Seorang Pemuda Tewas dalam Kekerasan Sektarian di Aljazair
ALJAZAIR, SATUHARAPAN.COM – Seorang pemuda Berber meninggal karena luka-luka, Kamis (6/2) di kota gurun Ghardaia, Aljazair. Kematiannya menambah daftar lima orang yang tewas selama minggu ini dalam kekerasan antara dua komunitas yang bertentangan.
Kematian itu terjadi ketika Menteri Dalam Negeri (Mendagri) Tayeb Belaiz dan kepala polisi mengunjungi kota yang berpenduduk 90 ribu jiwa itu, yang telah diguncang bentrokan antara masyarakat Chaamba asal Arab dan mayoritas Mozabites sejak Desember lalu, dan Berber adalah suku asli Muslim Ibadi.
“Seorang pemuda Mozabite meninggal pada Kamis sore. Luka-lukanya sangat parah sehingga dia masih belum teridentifikasi,” kata Nourddine Daddi Nounou, anggota dari komunitas Mozabite kepada AFP.
“Ini adalah kematian kedua dalam dua hari ini, setelah Mozabite (20) ditikam sampai mati pada Rabu (5/2)”, kata pemimpin komunitas Mohamed Tounsi.
Belaiz memerintahkan untuk meningkatkan keamanan di Ghardaia dan menjunjung ‘ketetapan negara dalam menerapkan hukum” untuk menghadapi kekerasan terhadap manusia dan harta benda.
Restorasi
Belaiz, yang didampingi oleh Kapolda Abdelghani Hamel dan Kepala Gendarmerie Nasional (sejenis tentara), Ahmed Boustiela mengumumkan sebuah pusat operasi keamanan baru yang akan bersama-sama dijalankan oleh dua kekuatan.
“Struktur keamanan di wilayah Ghardaria akan ditingkatkan tiga atau empat kali lipat untuk benar-benar memulihkan perdamaian dan ketertiban,” kata Belaiz.
Kekerasan kembali terjadi baru-baru ini antara pemuda dari kedua komunitas, Selasa (4/2) ketika beberapa dari mereka membakar sebuah pusat pengajaran Mozabite.
Lebih dari 30 orang telah terluka, puluhan toko dan rumah dibakar di kota puncak bukit di lembah M’Zab yang diklarifikasi sebagai situs warisan dunia UNESCO yang terletak di 600 kilometer selatan Aljazair.
Para analis telah memperingatkan bahwa wilayah yang rapuh bisa hancur oleh kekerasan sektarian di Ghardaia, di mana kedua belah pihak saling menuduh telah memulai perselisihan duluan. Namun, kejadian yang paling membara adalah penghancuran kuil Berber yang bersejarah di akhir Desember.
Kedua masyarakat telah hidup berdampingan selama berabad-abad, tapi seperti yang terjadi di tempat lain, peluang ekonomi yang terbatas menjadi masalah yang utama, dan kekayaan akan minyak dan gas di Aljazair menambah ketegangan sosial. (alarabiya.net)
Editor : Sotyati
Kremlin: AS Izinkan Ukraina Gunakan Senjata Serang Rusia Mem...
MOSKOW, SATUHARAPAN.COM-Kremlin mengatakan pada hari Senin ( 18/11) bahwa pemerintahan Presiden Amer...