Seragam Sekolah Berlumuran Darah pada Penyerahan Nobel Perdamaian
OSLO, SATUHARAPAN.COM - Malala Yousafzai, seorang pejuang hak anak-anak perempuan yang selamat dari kematian oleh tembakan Taliban menerima Hadiah Nobel Perdamaian pada hari Rabu (10/12) ini di Oslo, Norwegia. Namun kenangan yang mengejutkan adalah seragam sekolah berlumuran darah yang ikut hadir di Oslo.
Bagi pemenang Nobel Perdamaian termuda ini, kenang-kenangan terpenting berasal dari kehidupannya di masa muda, yaitu seragam sekolah yang berlumuran darah. Itu adalah pakaian yang dia kenakan ketika ditembak oleh Taliban.
Gadis asal lembah Swat, Pakistan berusia 17 tahun itu berbagi hadiah perdamaian dengan pejuang hak asasi manusia asal India, Kailash Satyarthi, 60 tahun, yang telah berjuang selama 35 tahun untuk membebaskan ribuan anak dari perbudakan.
Kedua pemenang Nobel ini mempunyai simbol yang sama, yaitu berasal dari negara yang bertetangga yang terlibat konflik selama puluhan tahun, meskipun sebelumnya terlahir sebagai negara yang merdeka bersama. Ketika namanya disebutkan sebagai penerima Nobel Perdamaian 2014, Malal berharap perdana menteri kedua negara bisa menghadiri upacara pemberian hadiah itu di Oslo.
Malala akan tampil hari ini bersama penerima Nobel Sastra asal Prancis, Patrick Modiano, dan Jean Tirole yang menerima Nobel untuk bidang Ekonomi. Dan perhatian di Oslo tampaknya lebih tertuju pada Malala. Kantor berita AFP menyebutkan bahwa pengunjung di Pusat Perdamaian Nobel di Oslo memberi perhatian pada pakaian Malala yang dikenakan ketika dia ditembak.
Seragam Berlumuran Darah
Nobel Peace Center di Oslo berkesempatan pinjaman seragam sekolah Malala yang dikenakan ketika berusia 15 tahun. Seragam itu dia kenakan pada tahun 2012 ketika seorang pria bersenjata dari kelompok Taliban menembaknya di bus sekolah, karena dia berkampanye untuk hak pendidikan bagi anak perempuan.
"Seragam sekolah sangat penting bagi saya.... Hari saya diserang ketika saya mengenakan seragam ini. Saya berjuang untuk hak saya untuk pergi ke sekolah," katanya dalam sebuah pernyataan, ketika seragam diserahkan ke Pusat tersebut, hari Jumat lalu.
"Mengenakan seragam membuat saya merasa bahwa ya, saya seorang pelajar," katanya tentang seragam itu. "Ini adalah bagian penting dari hidup saya. Sekarang saya ingin menunjukkan kepada anak-anak, orang-orang di seluruh dunia. Ini adalah hak saya, ini adalah hak setiap anak untuk pergi ke sekolah," kata dia.
Meskipun luka di kepala hampir membuat Malala mengalami fatal, tapi dia sembuh setelah diterbangkan untuk operasi di Birmingham , Inggris. Bahkan selanjutnya dia dan keluarga di sana untuk belajar dan melakukan aktivitasnya.
Malala berkampanye untuk hak pendidikan terutama bagi anak perempuan. Dia bepergian ke Norwegia dengan lima aktivis remaja lainnya dari Pakistan, Suriah dan Nigeria, termasuk Shazia Ramzan, 16 tahun dan Kainat Riaz, 17 tahun yang juga ditembak oleh Taliban, serta n Amina Yusuf, aktivis pendidikan anak perempuan dari Nigeria utara di mana kelompok teror Boko Haram menculik lebih dari 200 siswi dalam serangan pada April 2014.
"Meskipun saya akan menjadi salah satu gadis yang menerima penghargaan ini, saya tahu saya bukan suara tunggal," kata Malala dalam sebuah pernyataan pada hari Senin. "Gadis-gadis yang berani tidak hanya teman-teman saya, mereka sekarang saudara saya dalam kampanye kami untuk pendidikan bagi setiap anak."
Budak Anak-anak
Pemenang Nobel Perdamaian lainnya, Satyarthi, juga datangan ke Norwegia untuk menerima Hadiah Nobel Perdamaian. Dia telah membuat meningkatnya kesadaran terhadap keberadaan jutaan anak yang dipekerjakan sebagai budak. "Isu-isu perbudakan anak, pernikahan anak, pekerja anak, perdagangan anak ... sebagian besar diabaikan, tapi sekarang mereka telah mendapatkan perhatian yang luar biasa," katanya.
"Saya merasa bahwa ini adalah suatu kehormatan bagi semua anak di dunia dan anak-anak yang paling kekurangan dari masa kecil mereka, pendidikan mereka, kesehatan mereka, hak-hak mereka dan martabat mereka."
Para pemenang Nobel akan membawa pulang hadih sebesar delapan juta kronor Swedia (atau sekitar US$ 1,1 juta atau sepadan dengan Rp 14 miliar). Hadiah akan akan dibagi untuk penerima bersama.
Pemenang Lain
Sementara itu, hadiah Nobel untuk sastra, ekonomi dan ilmu pengetahuan akan diserahkan di Stockholm. Penulis Perancis, Patrick Modiano, dikenal sebagai sstrawan yang menulis novel yang mengangkat pengalaman pendudukan Nazi Jerman dalam gaya surealis.
"Saya terkejut. Rasanya saya seperti terbelah dua dan mengamati apa yang terjadi pada saya," kata pria berusia 69 tahun itu di Stockholm pada hari Sabtu. Dia menambahkan bahwa dia secara bertahap mulai terbiasa dengan "peristiwa mengejutkan".
Ekonom Prancis berusia 61 tahun, Jean Tirole, dari Toulouse School of Economics, mendapatkan penghargaan untuk karyanya tentang mengendalikan perusahaan raksasa.
Hadiah bidang sains yang secara tradisional didominasi para peneliti Amerika Serikat, tapi tahun ini diraih pemenang non AS. Peneliti Jepang, Isamu Akasaki dan Hiroshi Amano, bersama kolega yang berbasis di AS, tapi kelahiran Jepang, Shuji Nakamura, memenangi hadiah fisika untuk karyanya lampun LED.
Peneliti Inggris-Amerika, John O'Keefe, menerima hadiah Nobel Kedokteran bersama pasangan asal Norwegia, Mei-Britt dan Edvard Moser yang menemukan mekanisme navigasi pada otak manusia.
Eric Betzig dan William Moerner yang berbasis di Amerika Serikat dan Jerman, Stefan Hell Neraka menerima hadiah Nobel untuk bidang Kimia, dan berjasa dalam meletakkan dasar-dasar mikroskop ultra-kuat. (AFP)
Empat Kue Tradisional Natal dari Berbagai Negara
JAKARTA, SATUHARAPAN.COM - Perayaan Natal pastinya selalu dipenuhi dengan makanan-makanan berat untu...