S.M. Doloksaribu: Gereja Wajib Persatukan Tubuh Jiwa Roh dan Lestarikan Lingkungan
JAKARTA, SATUHARAPAN.COM Pembicara seminar mengenai pandangan gereja dan umat Kristiani terhadap pemanasan global (global warming), Ir. S.M.Doloksaribu, M.Ing mengatakan saat ini penting peran gereja menyatukan berbagai pandangan teologis yang ada guna mempersatukan lingkungan gereja, dan umat guna tercapai kesatuan.
Penting untuk kita mendapat kesatuan tubuh, jiwa, dan roh guna melestarikan lingkungan, tidak hanya itu, saat ini kita harus memulai mencoba memahami dan menempatkan tubuh, jiwa dan roh dalam struktur alam atau lingkungan hidup yang ada dan nyata, kata Doloksaribu pada Sabtu (7/12) di GPIB (Gereja Protestan Indonesia bagian Barat) Sumber Asih, Jakarta.
Menurut Doloksaribu di seminar Hemat Energi dan Lingkungan Hidup: Gereja Rendah Karbon, berbagai gereja yang terhimpun di bawah naungan WCC (Dewan Gereja-Gereja sedunia) mengumandangkan berbagai kesadaran baru, dan umat harus mentaatinya.
Saat ini penting melihat keadilan, perdamaian dan keutuhan ciptaan, apalagi tentang globalisasi alternatif mengutamakan rakyat dan bumi, lanjut staf pengajar tetap Teknik Elektro UKI ini.
WCC telah membuat dokumen penting berkaitan dengan lingkungan, tidak hanya selepas sidang di Busan beberapa waktu lalu, akan tetapi, Doloksaribu menambahkan, pada kesempatan-kesempatan lain gereja membuat kesadaran tentang pentingnya keadilan, perdamaian, dan keutuhan ciptaan, juga tentang globalisasi alternatif yang mengutamakan rakyat dan bumi.
Doloksaribu menyesalkan keadaan di dunia, dan dia memberi contoh di ibu kota Jakarta yang kondisi air dan tanah sangat buruk.
Kita tidak usah jauh-jauh mencari masalah ke luar negeri, saat ini saja di Jakarta, kualitas udara, air, dan tanah merupakan masalah yang tidak terpecahkan, kata Doloksaribu dalam seminar yang diprakarasai GPIB Jemaat Sumber Kasih bekerja sama dengan Fakultas Teknik, Program Studi Teknik Elektro UKI.
Dia kemudian merinci apa saja yang menjadi kendala dan problematika ibu kota Indonesia ini.
Udara kita masih tergolong dalam ketiga terburuk di antara kota-kota dunia. Dari tiga belas sungai yang melintasi Jakarta, terutama Ciliwung, yang sudah menjadi sungai mati. Untuk kualitas tanah ini yang amat disesalkan, karena Jakarta tidak memiliki cukup lahan terbuka hijau, lanjut Doloksaribu.
Pada keadaan yang sedemikian mendesak, Doloksaribu mengatakan, berbagai gereja di dunia dari berbagai denominasi, wajib peduli dan peka, sekaligus bergerak nyata demi lingkungan.
Dalam membaca tanda-tanda zaman Gereja-gereja berbicara tentang hidup yang terancam keadilan sosial akibat ekonomi neo liberal yang cenderung mengeksploitasi, kata Doloksaribu.
Doloksaribu menegaskan dengan contoh pada kekayaan biota laut. Seharusnya ada paradigma yang diubah oleh negara, dan gereja sebagai salah satu penggerak umat beragama di Indonesia mendesak pemerintah agar mengelola keanekaragaman laut dengan baik.
Sebagai contoh saat ini adalah pada keanekaragaman hayati di dasar laut, amat penting bagi kita untuk tidak menangkap semua ikan di laut hanya untuk lembaran uang, tetapi sebagian ikan itu harus digunakan untuk menghidupi umat, dan membiarkan ikan lainnya bebas ditangkap di kemudian hari, demikian Doloksaribu.
Panggilan Beraksi
Doloksaribu menekankan bahwa gereja saat ini harus terpanggil untuk beraksi nyata, karena berbagai paradigma gereja saat ini sudah harus bergeser dari periode yang dulu.
Doloksaribu mengatakan mulai dari periode 70an, gereja masih merupakan kumpulan orang saleh, yang penuh dengan presekutuan, dan kesaksian.
Akan tetapi seiring jaman penting bagi gereja untuk tidak sekedar menunjukkan kesalehan, tetapi ada semangat untuk menunjukkan tindakan nyata, dalam hal ini berhubungan dengan lingkungan, kata Doloksaribu.
Doloksaribu menggaris bawahi bahwa gereja jangan hanya dipandang sebagai kesalehan atau selebrasi (natal dan paskah), tetapi juga dengan aksi.
Ketaatan beribadah yang kita tekuni sebagai ibadah mingguan, perlu dikembangkan, akan tetapi penting untuk cepat direaktualisasi menjadi ibadah yang membumi terus-menerus, dan umat Kristiani harus bersikap sesuai dengan situasi lingkungan sepanjang hidup karena Roh, Jiwa, dan Tubuh adalah totalitas kehidupan manusia. Ketiganya merupakan bagian kecil dari ciptaan Tuhan yang Agung dan berkelanjutan, kata dia.
Editor : Yan Chrisna Dwi Atmaja
Kremlin: AS Izinkan Ukraina Gunakan Senjata Serang Rusia Mem...
MOSKOW, SATUHARAPAN.COM-Kremlin mengatakan pada hari Senin ( 18/11) bahwa pemerintahan Presiden Amer...