Spirit Rektor Universitas Kristen Maranatha Sri Widiyantoro
BANDUNG, SATUHARAPAN.COM - Prof Ir Sri Widiyantoro MSc PhD IPU secara resmi telah dilantik sebagai Rektor Universitas Kristen Maranatha untuk masa tugas tahun 2020-2024. Upacara pelantikan dan serah terima jabatan diselenggarakan pada 2 Maret 2020 di Auditorium Prof Dr P.A. Surjadi MA, Kampus Maranatha, Bandung.
Dalam makalahnya, Prof Sri Widiyantoro menyampaikan gagasan pemikirannya, visi dan misi, serta program kerjanya memimpin Universitas Kristen Maranatha. Berikut ini makalah Prof Sri Widiyantoro berjudul, “Bersama Mewujudkan Universitas Kristen Maranatha 2024 Sebagai Research-Based Teaching University Dengan Ekosistem Inovasi Tridarma Perguruan Tinggi Yang Berkelanjutan Melalui Program Ice: Iniative, Collaboration, Excellence.”
Makalah singkat ini memaparkan rencana dan program kerja penulis secara singkat dalam mengemban tugas sebagai Rektor Universitas Kristen Maranatha (UKM) periode 2020-2024 mendatang. Penulis akan berusaha secara maksimal untuk secara bersama-sama dengan seluruh keluarga besar UKM mewujudkan UKM 2024 sebagai research-based teaching university yang locally relevant – nationally respected dengan membangun sebuah ekosistem inovasi Tridarma PT yang berkelanjutan. Tekad ini antara lain didasari oleh pengalaman penulis dalam mengemban berbagai tugas tambahan di ITB secara kontinu selama dua dekade terakhir, mulai dari kepala laboratorium, ketua jurusan, ketua program studi, kepala pusat, sekretaris senat fakultas, ketua komisi program pascasarjana, wakil dekan hingga dekan (dua periode).
Berdasarkan pengamatan penulis dari dekat selama beberapa tahun terakhir ini, atas rahmat Tuhan, UKM telah banyak mengalami kemajuan. Beberapa hal yang krusial untuk ditingkatkan dalam waktu empat tahun ke depan adalah: (i) pengembangan SDM, (ii) peningkatan jumlah intake mahasiswa, dan (iii) pengembangan kurikulum yang tepat untuk menyiapkan lulusan UKM yang berkarakter unggul, profesional, siap bekerja dan menciptakan lapangan kerja baru di era disrupsi ini. Untuk itu penulis mengajukan program kerja ICE: Initiative, Collaboration, Excellence.
Program inisiatif (initiative) akan difokuskan pada ketiga hal di atas melalui kolaborasi yang terus menerus ditingkatkan untuk mencapai keprimaan seperti yang telah dicanangkan dalam Statuta maupun Rencana Induk Pengembangan UKM. Program kolaborasi (collaboration) akan ditekankan pada kerja sama yang mutualistis dengan para stakeholder, termasuk para alumni, untuk secara bersama aktif memperkenalkan kemajuan-kemajuan yang telah dicapai oleh UKM dan terus mendukung UKM agar semakin cepat menggapai yang dicita-citakan. Kerja sama dengan perguruan tinggi lain, pemerintah, industri dan masyarakat juga harus terus digalakkan. Program keprimaan (excellence) ditekankan pada pengutamaan kualitas pada setiap kegiatan untuk mencapai hasil yang terbaik. Mentalitas untuk selalu mengusahakan yang terbaik sangat perlu untuk ditumbuh-kembangkan pada setiap individu dari keluarga besar UKM.
Dengan tekad dan kerja keras secara bersama-sama serta dengan selalu mengandalkan pertolongan Tuhan untuk memajukan UKM diharapkan akan tercipta ekosistem baru di UKM yang lebih kondusif dalam menciptakan inovasi-inovasi baik dalam bidang pendidikan dan pengajaran, penelitian, dan pengabdian kepada masyarakat luas. Kiranya dengan kemajuan UKM ke depan nama Tuhan akan semakin ditinggikan.
