Sidang Umum PBB, PM Malaysia: Masjid, Kuil, Gereja Berdiri Berdampingan
NEW YORK, SATUHARAPAN.COM – Perdana Menteri Malaysia Dato’ Sri Mohd Najib bin Tun Haji Abdul Razak dalam Sidang Umum ke-69 PBB pada Jumat (26/9) mengatakan bahwa Malaysia kini telah meminggirkan ektremisme dan mempertahankan negara multi-agama. Di Malaysia, terdapat masjid, kuil, dan gereja yang berdiri berdampingan. Pendekatan moderat ini dapat memberikan kontribusi yang berharga untuk menjaga toleransi hidup umat beragama.
Dato’ Sri Mohd Najib mengatakan bahwa Islam telah berhasil mendorong kemajuan dan pembangunan masyarakat majemuk. Filosofi tersebut digunakan Malaysia ketika bertindak sebagai perantara ââdalam proses perdamaian di Filipina selatan dan tempat lain. Malaysia akan menerapkan pendekatan seperti itu dalam memimpin Asosiasi Tenggara Asian Nations (ASEAN) tahun depan.
Empat tahun lalu di Majelis Umum, Dato’ Sri Mohd Najib menyerukan gerakan global moderat untuk melawan ekstremisme.
“Ancaman terhadap keamanan dan perdamaian dunia bukan Islam, tapi ekstremisme,” katanya. Di masa lalu, masyarakat internasional telah meluncurkan perang untuk perdamaian. Ini merupakan tindakan penyerangan jahat, untuk melihat kejahatan yang lebih besar muncul. “Kali ini harus berbeda,” katanya.
Ia menekankan perlunya mengalahkan bukan hanya ekstrimis, tetapi juga ide-idenya.
Dato’ Sri Mohd Najib menambahkan, “Perang melawan ekstremisme bukan tentang agama, yakni orang Kristen terhadap umat Islam, atau Muslim terhadap Yahudi, tapi moderat dibandingkan ekstrimis dari semua agama.”
Perang melawan ekstrimis menurutnya harus dimenangkan, bukan hanya di Suriah dan Irak, tetapi juga di Inggris, Belgia, Amerika Serikat, dan Malaysia. Negaranya telah berhasil mencegah ekstremisme, tapi beberapa warga Malaysia telah terlibat dalam jaringan teroris asing ke Irak dan Suriah. Menurut Perdana Menteri Malaysia tersebut, negara-negara harus mendidik, termasuk menghadapi mereka yang berisiko mengumbar radikalisasi. Mereka juga harus menghadapi mitos bahwa melakukan kekejaman atas nama Negara Islam adalah suatu kematian iman.
Sebuah konferensi internasional yang diadakan oleh pemerintah di negara-negara Islam telah sepakat bahwa negara yang disebut “Islam” itu harus mengutamakan keadilan ekonomi, politik, dan sosial, serta harus melindungi dan memajukan enam tujuan hukum Islam: hak untuk hidup, agama, keluarga, properti, martabat, dan intelektualitas. Islam adalah agama damai yang menghargai koeksistensi.
Di sisi lain, Dato’ Sri Mohd Najib mengatakan bahwa negaranya telah memberikan sumbangan lebih dari 20 juta sarung tangan karet untuk membantu dokter dan perawat yang bekerja memerangi wabah Ebola. Ia juga mengatakan bahwa MH370 dan MH17 adalah tragedi yang akan dikenang selamanya. Pemerintah tidak akan menyerah mencari MH370 dan akan terus mencari keadilan bagi mereka yang telah meninggal dalam jatuhnya MH17. (un.org)
Editor : Bayu Probo
Korban Pelecehan Desak Vatikan Globalkan Kebijakan Tanpa Tol...
ROMA, SATUHARAPAN.COM-Korban pelecehan seksual oleh pastor Katolik mendesak Vatikan pada hari Senin ...