SMAK 1 Penabur Jakarta Berlaga Lagi di Olimpiade Matematika
JAKARTA, SATUHARAPAN.COM – Jonathan Mulyawan Woenardi (17) dan Fransisca Susan (18) dari SMAK 1 Penabur Jakarta menjadi wakil Indonesia pada Olimpiade Matematika Internasional (International Mathematical Olympiad/IMO) yang ke-55, yang dilangsungkan 3-13 Juli 2014 di Cape Town, Afrika Selatan. Mereka akan bertarung dengan peserta lain dari 109 negara.
Tahun lalu, seperti bisa dibaca di kemdikbud.go.id, SMAK 1 Penabur Jakarta, diwakili Stephen Sanjaya, mempersembahkan medali emas dari IMO, yang kala itu dilangsungkan di Santa Marta, Kolombia. Prestasi Stephen Sanjaya dicatat dalam sejarah sebagai torehan prestasi emas pertama kali setelah 25 tahun Indonesia mengikuti ajang kompetisi itu. Indonesia mulai mengikuti IMO pada 1988 dan baru mulai mendapat Honorable Mention (HM) pada 1991.
Tahun ini, seperti bisa dibaca di situs imo-official.org, Indonesia mengirimkan enam siswa terbaiknya. Selain Jonathan Mulyawan dan Fransisca Susan, siswa lain yang dikirim adalah Kevin Christian Wibisono (16) dari SMAK Ipeka Puri, Gede Bagus Bayu Pentium (17) dari SMA Semesta Semarang, Herbert Ilhan Tanujaya (17) dari SMA Santa Laurensia Banten, dan Reza Wahyu Kumara (18) dari Boarding School Sragen.
Keenam siswa itu lolos setelah melalui serangkaian seleksi yang panjang dan ketat dalam tiga tahap. Tahapan diawali dengan 30 peraih medali Olimpiade Sains Nasional (OSN) 2013 mendapat kesempatan mengikuti pelatihan tahap pertama. Dari jumlah itu berhasil disaring 16 siswa. Persaingan semakin ketat karena siswa yang tahun lalu menjalani pelatihan, bergabung dan turut bersaing. Di antaranya bahkan ada yang mengikuti IMO sebelumnya. Dari total peserta 22 siswa, kemudian disaring menjadi 9 siswa.
Tahap ketiga adalah penentuan siapa yang mewakili Indonesia. Seleksinya pun semakin berat karena siswa harus mengikuti Asian Pacific Mathematics Olympiad (APMO), Maret 2014. Hasilnya merupakan bagian dari penilaian penentuan siapa yang berhak mewakili Indonesia di IMO. Pada tahap itu Fransisca Susan menunjukkan prestasinya dengan meraih medali emas, dan medali perak diraih Jonathan Mulyawan.
Menjelang keberangkatan ke Afrika, keenam siswa tersebut mempersiapkan diri di Hotel Bumi Wiyata Depok.
Jadi “Tradisi”
Bertarung di ajang olimpiade matematika taraf dunia, dan menang, sudah menjadi “tradisi” SMAK 1 Penabur Jakarta. Pada 2001, contohnya, seperti bisa dilihat di bpkpenabur.or.id, Sie Hendrata Dharmawan, berhasil meraih medali perak di IMO. Pada 2003, Wahyu Perdana Yudistiawan dan Guntur Sinardi meraih Honorable Mention (HM). Tahun berikut, prestasi yang sama diraih Wahyu Perdana Yudistiawan dan Ignatius Ivan Janatra.
Sander Parawira pada 2005 meraih perunggu. Pada 2007, Raymond Christopher meningkatkan prestasi dengan meraih perak.
Joseph Andreas tercatat dua kali berlaga di ajang yang sama, meraih HM pada 2008 dan perunggu pada 2009. Tahun berikut, Stefanus Lie menorehkan catatan sejarah bagi sekolah yang terletak di Tanjung Duren, Jakarfta Barat itu dengan berlaga tiga kali, tiga tahun berturut-turut. Pada 2010 ia meraih medali perunggu. Pada 2011, ia juga meraih medali perunggu, sedangkan Ivan Wangsa Cipta Lingga dan Johan Gunardi meraih medali perak. Pada 2012, Stefanus berhasil meningkatkan prestasinya dengan meraih medali perak, sementara rekannya, Fransisca Susan meraih medali perunggu.
Pada 2013, ketika Stephen berhasil menyabet medali emas, Fransisca meraih medali perak.
Empat Kue Tradisional Natal dari Berbagai Negara
JAKARTA, SATUHARAPAN.COM - Perayaan Natal pastinya selalu dipenuhi dengan makanan-makanan berat untu...