Kata kunci: “ICE”, ekosistem, kondusif, inovasi, pertolongan Tuhan
Segala puji syukur kita panjatkan kepada Bapa surgawi bahwa atas kasih dan rahmat-Nya UKM telah sampai pada posisi sekarang ini. Atas kerja keras para perintis kita, UKM telah menjadi universitas Kristen yang cukup dikenal di Indonesia. Di sisi lain, kompetisi yang begitu ketat di dunia pendidikan tinggi di tingkat nasional dan global menuntut setiap insan UKM untuk bekerja lebih keras lagi. Untuk itu UKM perlu melakukan berbagai terobosan yang tidak hanya bermanfaat untuk peningkatan kinerja UKM, namun juga berdampak bagi kepentingan masyarakat sekitar, bangsa, dan negara.
Berdasarkan hasil akreditasi institusi terakhir yang dilakukan oleh Badan Akreditasi Nasional Perguruan Tinggi (BAN PT), UKM mendapatkan peringkat B “gemuk”. Satu hal yang menjadi sorotan para asesor BAN PT tersebut adalah SDM UKM yang dinilai masih kurang, sehingga akreditasi A belum dapat diberikan. Di samping itu jumlah calon mahasiswa baru yang mendaftar ke UKM beberapa tahun terakhir ini yang cenderung menurun juga menjadi catatan para asesor BAN PT tersebut. Kedua hal ini menjadi fokus utama usulan program kerja Rektorat UKM periode 2020-2024 untuk dapat mengatasi kedua tantangan ini. Selain itu sebagaimana sudah menjadi keniscayaan bahwa UKM wajib menyiapkan para calon lulusannya dengan bekal yang cukup dan cocok untuk pekerjaan masa mendatang yang berubah dengan semakin cepat di era disrupsi ini, maka program kerja berikutnya akan difokuskan pada pengembangan kurikulum yang sesuai dengan kebutuhan ke depan.
Dengan tantangan dan sekaligus peluang yang dihadapi oleh UKM ini, penulis termotivasi untuk mendedikasikan diri dan berkontribusi secara aktif dan maksimal dengan terjun langsung di tataran universitas untuk bersama-sama dengan seluruh keluarga besar UKM mempercepat pencapaian visi UKM untuk menjadi “perguruan tinggi yang mandiri dan berdaya cipta, serta mampu mengisi dan mengembangkan ilmu pengetahuan, teknologi dan seni abad ke-21 berdasarkan kasih dan keteladanan Yesus Kristus” [1], yaitu dengan menjalankan misi UKM sebaik mungkin. Motivasi ini diperkuat dengan latar belakang penulis yang selama 30 tahun terakhir ini sebagai dosen ITB telah diberi kepercayaan untuk mengemban berbagai tugas mulai dari ketua program studi sampai menjadi dekan (2 periode).
Berbekal pengalaman di atas penulis berharap untuk dapat berbagi pengalaman dengan bekerja langsung di UKM melalui program ICE. Program ini secara garis besar diuraikan sebagai berikut.
Program Unggulan ICE: Initiative, Collaboration, Excellence
Pada bagian ini program ICE diuraikan dalam kaitannya dengan sejumlah tantangan yang sedang dihadapi oleh UKM, antara lain:
1. Peningkatan akreditasi program studi dan akreditasi universitas;
2. Peningkatan layanan dan jumlah mahasiswa;
3. Keberlanjutan keuangan di universitas;
4. Peningkatan daya saing (daya ungkit); dan
5. Penguatan inovasi dan teknologi.
Uraian dimulai dengan review sekilas terkait dengan analisis SWOT UKM yang secara rinci telah dituangkan di dalam Rencana Induk Pengembangan (Renip) Universitas Kristen Maranatha 2014- 2034 [2].
