Serunya Pertempuran di Latgab TNI 2014
SATUHARAPAN.COM - Latihan Gabungan (Latgab) TNI 2014 yang dilangsungkan mulai 19 Juni lalu dimaksudkan untuk menguji berbagai doktrin perang yang bersifat pre-emptive atau mencegah serangan masuk ke wilayah darat Negara Kesatuan Republik Indonesia. Latihan dilakukan di tiga mandala latihan yang puncaknya adalah perebutan Pantai Asembagus, Situbondo, Jawa Timur untuk menguji doktrin pertempuran dan peperangan secara gabungan, menguji interoperabilitas masing-masing matra TNI yang selama ini dilaksanakan secara parsial.
Skenario latihan menurut Direktur Latgab TNI 2014, Letjen (TNI) Lodewijk Paulus adalah "diasumsikan ada kekuatan asing dari negara Musang mencoba merebut sebagian wilayah Indonesia. Mereka berpangkalan di Pulau Paju, sebelah barat Bengkulu. Kekuatan asing ini juga mengerahkan kekuatan laut dan udara mereka sebelum akhirnya melakukan pendudukan di Pantai Asembagus".
Dan sesuai janji Panglima TNI Jenderal (TNI) Moeldoko, seluruh matra mengerahkan kemampuan terbaiknya dalam latgab ini. Skenario pertempuran dibuat mirip dengan pertempuran sesungguhnya baik itu pertempuran di darat, laut maupun udara. Serunya pertempuran tersebut diantaranya adalah :
1. Operasi tempur laut. Disimulasikan dalam perjalanan di perairan Laut Jawa, radar KRI Sultan Iskandar Muda mendeteksi adanya pesawat intai musuh yang mendekati iring-iringan 11 KRI yang sedang berlayar dalam formasi tempur. Iring-iringan ini dibagi dalam dua divisi yaitu formasi Divisi 1 yang terdiri atas KRI Yos Sudarso, KRI Sultan Iskandar Muda, KRI Sultan Hasanuddin, KRI Kerapu, dan KRI Pandrong serta formasi Divisi 2 yang terdiri atas KRI Ahmad Yani, KRI Oswald Siahaan, KRI Abdul Halim PerdanaKusuma, KRI Sutanto, KRI Tjiptadi dan KRI Pati Unus. Dalam waktu sekejap ribuan butir amunisi ditembakkan dari meriam-meriam yang ada di 11 KRI tersebut mulai dari kaliber 12,7 mm sampai kaliber 40 mm. Dua pesawat intai musuh berhasil ditembak jatuh. Simulasi pertempuran yang disebut dengan istilah Anti Air Rapid Open Fire Exercise (Aarofex) ini bertujuan untuk melindungi kapal markas yaitu KRI Makassar dan KRI Surabaya yang mengangkut pejabat Komando Gabungan dan pasukan tempur.
2. Operasi KDOL (Kelompok Depan Operasi Linud) yang melibatkan 25 prajurit yang terdiri atas 13 personel Paskhas TNI AU dan 12 personel Kostrad. Pasukan secara bergantian melompat keluar dari badan pesawat TNI AU jenis CN-295 dari ketinggian 6.000 kaki dan berhasil mendarat dengan sempurna di wilayah musuh yang terletak di wilayah pantai Banongan Asembagus Situbondo, Jawa Timur). 25 penerjun ini melaksanakan infiltrasi udara secara rahasia pada malam hari untuk menghindari pendeteksian musuh dengan tugas utama menyiapkan Dropping Zone (DZ) untuk serangan besar-besaran yang akan dilakukan pada 7 Juni yang akan datang.
3. Operasi serbuan batalion infanteri mekanis. Berbeda dengan serbuan infanteri biasa, di sini panser digunakan untuk melindungi pasukan saat menyerbu. Serbuan bisa dilakukan menusuk pertahanan musuh bahkan di tengah hujan peluru karena perlindungan panser. Dalam skenario Latgab TNI 2014 ini, operasi ini dilakukan oleh Batalion Infanteri Mekanis 203 Arya Kemuning.
4. Operasi pertahanan udara di darat. Dalam simulasi ini, Batalion Artileri Pertahanan Udara Ringan (Arhanudri) 1 Kostrad melakukan tembakan dengan menggunakan meriam Giant Bow berkaliber 23 mm. Disimulasikan, Batalion Arhaudri Kostrad menjatuhkan pesawat intai musuh yang masuk ke wilayah udara Republik Indonesia.
5. Operasi Mobil Udara (Mobud). Operasi ini digelar TNI di kawasan Pusat Latihan Pertempuran (Pusalatpur) Marinir 5 Baluran, Asembagus, Situbondo, Jawa Timur. Doktrin tempur yang berkembang mulai tahun 1959 ini berintikan helikopter milik Pusat Penerbangan TNI AD untuk mendukung pergerakan pasukan secara lincah dan bisa mendarat di mana saja. Mengerahkan 18 helikopter NBell 412 dan 2 Bell 205 A-1 milik Pusat Penerbangan TNI AD, heli-heli serbu tersebut mengangkut 160 personel tempur dari Batalion Infanteri 411/Raider yang diturunkan dengan tali saat dropping (fast rope).
6. Operasi tempur laut gabungan dimana terjadi pertempuran laut antara unsur-unsur Kapal Perang Republik Indonesia (KRI) yang tergabung dalam Komando Tugas Laut Gabungan (Kogaslagab) dengan beberapa kapal perang dan kapal selam musuh di Samudera Hindia. Pertempuran laut ini dipimpin Panglima Komando Tugas Laut Gabungan (Pangkogaslagab) Latgab TNI Laksma (TNI) Aan Kurnia yang sehari-hari adalah Komandan Gugus Tempur Laut (Guspurla) Komando Armada RI Kawasan Timur. Aksi pertempuran laut berlangsung seru dan sengit saat dua kekuatan laut bertemu dan saling berhadapan di tengah samudera. 23 KRI yang terlibat dalam formasi Kogaslagab menembakkan berbagai senjata seperti rudal antikapal, meriam antiserangan udara, bom laut, dan roket multilaras antikapal selam. Berbeda dengan operasi tempur laut, mencekamnya suasana pertempuran di simulasi ini ditambahi dengan aksi pertahanan udara dan serangan udara langsung yang melibatkan pesawat tempur Sukhoi Su-27/Su-30 dan F-16 TNI AU. Aksi tempur laut gabungan diakhiri dengan peluncuran rudal Exocet MM40 Block II dari KRI Sultan Hasanuddin dan KRI Sultan Iskandar Muda serta rudal C-802 dari KRI Yos Sudarso dan KRI Abdul Halim Perdanakusuma yang semuanya telak menghajar eks KRI Karang Banteng yang disimulasikan sebagai kapal perang musuh.
Operasi tempur laut gabungan ini disaksikan langsung oleh Menteri Pertahanan Purnomo Yusgiantoro yang didampingi Panglima TNI dan kepala staf tiga angkatan yang onboard KRI Makassar.
Editor : Prasto Prabowo
Empat Kue Tradisional Natal dari Berbagai Negara
JAKARTA, SATUHARAPAN.COM - Perayaan Natal pastinya selalu dipenuhi dengan makanan-makanan berat untu...