Sisi: Tidak Ada Kelonggaran untuk Kekerasan
KAIRO, SATUHARAPAN.COM - Presiden Mesir Abdel Fattah al-Sisi pada Minggu (8/6), beberapa jam setelah disumpah, memperingatkan tidak akan ada kelonggaran bagi mereka yang melakukan tindak kekerasan.
Dalam sebuah pidato yang disiarkan televisi, Sisi berjanji akan mengupayakan “rekonsiliasi” tetapi tidak dengan pihak yang telah “menumpahkan darah”.
Sisi menggulingkan Presiden Mohamed Morsi pada Juli lalu. Sejak saat itu otoritas menumpas gerakan Ikhwanul Muslimin, memenjarakan para pemimpinnya dan menyidangkan mereka.
Sisi mengatakan, “tidak akan ada kelonggaran dan gencatan senjata dengan pihak yang memilih kekerasan.”
“Saya menantikan era baru yang dibangun dengan rekonsiliasi dan toleransi, kecuali dengan pihak yang melakukan kejahatan atau menggunakan kekerasan sebagai alat,” katanya.
“Saya menegaskan bahwa mereka yang menumpahkan darah orang tidak bersalah dan membunuh putra Mesir, tidak memiliki tempat di barisan (kita),” katanya.
Keluarga Religius
El-Sisi dilahirkan di Kairo, pada 19 November 1954. Ia dibesarkan di Gamaleya, dekat Masjid Al-Azhar. Di kawasan itu, tinggal juga warga Yahudi dan Kristen, selain warga Islam, sehingga mendengar lonceng gereja dan menonton warga Yahudi berduyun-duyun ke rumah ibadat sudah menjadi bagian dari kehidupan kesehariannya sejak kecil.
Keluarganya, yang berasal dari Monufia Governorate, wilayah utara delta Sungai Nil dan Kairo, seperti bisa dibaca di wikipedia.org, dikenal karena disiplinnya, semangat, dan kekayaannya. El-Sisi anak kedua dari delapan bersaudara, ditambah enam saudara lain dari pernikahan kedua ayahnya. Ayahnya, seorang Muslim konservatif tetapi tidak radikal, memiliki toko barang antik kayu di pasar bersejarah Khan el-Khalili.
El-Sisi sering digambarkan sebagai sosok disiplin, tenang, dan taat. Ia lebih suka berkonsentrasi pada studi atau membantu ayahnya daripada berpartisipasi dalam sepak bola dengan anak-anak tetangga. Ia dan saudara-saudaranya lebih sering dijumpai belajar di perpustakaan terdekat di Universitas al-Azhar.
Ia memilih masuk sekolah menengah yang dikelola militer lokal, tempat ia bertemu istrinya, Entissar Amer. Mereka menikah pada 1977, saat ia lulus dari Akademi Militer Mesir. Pasangan itu dikaruniai tiga anak laki-laki dan seorang anak perempuan. Berbeda dengan pendahulunya, ia sangat melindungi privasi keluarganya.
El-Sisi mengikuti berbagai program pendidikan, termasuk pendidikan staf dan komando di Inggris (1992), kursus perang di US Army War College, Amerika Serikat (2006), dan pendidikan dasar infanteri di Amerika. Ia sangat dikenal sebagai pribadi yang tenang, yang membuatnya mendapat julukan “Quiet General”.
El-Sisi punya minat besar terhadap bidang sejarah dan hukum, dan sering mengutip ayat-ayat Al-Quran ke dalam percakapan informal. Sherifa Zuhur, seorang profesor di War College, memiliki kesan El-Sisi mendukung langkah bertahap menuju pluralisme. (AFP/Ant/wikipedia.org)
Empat Kue Tradisional Natal dari Berbagai Negara
JAKARTA, SATUHARAPAN.COM - Perayaan Natal pastinya selalu dipenuhi dengan makanan-makanan berat untu...