Shine Bright Like A Diamond
Biarlah kita bersinar bagaikan berlian di tengah keluarga.
SATUHARAPAN.COM – Ulang tahun saya tahun ini bertepatan dengan meninggalnya Tante saya. Dia menghembuskan nafas terakhirnya dini hari. Dengan bergegas, hari itu saya datang ke Rumah Duka yang letaknya lumayan jauh dari rumah. Namun, karena ada sesuatu hal, ambulans yang membawa jenazah belum datang sedangkan saya sudah datang terlebih dahulu.
Bersyukur karena Tuhan sudah menambahkan satu tahun hidup kepada saya, bersedih karena Tante saya dipanggil pulang. Dengan perasaan campur aduk saya duduk termenung di depan ruang administrasi Rumah Duka sambil melihat keluarga-keluarga yang baru saja ditinggalkan orang-orang terkasihnya keluar masuk ruang tersebut. Beragam deskripsi yang tergambar dalam wajah dan laku mereka, namun semua menunjukkan kesedihan.
Kemudian mata saya pun beralih ke berbagai brosur pemakaman dan rumah abu yang terdapat di sana. Semua mengiklankan bagaimana cara menghormati dan memberikan kasih sayang kepada orang-orang terkasih yang berpulang. Namun, pandangan mata saya terpaku pada sebuah iklan yang berjudul ”diamond from ashes”. Dengan teknologi tinggi, abu jenazah bisa dijadikan berlian. Dan berlian itu dapat digunakan sebagai liontin atau cincin yang menunjukkan betapa kita mengasihinya.
Dengan sedikit ngeri saya membayangkan apakah saya mau setelah meninggal, abu jenazah saya dijadikan cincin atau kalung yang digunakan sehari-hari oleh keluarga saya untuk menunjukkan saya selalu hadir di tengah-tengah mereka?
Shine bright like a diamond… lirik lagu yang dinyanyikan Rihanna mengalun di radio sepanjang perjalanan pulang dari Rumah Duka. Tentu saja kita mau bersinar seperti berlian. Tetapi, bukankah berlian itu bersinar saat kita hidup?
Menjadi perenungan pada hari ulang tahun saya, dan membuat saya menulis untuk anak-anak saya: ”Jika saya meninggal, kremasi dan buanglah abu jenazahnya di mana saja, karena itu hanyalah karbon yang tidak berarti. Tidak perlu peti jenazah mahal, demikian pun baju yang dipakai, warna putih, merah, atau kuning… semua sama. Tidak perlu perhiasan pada jenazah, apalagi abu dijadikan perhiasan. Karena semua itu fana, yang kekal adalah Roh. Kesedihan, kehilangan, akan sama seperti matahari yang tenggelam, dan keesokan harinya terbit di langit yang sama. ”
Biarlah kita bersinar bagaikan berlian di tengah keluarga, pada saat kita hidup, bukan setelah kita mati.
Editor: ymindrasmoro
Email: inspirasi@satuharapan.com
Prasasti Batu Tertua Bertuliskan Sepuluh Perintah Tuhan Terj...
NEW YORK, SATUHARAPAN.COM-Prasasti batu tertua yang diketahui yang bertuliskan Sepuluh Perintah Tuha...