Setelah 4 Dekade, Kuba Kembali Punya Perdana Menteri
HAVANA, SATUHARAPAN.COM-Pertama kali setelah lebih dari empat dekade, Kuba memiliki perdana menteri. Menteri pariwisata, Manuel Marrero, mulai 21 Desember menjabat sebagai perdana menteri, ketika negara itu menghidupkan kembali jabatan yang terakhir dipegang oleh Fidel Castro.
Pengangkatan Marrero, 56 tahun, sebagai kepala pemerintahan adalah bagian dari proses desentralisasi dan perubahan generasi dari pengawal lama revolusioner yang bertujuan melindungi kekuasaan Partai Komunis.
"Proposal ini telah disetujui oleh biro politik Partai Komunis Kuba," kata Presiden Miguel Diaz-Canel, yang menyampaikannya kepada Majelis Nasional negara itu, yang dengan suara bulat menandatangani, menurut laporan AFP.
Segera setelah presentasinya, Marrero menerima jabat tangan dari mantan presiden Raul Castro, pemimpin Partai Komunis.
Marrero "tidak menjadi pejabat untuk mengubah, tetapi untuk menerapkan dan mengelola. Presiden adalah orang yang memimpin," kata ahli politik Kuba, Arturo Lopez-Levy, dari Holy Names University di California.
Marrero menjabat sebagai menteri pariwisata dari 2004, masih dalam pemerintahan pahlawan revolusioner Fidel Castro, melanjutkan jabatannya di bawah saudaranya, Fidel Raul dan presiden saat ini, Diaz-Canel.
Dia memulai karirnya di pemerintahan pada tahun 1999 sebagai wakil presiden Grup Hotel Gaviota yang kuat dan dimiliki angkatan bersenjata, menjadi presidennya setahun kemudian, jabatan yang dipegangnya sampai tahun 2004. "Sepanjang karirnya ... (Marrero) telah ditandai dengan kesederhanaan, kejujuran, kapasitas kerja, sensitivitas politik dan kesetiaannya kepada partai dan revolusi," kata Diaz-Canel.
Perdana menteri baru "telah memimpin industri pariwisata dengan cara yang terpuji, yang merupakan salah satu jalur utama pengembangan ekonomi nasional," tambahnya. Itulah mengapa Marrero "yang memiliki semua pengalaman luas dalam pariwisata dan bekerja dengan investor," adalah pilihan, menurut Lopez-Levy. "Ini menggarisbawahi prioritas yang dimiliki daerah ini dalam strategi pembangunan negara," katanya.
Posisi perdana menteri terakhir dipegang oleh Fidel Castro pada tahun 1976. Tetapi jabatan itu dihapuskan ketika Castro beralih ke kepresidenan, mengambil alih dari Osvaldo Dorticos setelah konstitusi negara direstrukturisasi.
Castro adalah perdana menteri yang unik "mengingat bobot pribadinya," kata Lopez-Levy. "Kekuasaan tertinggi di negara itu ada di tangan Fidel selama menjabat sebagai perdana menteri dari tahun 1959-76, meskipun Dorticos adalah presiden dan kepala negara, katanya.
Penunjukan perdana menteri mungkin menandakan pemisahan kekuasaan di Kuba, tetapi Lopez-Levy menegaskan bahwa di Kuba itu lebih mewakili "pemisahan fungsi" mengingat konsep komunis tentang kesatuan politik, dan fakta bahwa negara itu adalah negara satu partai.
Konstitusi Kuba mensyaratkan bahwa calon tersebut berasal dari Majelis Nasional yang beranggotakan 605 orang, setidaknya 35 orang, "menjadi warga negara Kuba sejak lahir dan tidak memiliki kewarganegaraan lain."
Perdana menteri memiliki kekuatan untuk merekrut dan memecat pegawai negara serta kontrol keseluruhan gubernur provinsi.
Editor : Sabar Subekti
Empat Kue Tradisional Natal dari Berbagai Negara
JAKARTA, SATUHARAPAN.COM - Perayaan Natal pastinya selalu dipenuhi dengan makanan-makanan berat untu...