Semangkok Ramen Hangatkan Pengungsi Gempa Jepang
KUMAMOTO, SATUHARAPAN.COM – Ada pemandangan menarik dari gempa yang terjadi di Prefektur Kumamoto, lebih kurang 1.000 penduduk prefektur terdampak gempa Jepang setiap hari mengantri ramen, menu yang juga menghangatkan tubuh di kala udara dingin di wilayah Mashiki, Prefektur Kumamoto, Jepang.
Menurut Japan Times, hari Kamis (21/4), Ramen disumbangkan oleh perusahaan makanan Kumamoto Shigemitsu Industry yang populer di prefektur tersebut, karena memiliki produk restoran waralaba, Ajisen Ramen.
Catatan Wikipedia menjelaskan ramen adalah mie kuah Jepang yang sebenarnya berasal dari Tiongkok dan telah menjadi hidangan yang sangat populer di Jepang. Saat dilihat sekilas ramen mirip dengan mie instan yang ada di Indonesia. Namun ramen memiliki diameter yang lebih kecil.
Presiden Kumamoto Shigemitsu Industry Katsuaki Shigemitsu memutuskan untuk memberikan ramen untuk pengungsi. Katsuaki mengemukakan banyak cabang dari restoran waralaba tersebut yang berhenti beroperasi karena gempa bumi menghentikan pasokan gas alam di Prefektur Kumamoto.
Katsuaki mengemukakan ramen cukup digemari masyarakat Jepang terutama di beberapa tempat penampungan. “Kami bekerja melayani masyarakat sejak Sabtu (16/4),” kata Katsuaki.
Katsuaki mengemukakan beberapa pekerjanya adalah korban gempa, dan telah berpengalaman melayani makanan bagi korban bencana alam seperti yang terjadi di Gempa Bumi tahun 1995 yang terjadi di Kobe, Jepang. Selain itu juga gempa bumi dan disertai tsunami pada 2011 di Tohoku, Jepang.
Katsuaki menceritakan pengalamannya saat menyajikan lebih kurang 6.000 mangkuk ramen gratis selama satu bulan pada bencana tsunami tahun 2011. Katsuaki ingat kala itu dia membantu banyak orang di lokasi seperti Sendai dan Ishinomaki, di Prefektur Miyagi.
“Saya tidak pernah berpikir Kumamoto akan dilanda gempa bumi,” kata Katsuaki.
Dia berencana untuk mengunjungi Desa Minamiaso, di Distrik Aso, di Prefektur Kumamoto yang mengalami kerusakan berat dalam gempa. “Kita tidak bisa hanya duduk-duduk dan melakukan apa-apa,” kata Katsuaki.
“Banyak orang khawatir bahwa mereka tidak bisa pulang. Sebagai perusahaan lokal, kami ingin membantu sebanyak mungkin,” kata Katsuaki. (japantimes.co.jp).
Editor : Sabar Subekti
Bebras PENABUR Challenge : Asah Kemampuan Computational Thin...
Jakarta, satuharapan.com, Dunia yang berkembang begitu cepat memiliki tantangan baru bagi generasi m...