SWOT UKM
Patut disyukuri bahwa Renip Universitas Kristen Maranatha 2014-2034 [2] telah berhasil disusun dan yang sudah semestinya dijadikan acuan setiap pemangku amanat di UKM. Di dalam Renip ini analisis SWOT UKM telah dituliskan secara rinci. Di sini penulis mencoba sedikit menambahkan analisis berdasarkan pengamatan penulis selama ini. Penulis melihat adanya strength UKM yaitu dengan visinya yang sangat luhur dan stakeholder yang luas; weakness terdapat pada pengembangan SDM yang sedikit terlambat dan ditambah dengan fakta bahwa keunggulan UKM relatif belum banyak dikenal; opportunity UKM kaya dengan beberapa program studi “kunci” untuk masa depan seperti Sistem Komputer, Teknik Informatika, Managemen, Hukum, Psikologi Profesi, Sastra Inggris dan Bahasa Mandarin, selain tentunya dengan program studi yang telah lama mapan seperti Pendidikan dan Profesi Dokter, dan yang lain. Ditambah lagi dengan kebijakan kampus merdeka yang memberikan beberapa fleksibilitas termasuk untuk melakukan berbagai pengembangan kurikulum; threat masih adanya motivasi yang kurang pada dosen (tentu tidak semua) dan jumlah intake mahasiswa PTS lain dan bahkan juga PTN yang terus menerus ditingkatkan.
Pengembangan UKM 2020-2024
Dari analisis SWOT di atas UKM telah menentukan pola pengembangan UKM 2034 seperti yang telah dijelaskan dalam Renip UKM. Milestone telah dimulai pada Periode I (2014-2019) dengan tema konsolidasi. Sekarang kita sudah memasuki Periode II (2019-2024) dengan tema sinergi. Program ke-2 dari ICE yaitu kolaborasi akan sangat mendukung tema sinergi ini, baik ke dalam maupun ke luar. Milestone UKM Periode III (2024-2029) yang bertemakan kontribusi akan dapat dipercepat pencapaiannya jika budaya excellence dapat segera dimantapkan pelaksanaannya. Program ke-3 ICE yaitu tentang keprimaan akan memberi peluang kepada kita untuk “mencuri start” dalam memberikan kontribusi di berbagai bidang, termasuk keprimaan di bidang akademik untuk melahirkan dosen-dosen dengan kompetensi tingkat internasional dengan produktivitas dan inovasi yang tinggi. Dengan demikian dapat dilahirkan banyak HAKI dari UKM melalui jejaring nasional maupun internasional yang semakin kuat. Sehingga, pada periode IV (2029-2034) yang bertemakan keprimaan, UKM sebagai research-based teaching university dapat benar-benar terwujud.
Berdasarkan data dosen UKM yang terdapat di dalam Profil Yayasan Perguruan Tinggi Kristen Maranatha 2019, perlu kita sadari bersama bahwa pengembangan SDM, khususnya yang terkait dengan pendidikan dan pangkat serta jabatan dosen, semestinya mendapatkan prioritas utama. Untuk itu berikut penulis sampaikan secara singkat beberapa usulan peningkatan program pengembangan untuk empat tahun ke depan.
Pengembangan SDM. “Ketertinggalan” dalam pengembangan SDM, khususnya dosen, sangat perlu untuk segera dikejar. Program 100 Doktor UKM perlu dipercepat dan bahkan ditambah jumlahnya menjadi 2 kali lipat. Selain Program 100 Doktor, perlu dibuat Program 25 Profesor yang tentunya sangat diperlukan untuk pengembangan UKM. Sambil berusaha mewujudkan program- program ini secara tuntas, UKM perlu menerapkan Collective Intelligence (CI) yang tinggi, yaitu dengan sinergi dan kerja sama yang erat di antara insan UKM.
Peningkatan intake mahasiswa. Jumlah peminat untuk masuk UKM yang menurun belakangan ini perlu segera dicarikan jalan keluar baik untuk jangka pendek maupun jangka panjang. Untuk jangka pendek, seperti kata pepatah “tak kenal maka tak sayang”, maka Rektorat perlu segera melakukan roadshow ke sekolah-sekolah yang para muridnya berpotensi untuk melanjutkan studinya ke UKM, seperti beberapa SMAK yang ada di Bandung dan sekitarnya. Sedangkan untuk jangka panjang perlu peningkatan kualitas akademik secara menyeluruh dan berkesinambungan.
