Setelah Brunei, Somalia juga Larang Perayaan Natal
MOGADISHU, SATUHARAPAN.COM - Pemerintah Somalia melarang perayaan Natal dan memperingatkan bahwa hari raya Kristen tersebut bisa mengancam iman bangsa Muslim.
"Perayaan ini tidak berhubungan dengan Islam sama sekali," kata seorang pejabat di Departemen Agama, seperti dilansir oleh BBC hari ini (23/12)..
Badan keamanan telah diarahkan untuk tetap waspada untuk menghentikan keramaian apa pun.
Warga asing bebas untuk merayakan Natal di rumah mereka sendiri, tapi hotel dan tempat umum lainnya dilarang menyelenggarakan perayaan.
"Muslim merayakan Natal di Somalia bukanlah hal yang benar, " media lokal mengutip komentar Mohamed Kheyrow, seorang pejabat tinggi di Kementerian Urusan Agama dan Keadilan Somalia.
Para wartawan mengatakan seiring dengan pulihnya negara itu dari perang saudara bertahun-tahun, semakin banyak warga Somalia yang tumbuh di diaspora yang kembali ke Somalia, dan beberapa dari mereka membawa kebiasaan Barat ke negara itu.
Natal tidak banyak dirayakan di Somalia, yang secara resmi mengadopsi Syariah pada tahun 2009. Namun perayaan Natal acap diadakan - terutama sebagai alasan untuk mengadakan pesta.
Walikota Mogadishu, Yusuf Hussein Jimale, mengatakan kepada BBC bahwa perayaan Natal bisa menjadi sasaran kelompok Islam al-Shabab yang telah menargetkan hotel di kota itu di masa lalu.
Perayaan Natal diizinkan di kantor PBB dan markas pasukan penjaga perdamaian Uni Afrika, yang berada di negara itu untuk mendukung perjuangan pemerintah melawan militan al-Qaeda.
Mayoritas penduduk Somalia menganut agama Islam yang merupakan agama resmi negara. Pada tahun 1980, hanya 0,1 persen penduduk yang menganut agama Kristen dan 0,1 persen yang memeluk agama yang lain
Editor : Eben E. Siadari
Kemensos Dirikan 18 Sekolah Darurat Pasca Erupsi Lewotobi
JAKARTA, SATUHARAPAN.COM - Sedikitnya 18 sekolah darurat didirikan oleh Kementerian Sosial (Kemensos...