Styrofoam: Butuh Waktu 1.000 Tahun
Kita bertanggung jawab atas kelestarian bumi.
SATUHARAPAN.COM – ”Apakah ada bungkus yang lain selain styrofoam?” tanya seorang ibu.
”Enggak ada, Bu,” sahut penjualnya.
”Wah, sayang sekali… saya nggak jadi deh,” lanjut ibu tersebut.
Sepenggal percakapan itu saya dengar ketika membantu penjual makanan di gereja. Sepulang ibadah, pengunjung datang untuk membeli makanan kecil atau kadang masakan yang sudah dibungkus. Dan calon pembeli itu adalah seorang teman saya. Terus terang saya terkejut mendengar jawabannya, tidak jadi membeli makanan yang sudah dia pilih, karena wadahnya adalah styrofoam. ”Lebay amat,” bisik saya dalam hati.
Beberapa bulan kemudian, saya berkesempatan mengobrol dengannya. Dengan bersemangat dia bercerita tentang air, tanah, dan kerusakan-kerusakannya. ”Makanan yang panas dalam styrofoam dapat menyebabkan partikel-partikel styrofoam masuk ke makanan, dan itu bersifat karsinogen, memicu kanker,” jelasnya, ”namun lebih dari itu, styrofoam butuh waktu 1.000 tahun untuk terurai, makanya keluarga kami menghindari penggunaan styrofoam. Ini bukan hanya karena kami ingin sehat, tetapi karena kami ingin bertanggung jawab atas kelestarian bumi.”
Penjelasannya membuat saya terhenyak, mengingat banyaknya styrofoam yang saya gunakan selama hidup saya, dan itu menyumbang kerusakan alam. Jika plastik yang memerlukan waktu 50-80 tahun untuk terurai saja sudah membuat saya menghitung kerusakan yang ditimbulkannya, apalagi ini styrofoam?
”Bungkusnya pakai kertas bungkus saja deh Bu, enggak usah styrofoam…,”kata saya pada penjual nasi uduk langganan saya.
”Nanti susah lho, Non… berantakan,” jawab Si Ibu penjual nasi karena biasanya saya minta menggunakan styrofoam dengan alasan supaya nasinya tidak berantakan.
”Enggak apa-apa, Bu…,”kata saya sembari tersenyum.
Ternyata… lega juga mengetahui saya bisa menghindari styrofoam, itu berarti kesempatan menghindari penumpukan polutan bumi.
Editor: ymindrasmoro
Email: inspirasi@satuharapan.com
Tiga Langkah Menenangkan Pikiran Sebelum Tidur
JAKARTA, SATUHARAPAN.COM - Masalah pekerjaan, hubungan, dan finansial bisa menimbulkan kekhawatiran ...