Serangan Senjata Kimia Menimbulkan Kekhwatiran Tetangga Suriah,
DAMASKUS, SATUHARAPAN.COM – Pemerintah Suriah memperingatkan Amerika Serikat terhadap setiap tindakan militer ke negeri itu yang bisa menjadi bola api yang membakar Timur Tengah. Presiden Suriah, Bashar al-Assad, menegaskan pihak Washington tidak menyeberangi "garis merah" di Suriah.
Suriah tengah menjadi sorotan tajam dunia, karena Rabu (21/8) pekan lalu terjadi serangan dengan senjata kimia di pinggiran ibu kota, Damaskus, dan menewaskan ratusan orang. Pihak oposisi menuduh militer pemerintah yang mendembakkan, sementara pihak pemerintah menuduh oposisi yang menggunakan sejata kimia.
Dalam beberapa bulan terakhir Suriah dituduh menggunakan senjata kimia, dan sebuah tim penyelidik Perserikatan Bangsa-bangsa (PBB) telah ada di sana untuk menyelidiki tiga kasus sebelumnya. Dan insiden terakhir telah menimbulkan kekhawatiran yang besar di negara-negara tetangga Suriah.
Serangan senjata kimia telah menuimbulkan kemarahan dunia internasional dan pihak PBB mengecam keras, serta menyebutnya sebagai kejahatan terhadap kemanusiaan. “Penggunaan senjata kimia adalah pelanggaran hukum internasional, dan pelakunya akan menghadapi konsekuensi serius,” kata Sekjen PBB, ban Ki-moon.
Presiden Amerika Serikat, Barack Obama, telah bertemu penasihat militer dan keamanan nasional pada hari Sabtu (24/8) untuk memperdebatkan berbagai opsi menghadapi serangan senjata kimia Suriah. Angkatan laut AS juga telah diposisikan di Laut tengah untuk kemungkinan Obama mengambil pilihan serangan bersenjata Suriah.
Namun Suriah mengatakan pihaknya tidak panic dengan sikap AS. "Intervensi militer AS akan membuat dampak yang sangat serius dan bola api yang akan membakar Timur Tengah," kata Menteri Informasi Suriah, Omran Zoabi, dikutip oleh kantor berita negara SANA, kepada televisi al-Mayadeen yang berbasis di Libanon.
Obama memperoleh wewenang untuk mengirim senjata AS bagi pemberontak Suriah pada Juni lalu, tetapi hal itu ditunda karena kekhawatiran senjata akan jatuh ke tangan kelompok-kelompok Islam radikal di koalisis oposisi. Hal itu bisa menjadi ancaman bagi Barat.
Sementara itu diberitakan bahwa kelompok Al Nusra yang terkait Al Qaeda, telah berjanji untuk menargetkan masyarakat dari sekte Alawit Suriah, serta Bashar Al-Assad, dengan serangan roket sebagai pembalasan atas insiden senjata kimia. Hal itu disampaikan melalui sebuah rekaman audio yang dipublikasikan di YouTube.
"Untuk setiap roket kimia yang telah jatuh pada orang-orang kami di Damaskus, salah satu desa mereka akan membayarnya," kata pimimpin Al Nusra, Abu Mohammad al-Golani dalam rekaman itu.
Obama sendiri tampak enggan untuk campur tangan dalam perang sipil di Suriah, tetapi laporan pembunuhan massal di dekat Damaskus telah menempatkan tekanan pada Gedung Putih bahwa penggunaan senjata kimia akan menjadi "garis merah" bagi Amerika Serikat.
Sedangkan Iran mengatakan bahwa intervensi oleh Washington akan memiliki "konsekuensi berat." Amerika tahu bahwa melewati garis merah di Suriah akan memiliki konsekuensi berat bagi Gedung Putih, kata Massoud Jazayeri, wakil kepala staf angkatan bersenjata Iran. (alarabiya.net)
Editor : Sabar Subekti
Korban Pelecehan Desak Vatikan Globalkan Kebijakan Tanpa Tol...
ROMA, SATUHARAPAN.COM-Korban pelecehan seksual oleh pastor Katolik mendesak Vatikan pada hari Senin ...