Sragen Siapkan Rumah "Berhantu" untuk Pelanggar Karantina Mandiri
SRAGEN, SATUHARAPAN.COM-Bupati Sragen, Kusdinar Untung Yuni Sukowati jengkel dengan orang yang melanggar aturan karantina mandiri dalam upaya untuk mencegah penyebaran virus corona (COVID-19). Untuk itu dia akan memasukkan mereka di rumah kosong “berhantu.”
Dia mengatakan bahwa dia mengeluarkan keputusan yang tidak biasa pekan ini untuk mengatasi masuknya orang ke daerah tersebut setelah aturan pembatasan di Jakarta dan kota-kota besar lainnya.
Beberapa pendatang baru tidak menghormati kewajiban mereka yang datang untuk mengisolasi mandiri selama 14 hari.
Jadi Sukowati menginstruksikan masyarakat untuk menggunakan kembali rumah-rumah yang kosong dan terbengkalai, yang mungkin berhantu, untuk mengisolasi mereka yang membandel. Sejauh ini, menurut laporan AFP, ada lima orang telah dimasukkan ke rumah seperti itu.
"Jika ada rumah kosong dan berhantu di desa, masukkan orang ke sana dan kunci mereka," kata Sukowati pada hari Selasa (21/4) ketika ditanya tentang aturan tersebut.
Pejabat di Desa Sepat memilih rumah yang sudah lama ditinggalkan dan dilengkapi dengan tempat tidur yang ditempatkan berjauhan dan dipisahkan dengan tirai. Di desa itu telah ada tiga warga yang baru tiba yang dipaksa untuk menghabiskan sisa karantina dua pekan mereka di tempat tinggal yang “menyeramkan” itu. Sementara di Desa Jabung ada dua orang lain yang juga dikarantina ala Sragen.
Di antara mereka adalah Heri Susanto, yang mengatakan “hukumannya” sejauh ini tidak membuat dia bertemu hantu. "Tapi apa pun yang terjadi, terjadilah," kata Susanto, yang berasal dari satu daerah di Sumatra. "Saya tahu ini untuk keselamatan semua orang,” katanya dikutip AFP.
Yuni Sukowati berkomitmen mencegahan penyebaran COVID-19 di wilayahnya. "Itu sebenarnya karena aku kesel dengan warga yang ngeyel. Kok jadi serius," ujar Yuni melalui pesan WhatsApp, dikutip merdeka.com.
Dia minta warga yang ngeyel diberikan teguran. Agar disampaikan juga bahwa pemudik tersebut sudah melanggar komitmen dan kesepakatan bersedia karantina mandiri, dan minta agar karantina dimulai dari hari pertama lagi.
Jika masih ngeyel, cari rumah kosong, masukkan ke sana, kunci dari luar. Rumah yang ada hantunya, katanya. Tapi dia juga minta agar warga yang dikarantina itu diberi makan tiga kali sehari.
Kabupaten Sragen tidak melarang pemudik yang akan pulang, namun mereka harus menaati aturan dengan melakukan karantina mandiri. Sejauh ini ada tujuh orang yang terinfeksi virus COVID-19 yang terkonfirmasi di Sragen, menurut situs web pemerintah Sragen.
Editor : Sabar Subekti
Bebras PENABUR Challenge : Asah Kemampuan Computational Thin...
Jakarta, satuharapan.com, Dunia yang berkembang begitu cepat memiliki tantangan baru bagi generasi m...