Pengembangan kurikulum. Setiap universitas, termasuk UKM, mempunyai tantangan untuk menyiapkan para lulusannya agar dapat terjun di dunia kerja yang ke depan kondisinya akan berbeda dari sekarang karena adanya perubahan yang sangat cepat. Untuk itu perlu dikembangkan kurikulum yang fleksibel, yaitu dengan sistem mayor-minor (Kurikulum Mayor- Minor). Sebagai contoh, mahasiswa Program Studi Teknik Sipil dapat mengambil beberapa mata kuliah yang terkait dengan managemen/ kewirausahaan sebagai minornya. Jadi, selain lulus dari program studi mayornya, para lulusan tersebut juga dibekali dengan berbagai keterampilan lain yang semakin mempersiapkan mereka memasuki dunia kerjanya.
Implementasi Program ICE
Dalam menghadapi berbagai tantangan di atas, Program ICE berikut diharapkan dapat membawa UKM ke depan semakin maju dan semakin cepat dalam mencapai harapannya untuk menjadi universitas yang berbasis riset, seperti yang telah dituangkan dalam Statuta UKM. Statuta ini telah dirancang sebagai “payung” sedemikian rupa sehingga fleksibel dan akomodatif terhadap perubahan yang cepat; cf. Statuta ITB, 2013 [4]. Setiap inisiatif atau hal yang baru yang diperkirakan akan memajukan good governance di UKM dapat diturunkan dari Statuta UKM melalui SK Yayasan, SK Rektor maupun SK Senat Universitas.
Program Initiative: Mengingat tantangan yang ada, inisiatif akan dimulai dari dan difokuskan pada pengembangan SDM dan rekrutmen dosen unggul (best talent), peningkatan jumlah dan kualitas mahasiswa baru serta program multi kampus. Di UKM perlu dibuat Sistem Informasi Sumberdaya Terintegrasi (SISTer) sebagai sarana monitoring dan evaluasi kinerja para dosen, dan kenaikan pangkat serta jabatan dosen. Sedangkan untuk meningkatkan jumlah mahasiswa baru perlu segera diadakan sosialisasi program-program studi unggulan UKM ke sekolah-sekolah menengah atas dan program open house. Kampus UKM yang terus berkembang, seperti kampus di Kota Baru Parahyangan, perlu digunakan untuk melayani animo/kebutuhan masyarakat sekitar sehingga keberadaannya akan dirasa cocok/relevan (locally relevant). Dalam waktu dekat ini UKM perlu membuat semacam lembaga atau pusat pengembangan inovasi dan kewirausahaan di kampus yang baru ini.
Program Collaboration: Inisiatif-inisiatif di atas memerlukan kolaborasi internal maupun dengan pihak-pihak eksternal agar lebih cepat terlaksana. Di dalam kampus UKM perlu dikembangkan ekosistem akademik yang kondusif untuk mendorong terciptanya berbagai inovasi. Kerja sama dengan universitas-universitas lain, lembaga pemerintah dan industri terkait adalah juga suatu keniscayaan yang harus segera diwujudkan. Sebagai contoh Program 25 Profesor akan lebih mudah dicapai melalui horizontal recruitment dan talent scouting, yaitu melalui perekrutan Guru Besar NIDK yang antara lain diberi tugas membina para dosen untuk menjadi Guru Besar.
