Serangan Gas Beracun Khawatirkan Warga Pinggiran Damaskus
DAMASKUS, SATUHARAPAN.COM - Sehari setelah serangan gas beracun yang menewaskan ratusan orang di Sebuah desa pertanian di pinggiran kota Damaskus, Suriah, warga dicekam ketakutan akan terkontaminasinya persediaan makanan dan air mereka.
Gas beracun melanda wilayah Ghouta, wilayah pertanian yang memasok sayuran segar, daging, dan susu kepada 3 juta penduduk Damaskus.
Hana, seorang penduduk setempat mengatakan, ketiga putrinya kini resah tentang apa yang harus memberi makan anak-anak mereka akibat serangan gas beracun tersebut.
"Mereka sangat panik hingga terus-menerus menelepon saya sepanjang hari. Mereka khawatir buah-buahan dan susu yang mereka dan anak-anak mereka konsumsi telah terkontaminasi dan akan memiliki dampak bagi kesehatan di masa mendatang," ujar Hana.
Penduduk Damaskus mengaku melihat pemboman yang keras dan terus menerus pada malam keracunan sebelum fajar pada 21 Agustus,
"Biasanya kita mendengar hanya tembakan rudal namun kemarin kami mendengar seperti menembus udara di atas kami, dan begitu menyentuh tanah langsung menimbulkan ledakan yang sangat keras," tutur salah seorang warga Rukn al Din, wilayah di mana pernah terjadi pembakaran pasukan artileri pemerintah oleh para pemberontak.
Pihak berwenang Suriah sendiri belum mengeluarkan respon kepada penduduk setempat mengenai perlu tidaknya mengambil tindakan-tindakan pencegakan khusus untuk melindungi diri dari kemungkinan kontaminasi.
AS Pertimbangkan Opsi Militer
Negara-negara Barat percaya pasukan Presiden Bashar al-Assad melakukan serangan senjata kimia terburuk sejak pemimpin Irak Saddam Hussein membantai ribuan suku Kurdi pada tahun 1988 juga dengan cara yang sama, namun pemerintah Suriah menyangkal peran dalam serangan gas beracun tersebut dan balik menyalahkan pemberontak.
Amerika Serikat (AS) dan Prancis percaya pemerintah Suriah menggunakan gas sarin yang dicampurkan dengan air dalam insiden kecil tersebut. Menurut situs dari US Centers for Disease Control dan Prevention orang bisa terkena dampak dengan menyentuh atau minum dari air yang terkontaminasi dan mengonsumsi makanan yang terkontaminasi.
Saat ini bahwa Presiden AS Barack Obama sedang mempertimbangkan perlunya opsi militer untuk mengakhiri perang yang telah berlangsung selama dua setengah tahun dan telah menewaskan sekitar 100.000 orang. (alarabiya.net)
Editor : Yan Chrisna Dwi Atmaja
KPK Geledah Kantor OJK Terkait Kasus CSR BI
JAKARTA, SATUHARAPAN.COM - Penyidik Komisi Pemberantasan Korupsi (KPK) menggeledah kantor Otoritas J...