SOBAT KBB Gelar Aksi Damai Menolak Rencana Pemberian Penghargaan pada SBY
JAKARTA, SATUHARAPAN.COM - Kedutaan Besar Amerika Serikat (Kedubes AS) siang tadi didatangi oleh puluhan massa dari Solidaritas Korban Pelanggaran Kebebasan Beragama/ Berkeyakinan (SOBAT KBB) yaitu kelompok dari HKBP Filadelfia, GKI Yasmin, Forum Rohaniwan se-Jabodetabek, Jamaah Ahmadiyah, Jamaah Syiah, ANBTI, juga dari Kontras dan Setara Institute. Aksi damai mereka lakukan sebagai bentuk protes dan menyampaikan surat yang berisi penolakan rencana pemberian Anugerah World Statesman yang diberikan kepada Presiden Susilo Bambang Yudhoyono (SBY) dari The Appeal of Conscience Foundation yang berpusat di New York karena dianggap sebagai pemimpin yang perduli akan kerukunan umat beragama di Indonesia pada 30 Mei 2013 mendatang." Apa indikator yang digunakan untuk menetapkan SBY pantas atas penghargaan tersebut?," ujar Koordinator Forum Rohaniwan se-Jabodetabek Pdt. Erwin Marbun di Depan Kedubes AS, Jakarta, (6/5).
Sebelum sampai di Kedubes AS mereka berkumpul di depan Patung Kuda Monas dan dilanjutkan dengan melakukan longmarch ke arah kedubes AS. Teriknya matahari tidak menyurutkan semangat mereka untuk tetap terus melakukan aksi ini. Dalam longmarchnya mereka membawa spanduk dan foto-foto yang menggambarkan tindakan intoleran yang mereka alami selama bertahun-tahun bahkan sampai ada yang menjadi korban penahanan. Aksi ini ingin menunjukkan bahwa masih banyak yang perlu dilihat untuk menetapkan seseorang layak mendapatkan suatu penghargaan.
Dalam orasi di depan Kedutaan, Nia Sjarifudin sebagai Ketua dari Aliansi Nasional Bhineka Tunggal Ika (ANBTI) menuntut janji dari pihak Amerika yang pernah mengeluarkan pernyataan bahwa bangga terhadap Pancasila Indonesia, “Tetapi hari ini sebagai bukti bahwa mereka tidak mengerti apa-apa tentang Pancasila,”ujar Nia.
Dan menyebutkan juga bahwa Presiden SBY juga tidak mengerti Pancasila dan benar-benar tidak layak untuk mendapatkan penghargaan sebagai pemimpin yang memiliki toleransi beragama. “Dimana sampai tadi malam masih terjadi penyerangan terhadap Jamaah Ahmadiah dan polisi, Gubernur maupun Presiden tidak berfungsi sama sekali.” tegas Nia.
Senada dengan Nia, Jayadi Damanik yang merupakan kuasa hukum dari GKI Yasmin mengatakan bahwa Presiden SBY tidak layak dan tidak patut untuk menerima penghargaan sebagai pemimpin yang bertoleransi beragama. “ Pemerintahan ini adalah pemerintahan yang intoleran, karena pelaku-pelaku malah difasilitasi oleh pemerintah setempat dan pemerintah pusat membiarkan saja itu, jadi pemerintah berpihak kepada intoleran daripada warganya sendiri yang menjadi korban, begitu banyak rumah ibadah yang ditutup, begitu banyak korban yang berjatuhan bahkan dikriminalisasi oleh pemerintah yang sedang berkuasa sekarang, dan saya menjadi salah satu orang yang dikriminalisasi. Diberikannya penghargaan itu kepada Presiden SBY merupakan suatu penyesatan “ kata Jayadi.
Pendeta Palti Panjaitan yang mewakili HKBP Filadelfia dimana sekarang ini menjalani proses hukum, mengatakan bahwa ia sangat kecewa dengan pemerintahan SBY yang seharusnya melindungi tetapi justru dengan tindakannya sekarang tidak melindungi bahkan terlibat dalam tindakan-tindakan tersebut. “ Beliau tidak pernah menyuruh bawahan-bawahannya untuk menyelesaikan kasus HKBP Filadelfia. Saya pribadi dan mewakili institusi HKBP dan Sobat KBB menolak kalau SBY mendapat penghargaan ini, sebab beliau bukan sebagai presiden yang toleran tetapi presiden yang intoleran.” Ujar Palti.
Kesaksian juga datang dari Jamaah Ahmadiah yang diwakili oleh Firdaus Mubarik bahwa sejak terpilihnya SBY ada banyak sekali kekerasan yang terjadi pada kelompok minoritas yang didalamnya termasuk kelompok Ahmadiah. Di Jawa Barat sendiri kekerasan tejadi hampir diseluruh tempat, dimana rumah-rumah dibakar, Masjid-masjid dibakar, dimana orang beribadah dilarang.“ Kita merasa bahwa negara tidak hadir lagi disini,” KataFirdaus.
Upaya mereka terhenti setelah pihak dari kepolisian yang merupakan wakil dari Kedubes melarang mereka untuk memberikan surat tersebut dengan alasan prosedur.” Disini kita menggelar aksi yang beradab tanpa kekerasan,” tambah Jayadi. Aksi ini dimulai pukul 11.00 WIB berangkat dari patung kuda dan sampai di depan Kedubes AS pukul 11.30 WIB dan berakhir dengan tertib sekitar pukul 13.00 WIB.
Editor : Yan Chrisna
Awas Uang Palsu, Begini Cek Keasliannya
JAKARTA, SATUHARAPAN.COM - Peredaran uang palsu masih marak menjadi masalah yang cukup meresahkan da...