Senator AS Dukung Demonstran di Ukraina
KIEV, SATUHARAPAN.COM - Sekitar 200.000 demonstran anti pemerintah berkumpul di lapangan kemerdekaan di ibu kota Ukraina, Kiev, hari Minggu (15/12). Ini adalah aksi yang dramatis setelah hampir empat pekan protes dilakukan setiap hari.
Dengan dukungan oleh Senator Amerika Serikat, John McCain dan Chris Murphy, tuntutan demonstran dibayangi oleh semakin berat tujuan mereka dalam kerja sama perdagangan dan asosiasi dengan Uni Eropa.
Pada hari yang sama diberitakan bahwa Perdana Menteri Ukraina, Mykola Azarov, akan menyepakati harga gas Rusia dan melanjutkan pembicaraan tentang sebuah konsorsium gas tiga pihak untuk mengelola jaringan pipa Ukraina pekan depan, perdana menteri negara itu mengatakan pada hari Minggu.
Ukraina, sebuah negara bekas anggota Uni Sovyet, sekarang dalam situasi krisis berkaitan perbedaan pendapat antara pemerintah dan oposisi tentang apakah akan berasosiasi dengn Uni Eropa atau mempertahankan ikatan dengan Rusia.
Ukraina hanya sedikit memiliki sumber daya energi dan sangat bergantung pada impor gas dari Rusia. Namun negara ini menjadi transit utama untuk pasokan gas Rusia ke Eropa. Ukraina telah terlibat dalam masalah gas dengan Rusia, dan dalam beberapa tahun terakhir berakibat naiknya harga gas dan gangguan pasokan ke Eropa. Hal itu meliputi sekitar seperempat dari produksi gas Rusia.
Demonstrasi
Selain di lapangan kemerdekaan, demonstrasi digelar juga di tempat lain yang hanya satu kilometer dari sana. Sekitar 15.000 orang bergabung menentang keputusan pemerintah menunda kerja sama dengan Uni Eropa. Unjuk rasa berlangsung di tengah udara dingin dan hujan salju. Namun mereka telah menyiapkan sebuah kamp tenda yang luas.
Sens AS John McCain dan Chris Murphy bergabung dengan demonstran untuk menyatakan dukungan bagi mereka, bahkan mengancam menjatuhkan sanksi terhadap pemerintahan Presiden Viktor Yanukovych jika menggunakan kekerasan untuk membubarkan protes.
Protes dimulai 21 November setelah Yanukovych mengumumkan menunda penandatanganan perjanjian yang sudah lama untuk memperdalam hubungan perdagangan dan politik dengan Uni Eropa, dan bukan fokus pada Rusia.
Karena demonstrasi mengancam kekuasaanya, Yanukovych menyatakan akan membahas kembali dengan Uni Eropa. Namun belakangan justru mebicaraan kerja sama ekonomi dengan Rusia yang dibahas. Pejabat Uni Eropa, Stefan Fuele, meragukan pernyataan itu, dan menyebutkan bahwa kata-kata dan tindakan Yanukovych sangat berjauhan.
Yanukovych menunda perjanjian dengan alasan bahwa Uni Eropa tidak memberikan kompensasi yang memadai ketimbang Rusia. Rusia telah berabad-abad mengendalikan atau memberi pengaruh berat pada Ukraina, dan ingin negara untuk bergabung dengan serikat pabean, analog dengan Uni Eropa, yang juga mencakup Belarus dan Kazakhstan.
Sikap Oposisi
Pihak oposisi berpendapat bahwa serikat pabean itu tengah menyusun kembali Uni Soviet dan mencurigai Yanukovych menyetujui hal itu ketika ia bertemu Presiden Rusia, Vladimir Putin pada hari Selasa pekan lalu.
Arseniy Yatsenyk, pemimpin oposisi atas, memperingatkan Yanukovych dengan langkah itu. "Jika perjanjian ditandatangani, dia bisa tetap berada di Moskow dan tidak kembali ke Kiev," kata Yatsenyuk di tengah kerumunan orang di Independence Square, juga dikenal sebagai Maidan.
Lutsenko yang juga mantan menteri dalam negeri, mengatakan bahwa mereka berjuang untuk kemerdekaan Ukraina. "Apa yang terjadi di Maidan hari ini? Ini adalah revolusi antikolonial," kata dia. "Di atas segalanya , Ukraina ternyata berkata kepada Moskow: "Kami tidak lagi di bawah perintah Anda, kami adalah sebuah negara yang merdeka."
