Loading...
DUNIA
Penulis: Yan Chrisna Dwi Atmaja 23:55 WIB | Selasa, 24 Desember 2013

Separuh Wilayah Sudan Selatan Kini Dilanda Pertempuran

Seorang pria pengungsi memegang anaknya di markas misi PBB di Sudan Selatan (United Nations Mission in South Sudan/UNMISS) di Juba (19/12). (Foto: dari alarabiya.net/Reuters)

JUBA, SATUHARAPAN.COM - Sedikitnya 45.000 warga sipil Sudan Selatan mencari perlindungan di markas PBB di tengah pertempuran brutal yang telah menyebar ke separuh wilayah bangsa yang baru didirikan itu, kata PBB, Selasa (24/12).

Sedikitnya 20.000 orang berlindung di dua markas PBB di ibu kota Juba, sementara 17.000 berlindung di markas PBB di kota Bor, Jonglei, yang dikuasai pemberontak.

Sebanyak 7.000 orang berlindung di markas PBB di Bentiu, ibu kota negara bagian penghasil minyak Unity - yang juga dikendalikan pemberontak - tambah PBB, sementara "pertempuran sporadis" dilaporkan terjadi di Upper Nile, negara bagian kaya minyak lainnya.

PBB mengatakan, sedikitnya 45.000 orang berlindung di sana dan tempat perlindungan lainnya.

"Perkiraan jumlah pengungsi dalam krisis di Sudan Selatan saat ini telah meningkat menjadi 81.000," kata Kantor Koordinasi Urusan Kemanusiaan PBB (OCHA) dalam laporan situasi terbarunya.

"Mengingat terbatasnya akses bagi warga sipil di luar pusat-pusat penduduk, jumlah ini mungkin akan secara signifikan lebih tinggi."

Jumlah korban tewas resmi mencapapi 500, meskipun angka yang sebenarnya diyakini jauh lebih tinggi, kata pekerja bantuan. Ratusan ribu orang diyakini telah melarikan diri ke pedesaan, memicu segera dikeluarkannya peringatan bencana kemanusiaan.

Presiden Sudan Selatan Salva Kiir mengatakan dia siap untuk melakukan perundingan dengan musuhnya Riek Machar “tanpa prasyarat”, kata utusan khusus Amerika Serikat untuk mengara yang dilanda kekerasan itu, Donald Booth, Senin.

“Saya mengadakan diskusi jujur dan terbuka dengan Presiden Salva Kiir,” kata Booth, di Juba, kepada para reporter di Washington.

“Yang penting, Presiden Kiir berkomitmen kepada saya bahwa dia siap untuk memulai perundingan dengan Riek Machar guna mengakhiri krisis tanpa ada prasyarat, begitu lawan bicaranya bersedia.”

Booth, yang juga adalah utusan khusus AS untuk Sudan, mengatakan dia menemui sebuah kelompok yang terdiri dari 11 tokoh senior di Sudan People's Liberation Movement (Gerakan Pembebasan Rakyat Sudan) “yang masih ditahan di Juba.”

Pemerintah Kiir pekan lalu mengumumkan penahanan terhadap 10 orang, sebagian besar adalah mantan menteri, atas hubungannya dengan sebuah penyelidikan terhadap dugaan upaya kudeta yang dipimpin Machar untuk melawan Kiir.

“Saya bisa mengatakan bahwa mereka aman dan diperlakukan dengan baik,” kata Booth.

“Orang-orang tersebut menyampaikan keinginan dan kesiapan mereka kepada saya untuk menjadi pihak yang mendukung... untuk dialog damai dan rekonsiliasi nasional.” (AFP


BPK Penabur
Gaia Cosmo Hotel
Kampus Maranatha
Back to Home