Studi: Berat Bayi Baru Lahir Lebih Tinggi Saat Polusi Rendah
ST. LOUIS, SATUHARAPAN.COM - Pada musim panas tahun 2008, pihak berwenang Tiongkok mengambil berbagai langkah untuk mengurangi polusi, karena Beijing akan menjadi tuan rumah Olimpiade.
Professor David Rich dari University of Rochester mengatakan, "beberapa tahun sebelum dan setelah Olimpiade, tingkat polusi lebih tinggi dua kali lipat dibandingkan polusi selama Olimpiade berlangsung. Beijing menjadi negara yang sangat terpolusi menjadi kota dengan tingkat polusi yang sedang."
Rich mengatakan, perbaikan sementara dalam polusi udara tersebut memberikan kesempatan baginya dan bagi koleganya untuk melakukan apa yang mereka sebut sebagai percobaan alami.
Menggunakan catatan ribuan kelahiran, mereka membandingkan berat bayi-bayi ketika dilahirkan pada periode Olimpiade tersebut, dengan bayi-bayi yang dilahirkan di tahun sebelum dan sesudahnya.
Penemuan yang paling mengejutkan adalah, tentang paparan polusi udara di akhir masa kehamilan.
“Ketika tingkat polusi udara meningkat di bulan ke-8 kehamilan, kita melihat penurunan di berat bayi ketika dilahirkan,” kata Rich.
“Dan ketika masa kehamilan memasuki bulan ke-8 di periode Olimpiade, ketika tingkat polusi udara lebih rendah, kita melihat peningkatan berat bayi.”
Berat kelahiran yang rendah, dianggap sebagai penanda penting tentang kesehatan bayi.
Bayi dengan berat badan rendah lebih berisiko mengalami masalah perkembangan ketika kecil, dan mungkin mempunyai resiko lebih besar untuk penyakit tertentu seperti penyakit jantung di kemudian hari.
Tidak jelas kenapa polusi udara dikaitkan dengan tingkat kelahiran yang rendah, khususnya ketika paparan polusi dialami ketika usia kandungan memasuki bulan ke-8.
Rich mengatakan satu teori polusi menyebabkan peradangan bagi ibu, yang membatasi nutrisi yang diserap oleh fetus ketika sedang tumbuh dengan pesat.
Apapun mekanismenya, Rich mengatakan, penelitiannya mempunyai pesan kesehatan publik yang penting.
“Ya, ini kota yang berpolusi tinggi, dan ya, tingkat polusi turun dengan drastis," kata Rich.
"Tapi bayangkan apa yang bisa terjadi bila kita mengurangi tingkat polusi ini secara permanen."
Penelitian Rich dan koleganya diterbitkan di jurnal Environmental Health Perspectives, yang didukung oleh U.S. National Institute of Environmental Health Sciences. (voaindonesia.com)
Editor : Eben Ezer Siadari
KPK Geledah Kantor OJK Terkait Kasus CSR BI
JAKARTA, SATUHARAPAN.COM - Penyidik Komisi Pemberantasan Korupsi (KPK) menggeledah kantor Otoritas J...