Senator AS di Antara Demonstran
Senator AS John McCain dari Partai Republik dan Chris Murphy dari Partai Demokrat memberi dukungan bagi demonstran. Kepada wartawan setelah rally dia mengatakan kemungkinan menerapkan sanksi untuk Ukranina. "Akan ada konsekuensi hubungan kita jika ada lebih banyak kekerasan di jalan-jalan Kiev,”” kata dia.
"Kami di sini karena proses damai dan protes damai adalah inspirasi negara Anda dan menginspirasi dunia," kata McCain kepada pengunjuk rasa. "Ukraina akan membuat Eropa lebih baik dan Eropa akan membuat Ukraina lebih baik."
Namun situasi berbeda di kawasan timur Ukraina, yang merupakan jantung industri negara itu dan basis dukungan Yanukovych. Mereka menentang para pengunjuk rasa di Kiev dan ingin negara memiliki hubungan ekonomi yang lebih erat dengan Rusia.
"Kami akan menjadi budak dari Eropa jika kita masuk ke dalamnya," kata seorang demonstran, Segei Antonovich. "Lihatlah sejarah, hanya bersatu dengan Rusia dapat menyelamatkan Ukraina dari bencana."
Masalah Perdagangan
Masalah utama di Ukraina adalah tentang ekonomi, di mana negara itu bergantung pada Rusia untuk pasokan energi dan pasar. Namun juga membutuhkan Eropa untuk mitra dalam perekonomian mereka. Konflik pentingan antara Rusia dan Uni Eropa membuat Ukraina berda dalam konflik di antara keduanya.
Pada awal 2009, Rusia menghentikan semua pengiriman gas melalui sistem pipa Ukraina selama dua minggu setelah kedua negara gagal menyepakati harga untuk pengiriman gas Rusia ke Ukraina. Kesepakatan gas yang akhirnya ditandatangani akhir tahun itu terikat harga untuk gas Rusia ke harga minyak internasional. Ketika itu harganya meningkat secara signifikan, meningkatkan tagihan kepada Ukraina. Hal itu membuat Ukraina sangat bergantung pada Rusia.
Menanggapi demonstrasi yang menentang pemerintah, sebuah komisi antar pemerintah Rusia dan Ukraina bersidang di Moskow pada Selasa pekan lalu.
"Para pihak telah mencapai kesepakatan bahwa sudah waktunya untuk menyelesaikan masalah (harga gas). Kami tidak meminta untuk diskon, kita bahas hanya untuk tingkat harga Eropa, dan saya berharap kami akhirnya akan menyelesaikan masalah ini dalam pertemuan," kata Perdana Menteri, Mykola Azarov dalam sebuah wawancara dengan Ukraina Inter TV.
Dia juga mengatakan negaranya siap untuk melanjutkan pembicaraan dengan Rusia tentang menciptakan sebuah konsorsium transportasi gas dengan melibatkan mitra Eropa untuk mengelola dan memodernisasi jaringan pipa gas di Ukraina yang sudah rusak.
Kiev dan Moskow membahas kembali kemungkinan konsorsium tiga pihak tentang pipa gas pada awal 2000. Namun, ketika Presiden Viktor Yushchenko yang berhaluan barat berkuasa di Ukraina, projek tersebut ditunda. Pemerintah Ukraina ketika itu mengatakan bahwa menyewakan jaringan transportasi gas akan membahayakan kedaulatan Ukraina.
Hal itu membuat Ukraina menolakan sebuah konsorsium gas yang diminta Rusia untuk projek pipa gas Nord Stream dan South Stream untuk memompa gas alam secara langsung ke konsumen Eropa, dan melewati Ukraina sebagai transit.
Deputi Perdana Menteri Ukraina, Sergei Arbuzov, mengatakan bahwa penawaran Rusia - Ukraina yang akan dibahas pada pertemuan hari Selasa. Hal itu diarahkan semata-mata untuk meningkatkan keamanan ekonomi negara kita.
Dia menyebutkan tidak ada pembicaraan yang terkait aksesi negara untuk serikat pabean Rusia yang nelibatkan Kazakhstan dan Belarus,” kata dia. (ria.ru / AFP / huffingtonpost.com)
Editor : Sabar Subekti
Korban Pelecehan Desak Vatikan Globalkan Kebijakan Tanpa Tol...
ROMA, SATUHARAPAN.COM-Korban pelecehan seksual oleh pastor Katolik mendesak Vatikan pada hari Senin ...