Serangan Bom di Irak membunuh 59 Orang
BAGHDAD, SATUHARAPAN.COM – Sejuimlah bom dan serangan menghantam ibu kota Irak, Baghdad dan sebuah desa dekat kota Baquba di Irak, hari Rabu (15/1). Serangan itu mengakibatkan sedikitnya 59 orang meninggal, kata polisi dan sumber rumah sakit setempat.
Serangan itu terjadi saat Perdana Menteri Irak, Nuri Al-Maliki, memperingatkan bahwa gerilyawan berusaha untuk mendirikan sebuah “negara yang membiarkan kejahatan.”
Dalam insiden paling mematikan itu, sebuah bom meledak di sebuah tenda pemakaman di mana pelayat yang memakamkan seorang milisi pro Muslim Sunni yang meninggal dua hari yang lalu, kata polisi. Serangan di Shatubini, sebuah desa di selatan Baquba membunuh 18 orang dan melukai 16 orang lainnya.
Dua tahun setelah pasukan AS meninggalkan Irak, kekerasan meningkat ke tingkat tertinggi sejak pertumpahan darah antara Sunni dan Syiah pada kurun 2006-2007 yang membunuh puluhan ribu orang.
Serangan ISIL
Tentara terkepung oleh militan Sunni yang menguasai Falluja, di sebelah barat kota Baghdad lebih dari dua pekan lalu dalam sikap menentang pemerintahan Maliki. Mereka dipimpin oleh Negara Islam Irak dan Levant (ISIL) Al-Qaeda yang juga berperang di Irak barat dan Suriah untuk membangun wilayah kekuasaan Islam lintas perbatasan.
"Pertempuran akan lama dan akan terus," kata Maliki di televisi pemerintah pada hari Rabu (15/1), dan menyerukan dukungan dunia. "Jika kita diam itu berarti penciptaan terbentuknya negara yang membuiarkan kejahatan yang akan mengacaukan keamanan di kawasan ini dan dunia,” kata Maliki.
Maliki telah memerintahkan serangan terhadap Falluja dengan mengerahkan tentara dan tank memperingatkan kota berpenduduk 300.000 itu. Namun pemerintah juga meminta kepada kelompok suku setempat untuk mengusir ISIL yang telah memanfaatkan kemarahan di kalangan minoritas Sunni terhadap pemerintah yang mereka tuduh menindas.
Serangan Yang Luas
Loyalis Al-Qaeda melakukan serangan tanpa henti yang sebagian besar ditujukan pada pasukan keamanan, warga sipil Syiah dan Sunni yang dinilai loyal kepada pemerintah yang dipimpin Syiah.
Kekerasan juga mengecewakan pemimpin wilayah otonomi Kurdi Irak. "Ini adalah bencana," kata kepala staf presiden Fuad Hussein, kepada Reuters. "Sekarang seluruh negeri sedang terancam oleh teroris, jadi kita harus memiliki front bersama."
Setidaknya tujuh bom melanda ibu kota Irak, terutama di distrik Syiah, dan membunuh 37 orang dan melukai 78, kata polisi dan petugas medis. Sebuah bom mobil meledak di Dujail, kota Syiah 50 km di utara Baghdad, dan membunuh tiga orang dan melukai tujuh lainnya.
Pemboman diikuti serangan yang membunuh 24 orang kemarin, serta serangan terkoordinasi oleh militan di sebuah jembatan jalan raya dan kantor polisi di dekat Fallujah.
Menghancurkan Jembatan
Sementara seorang pembom bunuh diri meledakkan sebuah tanker bahan bakar di dekat kota Saqlawiya, sekitar 10 km utara Falluja dan menyebabkan jembatan runtuh dan menghancurkan salah satu dari dua tank militer diparkir di atasnya, kata, polisi. Sejumlah pria bersenjata kemudian menyerang dan menghancurkan tangki kedua.
Secara bersamaan, puluhan militan menyerbu sebuah kantor polisi di Saqlawiya, memaksa penghuninya untuk menyerah. Helikopter militer kemudian menyerang orang-orang bersenjata di kantor polisi, namun gagal untuk mengusir mereka. Kelompok suku bersenjata yang bermusuhan dengan Al-Qaeda sedang mempersiapkan serangan terhadap kantor polisi pada hari Rabu.
Jembatan rusak meliputi jalan raya utama yang menuju ke wilayah barat dari Baghdad di Provinsi Anbar, wilayah padang pasir yang luas yang dikuasai Sunni, dan menuju ke Suriah dan Yordania. Polisi mengatakan bom truk juga meledak di Ramadi, ibukota provinsi Anbar. (ahram.org.eg)
Empat Kue Tradisional Natal dari Berbagai Negara
JAKARTA, SATUHARAPAN.COM - Perayaan Natal pastinya selalu dipenuhi dengan makanan-makanan berat untu...