Program Excellence: Setiap program UKM harus mengedepankan kualitas dalam setiap aspek tridarma perguruan tinggi (quality first in all aspects and at all levels). Komitmen terhadap kualitas ini harus dimulai dari tingkat rektorat dan diteruskan ke setiap individu melalui contoh nyata/keteladanan. Keunggulan dalam tridarma (excellence in teaching, excellence in research, excellence in community services) sudah menjadi keniscayaan untuk sebuah universitas yang berbasis riset. Disamping itu, inovasi sangat diperlukan untuk menghadapi setiap perubahan yang akan terjadi. Inovasi dalam bidang pengajaran dan penelitian perlu terus digalakkan secara sistemik/melembaga, yaitu dengan membangun lembaga pengembangan inovasi dan kewirausahaan pada tingkat universitas seperti tersebut di atas.
Strategi Umum Terhadap Beberapa Tantangan UKM
Selain ICE yang merupakan usulan strategi unggulan/khusus untuk mempercepat UKM dalam mencapai visinya, beberapa strategi umum yang berhubungan dengan tantangan yang sedang dihadapi UKM diantaranya adalah sebagai berikut.
Terkait dengan akreditasi program studi dan akreditasi universitas, peningkatan akan dapat terlaksana dengan sendirinya jika di dalam keseharian UKM telah tercipta adanya budaya keprimaan. Dengan kata lain persiapan akreditasi tidak hanya pada waktu akan dilakukan visitasi BAN PT, namun pada hakekatnya proses keseharian di UKM yang semakin baik akan menjadikan dirinya selalu siap untuk diakreditasi setiap waktu. Untuk itu jiwa keprimaan perlu ditanamkan di setiap insan UKM melalui keteladanan dari setiap pemimpin/pelayannya. Sedangkan secara kelembagaan Satuan Penjaminan Mutu (SPM) harus berfungsi dengan maksimal. Jika sekarang dirasakan masih kurang, maka perlu dibentuk Gugus Kendali Mutu pada tingkat fakultas sehingga monitoring mutu dapat dilakukan secara berjenjang dan berkelanjutan.
Untuk keberlanjutan keuangan di UKM perlu dikembangkan sistem “satu pintu” (satu rekening masuk, jika belum dilaksanakan), dan jika diperlukan dapat dibuat rekening-rekening penampungan untuk setiap Fakultas. Prinsip transparan dan akuntabel harus selalu dijunjung tinggi. Satuan Pengawas Internal (SPI) harus berperan sebagai mana mestinya. Perencana kegiatan dan keuangan harus terpisah dengan bagian keuangan (bendara) universitas. Dengan demikian akan selalu ada sistem check and recheck. Selanjutnya karena sumber keuangan utama UKM, sebagaimana universitas swasta pada umumnya adalah dari SPP mahasiswa, maka layanan terhadap mahasiswa perlu terus ditingkatkan. Layanan yang prima diharapkan akan menarik para lulusan SMA untuk mendaftar ke UKM yang pada gilirannya nanti akan meningkatkan jumlah mahasiswa baru dan juga kesejahteraan UKM.
Sedangkan untuk peningkatan daya saing (daya ungkit) UKM, kita perlu segera mengusahakan dengan aktif merekrut dosen yang berkualitas (best talent recruitment). Hal ini antara lain dapat dilakukan melalui rekrutmen horisontal, yaitu dengan mengundang para Guru Besar dan Doktor yang akan atau telah memasuki masa purnabakti dengan jalur NIDK yang telah disediakan oleh Pemerintah. Selain itu UKM perlu mengembangkan kerja sama dengan universitas terkemuka baik di dalam maupun di luar negeri untuk mendapatkan resource sharing, yaitu dengan mendatangkan mereka tidak hanya untuk memberikan kuliah seperti yang telah dilakukan selama ini, namun juga untuk melakukan penelitian bersama, memberikan bimbingan dalam penulisan makalah ilmiah internasional, dan berbagi pengalamannya untuk mendorong para dosen mencapai keguru-besarannya.
Seiring dengan kehadiran para champion dari luar UKM untuk berbagai bidang keilmuan dan teknologi, diharapkan akan terjadi penguatan inovasi dan teknologi di UKM. Sebagai salah satu contoh, kehadiran National University of Singapore (NUS) di Bandung dalam bentuk Pusat Ekosistem Startup Block71 di Jalan Dago sudah seharusnya dapat dikerjasamakan dengan program UKM. Kampus baru UKM di Kota Baru Parahyangan sangat berpotensi untuk dikembangkan menjadi semacam Block71 NUS di atas maupun sebagai Pusat Pengembangan Inovasi dan Kewirausahaan (LPIK) seperti yang ada di ITB.
