Siswi Kristen Sekolah Negeri Malaysia Diduga Dipaksa Pindah Agama
SABAH, SATUHARAPAN.COM - Anggota parlemen Sabah telah menuntut Sekolah Menengah Kebangsaan (SMK) Kinarut bertanggung jawab atas dugaan perpindahan agama salah satu siswi Kristen di sekolah itu ke agama Islam tanpa izin orang tua, padahal seharusnya sekolah bertindak sebagai walinya.
Darell Leiking, anggota parlemen dari Penampang, mengatakan banyak keluarga di Sabah yang tidak memiliki pilihan selain untuk membiarkan anak-anak mereka tinggal di hostel dekat sekolah, karena jarak tempat tinggal yang jauh dan kondisi jalan yang buruk.
Setelah tinggal di hostel, kata dia, sekolah memiliki tanggung jawab penuh untuk mengawasi siswa-siswinya.
"Sekolah harus mengutamakan kepentingan siswa-siswinya. Mereka adalah wali resmi selama jam sekolah," kata Leiking sebagaimana dilansir oleh Malay Mail Online Minggu (8/2).
Leiking memberi pernyataan tersebut berkaitan dengan kasus putri dari Jilius Yapoo, yang berusia 16 tahun dan tinggal di asrama sekolah. Diduga ia telah diminta memeluk agama Islam tanpa sepengetahuan orang tuanya.
Leiking mengatakan, siswi tersebut tidak punya pilihan selain tinggal di asrama sebab rumah kedua orang tuanya 15 kilometer jauhnya dari sekolah dan harus melewati jalan berbatu-batu.
Leiking menyebut 'Islamisasi' putri Leiking itu adalah bentuk penyalahgunaan kepercayaan orang tua oleh sekolah.
Hari Sabtu kemarin Leiking menemui Jilius, pria berusia 46 tahun yang sehari-hari bekerja sebagai penyadap karet. Jilius sebelumnya sudah melaporkan sekolah putrinya kepada polisi setelah mengetahui putrinya dipaksa berpindah agama.
Seorang penganut agama Kristen yang setia, Jilius awal pekan lalu sempat dipertemukan dengan putrinya. Dan ia mengaku tidak bisa menahan tangis.
Pada hari Kamis lalu, Malay Mail Online menurunkan laporan yang menyatakan bahwa pihak berwenang sedang menyelidiki "Islamisasi" atas seorang siswi Kristen di SMK Kinarut yang dilakukan oleh pegawai asrama sekolah.
Diyakini bahwa mantan pegawai asrama sekolah itu telah menghasut siswa-siswinya berpindah agama dengan
mengucapkan kalimat syahadat sebagai deklarasi iman dan memaksanya memeluk agama Islam meskipun masih dibawah umur.
Sampai saat ini, orang tua siswi itu masih belum mengetahui pasti apakah konversi agama putri mereka telah diresmikan.
"Sekolah tidak menghormati kesucian keluarga dengan tidak memfasilitasi pertemuan antara orang tua dan anak sampai hari ini," kata Leiking.
"Mulai saat ini, mereka seharusnya sudah mulai mengadakan pertemuan khusus antara kedua orang tua dengan anak dan juga memberikan gambaran yang jelas tentang apa yang terjadi sehingga mereka dapat menentukan apakah ada atau tidak perpindahan agama dan dan apakah ada hukum yang telah dilanggar," tambah Leiking.
Leiking mengatakan bahwa di saat kebebasan beragama harus ditegakkan, kasus ini melibatkan anak di bawah umur dan hukum harus mempertimbangkan fakta bahwa dia tidak memiliki izin orang tuanya.
"Tidak boleh ada godaan untuk mengkonversi ke agama lain di sekolah, yang merupakan lembaga untuk belajar. Jika ada keraguan atau kemungkinan konversi, orang tua harus diberitahu terlebih dahulu. Asrama tidak bisa menyalahgunakan kepercayaan ini," kata Leiking.
Leiking mengatakan harus ada hukum yang jelas yang mendefinisikan apakah konversi di bawah umur berlaku tanpa izin dari wali anak.
"Saya hanya bisa membayangkan berapa banyak kasus serupa seperti ini terjadi atau telah terjadi di seluruh Sabah," katanya, menambahkan bahwa ia akan melihat legalitas kasus ini dan apakah ada pelanggaran hukum.
Polisi mengatakan kasus itu dirujuk ke otoritas keagamaan negara untuk tindakan lebih lanjut.
Direktur Departemen Pendidikan Negara, Datuk Jame Alip, saat dihubungi mengatakan bahwa masalah itu telah ditangani polisi dan menolak berkomentar lebih lanjut.
Kelompok-kelompok Kristen di Sabah baru-baru ini berduka atas upaya sembunyi-sembunyi yang diduga untuk mengIslamkan pengikut Bumiputera.
Pada bulan Januari 2014, sekelompok penduduk desa Sabah dari wilayah Pitas yang terpencil dilaporkan ditipu untuk memeluk Islam dengan uang 100 ringgit Malaysia oleh kelompok kesejahteraan Muslim.
Dewan Gereja-gereja Sabah serta Gereja Katolik Roma Sabah juga telah secara resmi menyampaikan keluhan kepada Kementerian Pendidikan tahun lalu mengenai taktik rahasia untuk mengIslamkan siswa-siswi Kristen di bawah umur di asrama Labuan Matriculation College.
Editor : Eben Ezer Siadari
Empat Kue Tradisional Natal dari Berbagai Negara
JAKARTA, SATUHARAPAN.COM - Perayaan Natal pastinya selalu dipenuhi dengan makanan-makanan berat untu...