Siapa Kaum Houthi di Yaman?
SATUHARAPAN.COM – Kelompok militan Syiah Houthi awalnya merupakan gerakan teologis yang mengabarkan damai, namun kini kelompok tersebut menjadi bagian dari konflik internasional.
Agustus silam menjadi momentum bagi kelompok Syiah Houthi. Ribuan pendukung gerakan ini melakukan unjuk rasa di Ibukota Yaman, Sanaa, untuk mendesak pemerintah Presiden Yaman, Abd Rabbu Mansour Hadi, agar membatalkan pencabutan subsidi BBM. Jika tidak dikabulkan, pemerintah Yaman terancam digulingkan.
Pemimpin gerakan ini, Abdulmalek al-Houthi, menuntut pemerintahan Yaman atas pembagian kekuasaan untuk kelompok-kelompok politik dan aktivis independen dalam pemerintahan.
"Pemerintah Yaman adalah boneka di tangan pasukan yang berpengaruh, yang acuh tak acuh terhadap tuntutan yang sah dan tulus dari rakyat," kata al-Houthi dalam sambutannya, merujuk ke Amerika Serikat.
Presiden Mansour Hadi kemudian melakukan dialog dengan Houthi dan mengajak kelompok militan untuk bergabung dalam pemerintah persatuan. Hasilnya, kedua belah pihak akhirnya menandatangani pakta persetujuan dengan disaksikan oleh utusan Perserikatan Bangsa-Bangsa (PBB) untuk Yaman, Jamal Benomar.
Di bawah perjanjian itu, kelompok Syiah Houthi diminta untuk menarik diri dari Sanaa dan menghentukan permusuhan di provinsi lain. Namun, sayangnya, Houthi kemudian memperluas kekuasaannya dengan mengambil alih kota pelabuhan strategis Hodeida di Laut Merah.
Pada Oktober 2014, Presiden Mansour Hadi menetapkan Khaled Bahah, utusan PBB di Yaman, sebagai Perdana Menteri baru.
Ketegangan kembali muncul pada Januari 2015. Syiah Houthi menolak usulan pembagian enam wilayah federasi yang diajukan pemerintah dan menyerbu istana menuntut pengunduran Presiden Yaman.
Akibatnya, Presiden Mansour Hadi mengungsi ke Aden pada 21 Februari 2015 kemudian meminta perlindungan kepada pemerintah Arab Saudi dan menetap di Riyadh.
Awal Mula Kelompok Syiah Houthi
Pergerakan kelompok Houthi dimulai pada 1990-an dengan nama Ansar Allah, sebuah gerakan teologis yang memberitakan tentang toleransi dan perdamaian. "Kelompok ini dimulai sebagai pertemuan yang disebut Believing Youth Forum di awal tahun sembilan puluhan," kata Ahmed Addaghashi, seorang profesor di Sanaa University.
Kepada kantor berita Al Jazeera, Addaghashi mengatakan, gerakan Houthi awalnya diadakan dalam rangka visi pendidikan dan kebudayaan berwawasan luas.
Addaghashi mengatakan, ketegangan antara pasukan keamanan Yaman dan Houthi pertama meletus ketika para pendukung kelompok protes di masjid-masjid di Sanaa saat pemerintahan Presiden Ali Abdullah Saleh. Houthi berperan penting dalam penggulingan presiden Saleh kala itu.
Menurut para analis politik dari Amerika, sebenarnya Houthi hanya menuntut bagian yang lebih besar dalam kekuasaan di pemerintah federal. Namun, sikap ngotot Presiden Mansour Hadi ikut andil dalam konflik sektarian di negara tersebut.
Dengan adanya intervensi Arab Saudi, Hadi meminta Kaum Houthi untuk menyerahkan senjata dan penyerahan diri pemimpin kelompok militan tersebut.
Editor : Bayu Probo
Empat Kue Tradisional Natal dari Berbagai Negara
JAKARTA, SATUHARAPAN.COM - Perayaan Natal pastinya selalu dipenuhi dengan makanan-makanan berat untu...