jakarta, satuharapan.com, Dunia yang berkembang begitu cepat memiliki tantangan baru bagi generasi m...