ICE Seiring Dengan Program Nasional Penciptaan SDM Unggul
Di bagian ini penulis mencoba memperhatikan dan mengikuti arahan Presiden RI untuk menciptakan SDM unggul. Rencana program pengembangan SDM di UKM sangatlah sejalan dengan program besar nasional ini. Pertama, untuk dapat tercipta SDM unggul, maka harus dimulai dengan pendidikan karakter yang kuat. UKM dengan nilai-nilai ICE (Integrity, Care, Excellence)-nya sangatlah diuntungkan dan mempunyai peluang besar untuk dapat mengembangkan pendidikan berdasarkan karakter Kristiani yang tentunya penuh dengan nilai- nilai luhur yang harus menjadi rujukan. Selain itu, tidak hanya pada tingkat nasional, namun pada tingkat universitas pun perlu digalakkan layanan yang profesional dan ramah, dan tidak birokratis.
Selanjutnya, di UKM juga perlu dikembangkan karakter socio technopreneur, yaitu entrepreneur berbasis teknologi yang berjiwa sosial, yang dapat saling membantu, berkolaborasi, dan kaya akan soft skill, untuk penciptaan inovasi dan teknologi baru yang pada ujungnya akan menyiapkan para lulusan UKM untuk berkompetisi dan berkolaborasi dalam dunia kerjanya. Dengan jiwa socio technopreneur ini diharapkan kelak para lulusan UKM tidak hanya sebagai pencari kerja, tetapi mampu untuk menciptakan lapangan kerja baru.
Dalam mewujudkan UKM sebagai universitas pengajaran berbasis penelitian yang locally relevant – nationally respected, semangat yang perlu diusung bersama adalah bahwa setiap anggota keluarga besar UKM secara bersama dan dengan gigih menciptakan atmosfer akademik yang kondusif. Penerapan program ICE di atas diharapkan akan mampu membangun ekosistem inovasi tridarma PT yang berkelanjutan di UKM. Setiap insan UKM ke depan harus semakin mampu untuk bekerja sama dengan lebih baik lagi dalam keseimbangan antara kompetisi yang sehat di antara para anggotanya dan kolaborasi yang selalu dikedepankan untuk menuju kemajuan bersama. Untuk itu, kepemimpinan UKM ke depan perlu menerapkan servant leadership yang dipadu dengan collective-collegial leadership untuk menjamin partisipasi aktif seluruh civitas academica dalam mewujudkan UKM sebagai universitas Kristen yang berkontribusi nyata dalam pembangunan bangsa, dengan tidak melupakan kesejahteraan anggotanya sendiri.
Dengan tekad maju bersama, kiranya Tuhan memberkati setiap langkah kita untuk mewujud-nyatakan UKM yang semakin maju (respected) pada tingkat nasional dan bahkan tidak tertutup kemungkinan juga pada tingkat internasional, paling tidak untuk beberapa program studi yang unggul/sarat dengan local content dari kekhasan Indonesia, khususnya Jawa Barat. Dengan demikian keberadaan UKM akan semakin menjadi berkat dan memuliakan nama Tuhan.
Referensi
[1] Statuta Universitas Kristen Maranatha, 2016.
[2] Rencana Induk Pengembangan Universitas Kristen Maranatha 2014-2034.
[3] Profil Yayasan Perguruan Tinggi Kristen Maranatha, 2019.
[4] Peraturan Pemerintah tentang Statuta Universitas Institut Teknologi Bandung, 2013.
Korban Pelecehan Desak Vatikan Globalkan Kebijakan Tanpa Tol...
ROMA, SATUHARAPAN.COM-Korban pelecehan seksual oleh pastor Katolik mendesak Vatikan pada hari Senin ...