Serangan Bom Di Tengah Upaya Perundingan Suriah
DAMASKUS, SATUHARAPAN.COM - Sebuah bom mobil menghantam kota Hama yang dikuasai pemerintah Suriah, hari Minggu (20/10) dan menimbulkan banyak korban. Hal ini terjadi di tengah-tengah upaya penyelenggaraan dialog untuk menyelesaikan konflik di negeri itu yang rencananya dilakukan pada 23 November mendatang.
"Satu serangan bom mobil yang dilakukan para teroris di dekat perusahaan sarana pertanian di pinggir kota Hama," kata stasiun televisi pemerintah. Sedikitnya 43 orang meninggal akibat serangan tersebut.
Kelompok pemantau Observatorium Suriah untuk Hak Asasi Manusia menyebutkan, "Satu ledakan kuat menghantam jalan raya Sinaa di kota Hama beberapa aaat lalu, disusul dengan baku tembak seru."
"Menurut laporan-laporan awal, ledakan itu ditujukan pada pos pemeriksaan yang ditangani pasukan pemerintah dekat perusahaan sarana pertanian, dan ambulan terlihat berada di lokasi itu."
Sebelumnya, serangan besar-besaran yang melibatkan bom bunuh diri telah menewaskan 16 tentara di satu daerah penting pinggiran Damaskus yang memulai bentrokan senjata serius selama beberapa jam.
Kawasan Hama Lembah Orontes di kenal sebagai lokasi pembantaian sekitar 10.000 sampai 40.000 orang yang diperintahkan Presiden Hafez al-Assad, ayah Presiden Bashar al-Assad tahun 1982 dalam satu tindakan keras terhadap satu pemberontakan.
Dalam bulan-bulan pertama setelah pemberontakan terhadap pemerintah Presiden Bashar al-Assad meletus Maret 2011, Hama dilanda sejumlah unjuk rasa terbesar menentang pemerintah Bashar Al-Assad. Tetapi dalam musim panas lalu pasukan keamanan menyerbu kota itu,menewaskan sejumlah orang, dan menguasai kota tersebut.
Rencana Perundingan
Perundingan perdamaian Suriah dapat diselenggarakan pada 23 November, tapi tidak tanpa kesertaan "oposisi tepercaya", kata seorang diplomat.
Setelah pertemuan dengan utusan PBB-Liga Arab, Lakhdar Brahimi, yang ditunjuk bagi usaha antarbangsa menghentikan perang saudara hampir tiga tahun di Suriah, ketua Liga Arab, Nabi al-Arabi, mengatakan yang disebut konferensi Jenewa II itu diselenggarakan pada 23 November.
Tapi, Brahimi, yang berbicara dengan wartawan di Kairo, dengan hati-hati mengatakan pertemuan itu tidak dapat diselenggarakan tanpa kehadiran oposisi yang dapat dipercaya, sebagai bagian penting rakyat Suriah.
Dorongan baru bagi perundingan perdamaian itu datang setelah satu kesepakatan antara Amerika Serikat dan Rusia untuk memaksa Suriah menyetujui pemusnahan senjata-senjata kimia. Namun banyak dari kelompok oposisi menentang kesepakatan itu karena mencegah serangan AS terhadap pemerintah Suriah.
Blok oposisi Koalisi Nasional mengatakan para anggotanya akan memutuskan dalam beberapa hari ke depan apakah akan hadir pada perundingan Jenewa itu. Sementara itu, Dewan Nasional Suriah, satu anggota penting koalisi itu mengancam akan ke luar jika koalisi hadir.
Menteri Luar Negeri Amerika Serikat, John Kerry, akan ke Inggris untuk menghadiri satu pertemuan kelompok "Sahabat Suriah" Selasa depan. Pada pertemuan itu pemerintah Barat dan Arab diperkirakan akan mendesak kelompok oposisi datang bersama menghadiri perundingan itu. (AFP / SANA / aljazeera.com)
Korban Pelecehan Desak Vatikan Globalkan Kebijakan Tanpa Tol...
ROMA, SATUHARAPAN.COM-Korban pelecehan seksual oleh pastor Katolik mendesak Vatikan pada hari Senin ...