Selingkuh dengan Jemaat, Pendeta Antigay Dipecat
DORSET, SATUHARAPAN.COM – Seorang pendeta yang isi khotbahnya mengatakan pernikahan gay merusak kesucian pernikahan, dipecat setelah ketahuan berselingkuh dengan seorang jemaatnya, demikian yang dilaporkan dailymail.co.uk pada Rabu (21/5).
Pendeta itu, Martin Howard adalah laki-laki yang telah menikah dan memiliki beberapa orang anak. Martin dihukum oleh lembaga pelayanannya setelah mengaku kepada atasannya tentang hubungannya dengan seorang perempuan menikah di jemaatnya.
Para pejabat senior gereja di Bournemouth, Dorset dan Keuskupan Salisbury – Gereja Inggris terbesar ketujuh – melarang Martin terlibat dalam pelayanan selama lima tahun. Foto dan perincian tentang dirinya pun telah dihapus dari situs Gereja St Mary dan ia saat ini diduga magang sebagai akuntan.
Keuskupan Salisbury menyatakan, “Pendeta Martin Howard telah mengundurkan diri dari jabatannya sebagai Pendeta Tim Hampreston Benefice. Tuntutan mengenai perzinahan telah diajukan di bawah Undang-undang Disipliner Pemimpin Umat , dan telah diberlakukan.”
Keuskupan juga mengatakan Martin telah menyetujui sanksi yang dijatuhkan atas dirinya, yaitu larangan terlibat dalam pelayanan selama lima tahun. Namun keuskupan juga menyatakan akan memberi dukungan bagi Martin, istrinya Liz, dan anak-anak mereka pada masa sulit.
Pendeta Munafik
Martin dikenal sebagai pendeta yang anti-pernikahan sesama jenis karena dianggap bertentangan dengan agama. Namun ia kemudian dianggap sebagai pendeta yang munafik karena tertangkap selingkuh dengan seorang perempuan yang telah menikah.
Sebuah papan poster berwarna hijau yang dipasang di luar Gereja St Mary di Ferndown, Dorset tertulis, ‘Marriage = 1 Man + 1 Woman’ (Pernikahan = 1 Laki-laki + 1 Perempuan).
Mengenai poster itu Martin mengatakan, “pemerintah tidak berhak mengubah definisi pernikahan.”
“Mengubah undang-undang akan membuat pemimpin umat seperti saya dituduh melakukan diskriminasi jika saya menolak prinsip pernikahan sesama jenis. Itukah masyarakat toleran yang ingin kita ciptakan?” ujar Martin.
Menurutnya, papan tanda yang dipasang itu adalah ungkapan harapannya bahwa pernikahan seperti yang tergambar di papan itulah yang seharusnya dibangun.
Dan dalam menghadapi kritik dari kelompok kesetaraan hak, Marthin mengatakan di dalam khotbahnya bahwa masyarakat akan lebih kuat ketika pernikahan didukung, dihormati, dan dilindungi. (dailymail.co.uk)
Editor : Bayu Probo
Empat Kue Tradisional Natal dari Berbagai Negara
JAKARTA, SATUHARAPAN.COM - Perayaan Natal pastinya selalu dipenuhi dengan makanan-makanan berat untu...