Loading...
HAM
Penulis: Sabar Subekti 10:42 WIB | Sabtu, 11 Januari 2025

Serangan Udara Militer Myanmar Menewaskan 40 Warga Desa

Serangan Udara Militer Myanmar Menewaskan 40 Warga Desa
Foto dari Tentara Arakan menunjukkan orang-orang menyaksikan kebakaran setelah serangan udara militer Myanmar di Desa Kyauk Ni Maw, dekat kota Ramree, di negara bagia Rakhine, Myanmar, hari Rabu (8/1). (Foto-foto: tentara Arakan via AP)
Serangan Udara Militer Myanmar Menewaskan 40 Warga Desa
Kobaran api di rumah-rumah di Desa Kyauk Ni Maw akibat serangan udara militer Myanmar.

BANGKOK, SATUHARAPAN.COM-Serangan udara oleh militer Myanmar di sebuah desa yang dikuasai oleh kelompok etnis minoritas bersenjata menewaskan sekitar 40 orang dan melukai sedikitnya 20 orang lainnya, kata pejabat kelompok tersebut dan sebuah badan amal setempat pada hari Kamis (9/1).

Mereka mengatakan ratusan rumah terbakar dalam kebakaran yang dipicu oleh pengeboman tersebut.

Serangan itu terjadi pada hari Rabu (8/1) di desa Kyauk Ni Maw di kota Ramree, sebuah wilayah yang dikuasai oleh Tentara Arakan di negara bagian Rakhine barat, kata mereka. Militer belum mengumumkan adanya serangan di wilayah tersebut.

Situasi di desa tersebut tidak dapat dikonfirmasi secara independen, dengan akses ke internet dan layanan telepon seluler di wilayah tersebut sebagian besar terputus.

Myanmar dilanda kekerasan yang dimulai ketika militer menggulingkan pemerintahan terpilih Aung San Suu Kyi pada bulan Februari 2021. Setelah militer menggunakan kekuatan mematikan untuk menekan demonstrasi damai, banyak penentang pemerintahan militer mengangkat senjata dan sebagian besar wilayah negara tersebut kini terlibat dalam konflik.

Khaing Thukha, juru bicara Tentara Arakan, mengatakan kepada The Associated Press bahwa sebuah jet tempur mengebom desa tersebut pada Rabu sore, menewaskan 40 warga sipil dan melukai lebih dari 20 lainnya.

"Semua yang tewas adalah warga sipil. Di antara yang tewas dan terluka adalah perempuan dan anak-anak," kata Khaing Thukha. Kebakaran yang disebabkan oleh serangan udara tersebut menyebar ke seluruh desa, menghancurkan lebih dari 500 rumah, imbuh Khaing Thukha.

Tidak jelas mengapa desa tersebut menjadi sasaran. Pemimpin kelompok amal lokal dan media independen juga melaporkan serangan udara dan korban jiwa tersebut.

Pemerintah militer telah meningkatkan serangan udara selama tiga tahun terakhir terhadap kelompok pro demokrasi bersenjata yang secara kolektif dikenal sebagai Pasukan Pertahanan Rakyat dan terhadap kelompok etnis minoritas bersenjata yang telah berjuang selama beberapa dekade untuk mendapatkan otonomi yang lebih besar. Kedua kelompok tersebut terkadang melakukan operasi gabungan melawan tentara.

Ramree, 340 kilometer (210 mil) di barat laut Yangon, kota terbesar di negara itu, direbut oleh Tentara Arakan pada Maret tahun lalu.

Tentara Arakan adalah sayap militer yang terlatih dan bersenjata lengkap dari gerakan etnis minoritas Rakhine yang menginginkan otonomi dari pemerintah pusat Myanmar. Tentara Arakan juga merupakan anggota aliansi kelompok etnis bersenjata yang baru-baru ini memperoleh wilayah strategis di timur laut negara itu di perbatasan dengan China.

Tentara Arakan memulai serangannya di Rakhine pada November 2023 dan kini telah menguasai markas besar tentara regional yang penting secara strategis dan 14 dari 17 kotamadya di Rakhine, sehingga hanya ibu kota negara bagian itu, Sittwe, dan dua kotamadya penting di dekat Ramree yang masih berada di tangan pemerintah militer.

Seorang pemimpin kelompok amal, yang telah membantu penduduk desa tersebut, mengatakan kepada AP pada hari Kamis bahwa sedikitnya 41 orang tewas dan 50 lainnya terluka dalam serangan udara tersebut, yang menargetkan pasar desa tersebut.

Pemimpin tersebut, yang berada di luar kota pada saat serangan udara tersebut, berbicara dengan syarat anonim karena masalah keamanan. Ia mengatakan bahwa ia menerima informasi tersebut dari anggota kelompoknya yang berada di desa tersebut dan menghadapi kekurangan obat-obatan untuk merawat orang-orang yang terluka.

Media berita yang berbasis di Rakhine termasuk Arakan Princess Media juga melaporkan serangan tersebut dan mengunggah foto-foto daring yang memperlihatkan orang-orang memadamkan api di rumah mereka.

Rakhine, yang sebelumnya dikenal sebagai Arakan, merupakan lokasi operasi kontra pemberontakan brutal tentara pada tahun 2017 yang menyebabkan sekitar 740.000 Muslim minoritas Rohingya mencari perlindungan di seberang perbatasan di Bangladesh. (AP)

Editor : Sabar Subekti


BPK Penabur
Gaia Cosmo Hotel
Kampus Maranatha
Back to Home