Sidang MPL PGI 2016 akan Perluas Makna Keugaharian
JAKARTA, SATUHARAPAN.COM – Spiritualitas keugaharian akan diperluas pembahasannya pada Sidang Majelis Pekerja Lengkap Persekutuan Gereja-gereja di Indonesia (MPL PGI) 2016 di Wisma Retret Methodis, Bangun Dolok, Parapat, Sumatera Utara.
“Nanti yang akan diperluas adalah keugaharian dalam konteks kebangsaan dan keberagaman, kalau di sini konteksnya adalah spiritualitas keugaharian dan tumbuh bersama memelihara keragaman,” kata Kepala Biro Hubungan Masyarakat Persekutuan Gereja-gereja di Indonesia, Jeirry Soumampouw, kepada para pewarta, hari Senin (18/1) di Gedung Grha Oikoumene, Jakarta.
“Kalau tahun lalu (Sidang MPL Malinau, Kalimantan Timur, 2015, red) fokusnya adalah keugaharian tapi ke internal gereja seperti keserakahan dan gaya hidup, nah kalau sekarang kita dalam konteks lebih luas bagaimana spiritualitas keugaharian ini bisa menggarami bangsa ini, karena cara hidup sederhana ini penting,” kata dia.
Ia memberi contoh tentang sikap hidup keugaharian adalah sikap yang mengatakan cukup terhadap sesuatu, seperti banyak orang saat ini yang kadang tidak lagi cukup memiliki satu telepon selular saja, namun terkadang banyak orang yang saat ini memiliki minimal dua telepon selular.
Dua tahun lalu, pasca Sidang Raya Persekutuan Gereja-gereja di Indonesia (PGI) menyerukan kepada seluruh gereja di Indonesia untuk mengajarkan kepada umatnya tentang spiritualitas keugaharian atau ajaran hidup sederhana dan berkecukupan.
“Dalam hal ini gereja ditantang untuk mengembangkan spiritualitas alternatif sembari membangun jejaring bersama, baik gereja maupun antariman, guna menemukan nilai dan keprihatinan bersama,” kata Henrek Lokra, Kepala Biro Penelitian dan Komunikasi (Litkom) PGI pada Selasa (25/11/2014) dalam konferensi pers pasca Sidang Raya XVI PGI (SR XVI PGI) di hadapan para pewarta di Gedung Grha Oikoumene PGI, Jakarta Pusat.
Henrek menjelaskan PGI mendorong sikap hidup sederhana melalui berbagai komunitas basis yang selama ini mengusahakan ekonomi kemaslahatan bersama, sebagai alternatif terhadap model ekonomi dewasa ini yang mengumbar keserakahan.
Henrek menambahkan Gereja menganggap pemberdayaan ekonomi dan pengentasan kemiskinan penting karena sebagai salah satu misi keesaan gereja untuk mengingatkan kepada pemerintah bahwa kemiskinan masih ada dan harus dientaskan sesegera mungkin.
Editor : Bayu Probo
Empat Kue Tradisional Natal dari Berbagai Negara
JAKARTA, SATUHARAPAN.COM - Perayaan Natal pastinya selalu dipenuhi dengan makanan-makanan berat untu...