Sekum WCC: Orang Kristen Arab Berkomitmen untuk Perdamaian dan Keadilan
AMMAN, SATUHARAPAN.COM – Orang Kristen di dunia Arab “tidak menganggap diri mereka sebagai minoritas, melainkan ingin memahami diri mereka sebagai warga negara penuh bangsa mereka semua hak dan kewajibannya.” Pandangan ini diungkapkan Sekretaris Umum Dewan Gereja Dunia (WCC), Rev Dr Olav Fykse Tveit, dalam pidatonya pada konferensi tentang “Tantangan yang Dihadapi Orang Kristen Arab”.
Konferensi ini diadakan 3-4 September di Amman, Yordania. Tveit berpartisipasi atas undangan Raja Abdullah II dari Yordania dan Pangeran Ghazi bin Muhammad, kepala penasihat untuk urusan agama dan budaya di Yordania.
Acara ini mempertemukan para pemimpin Kristen dan Muslim terkemuka untuk mengatasi tantangan yang dihadapi orang-orang Kristen Arab di wilayah tersebut. Atas nama gereja-gereja anggota WCC, Tveit menyatakan keprihatinan bersama atas kehadiran dan kesaksian orang-orang Kristen lokal di seluruh dunia Arab.
Orang Kristen Arab, katanya, memiliki sejarah panjang hidup dalam masyarakat majemuk yang menghormati keragaman, memahami bahwa semua orang diciptakan sama oleh Tuhan.
Dalam sambutannya, Tveit menyebutkan beberapa inisiatif orang Kristen untuk solidaritas, advokasi dan dialog antaragama demi perdamaian dan stabilitas di Timur Tengah. Hal-hal itu dilakukan WCC dan organisasi ekumenis lainnya.
Tveit menekankan gereja dan umat Kristen di Timur Tengah “membaca positif tanda-tanda zaman” dan “melihat transformasi sebagai membawa peluang baru yang berpotensi membuat komitmen ulang untuk keterlibatan Kristen-Muslim dan untuk keterlibatan dengan mitra Yahudi juga bekerja untuk perdamaian dan keadilan.”
Di bawah kepemimpinan Dewan Gereja Timur Tengah, “Orang Kristen menyadari lebih dari sebelumnya bahwa kontribusi mereka dalam membangun masyarakat baru mereka akan memiliki dampak yang lebih positif ketika mereka bertindak bersama-sama,” katanya.
Dalam sambutannya, Pangeran Ghazi menegaskan masalah ini, mengatakan, “Orang Kristen Arab menderita bukan hanya, secara gegabah, menderita sejak mulai–menurut saya salah disebut sebagai–Musim Semi Arab, tetapi juga semata-mata karena mereka adalah orang Kristen.”
“Kami menolak tegas. Pertama, kami menolaknya sesuai dengan hukum suci kami, sebagai Muslim di hadapan Allah. Kedua, kita menolak secara moral, sebagai orang Arab dan sebagai sesama suku. Ketiga, kami menolaknya emosional sebagai tetangga dan teman-teman,” kata sang pangeran.
Keprihatinan WCC untuk kehadiran Kristen di wilayah tersebut telah dinyatakan beberapa kali oleh badan pemerintahan WCC. Pada tahun 2011 WCC Central Committee Minute membuat pernyataan berjudul ”Kehadiran dan Saksi Kristen di Timur Tengah”.
WCC Central Committee Minute mengatakan, “WCC telah memandang Timur Tengah sebagai kawasan khusus karena tempat kelahiran Yudaisme, Kristen, dan Islam. Bagi orang Kristen, wilayah ini adalah tempat Tuhan kita menjelma dan lahir, berkhotbah, menderita penyaliban, dan dibangkitkan. Itu juga merupakan tanah asal Kabar Baik itu menyebar ke seluruh dunia yang dihuni. Iman yang hidup kami telah berakar di negeri ini, dan dipelihara dan dipupuk oleh saksi tak terputus dari gereja-gereja lokal yang memiliki akar mereka sendiri dari zaman para rasul.” (oikumene.org)
Jerman Berduka, Lima Tewas dan 200 Terluka dalam Serangan di...
MAGDEBURG-JERMAN, SATUHARAPAN.COM-Warga Jerman pada hari Sabtu (21/12) berduka atas para korban sera...