Telanjur Salah
Satu hati terluka karena kesalahan kita, bayar dengan jutaan hati bahagia karena kebaikan kita.
SATUHARAPAN.COM – Kesalahan itu manusiawi. Semua orang pasti pernah berbuat salah. Sengaja mau pun tidak sengaja, akhirnya yang salah tetaplah salah. Karena perbuatan salah tersebut, timbul situasi rancu yang tak nyaman. Karena perbuatan salah pula, akan ada hati yang terluka.
Kesalahan hanya dapat dibenarkan dengan beberapa persyaratan khusus. Pertama, adanya pengakuan dalam diri seseorang bahwa ia telah bersalah. Kedua, penyesalan akibat perbuatan yang dilakukannya. Ketiga, permohonan maaf secara langsung kepada pihak yang menjadi korban. Keempat, perubahan sikap dan cara pandang supaya jangan sampai kesalahan yang sama terulang di kemudian hari. Ada peribahasa: keledai saja tidak jatuh di lubang yang sama untuk kedua kalinya.
Beberapa hari lalu, saya bikin onar. Saya berbuat salah yang menyebabkan teman-teman saya marah. Mereka meluapkan emosinya kepada saya di hadapan publik. Waktu itu saya hanya bisa pasrah, menerima kenyataan bahwa kejadian buruk itu bermula dari keteledoran saya. Beberapa hari setelah lewat kejadian itu, persoalan clear. Saya sudah mengutarakan permohonan maaf dan teman-teman yang menjadi korban mau menerimanya.
Namun, kisah salah dan permohonan maaf tidak lantas tutup buku. Entah mengapa, sedari dahulu saya selalu ingat kesalahan-kesalahan fatal yang pernah saya lakukan. Saya selalu ingat detail kejadian atau momen di mana kesalahan itu terjadi. Saya hafal kronologinya, saya tak pernah lupa siapa-siapa yang pernah saya lukai karena kesalahan saya.
Saya ingat, karena saya memang tidak bisa melupakannya. Memori kesalahan itu ada di pikiran saya sebagai penanda. Ya, penanda bahwa saya pernah berbuat yang tidak benar di masa lalu. Pengingat bahwa saya pernah melukai orang-orang di sekitar saya: orangtua, guru, sahabat, rekan kerja, tetangga atau orang asing yang saya temui di jalan raya.
Sebesar apa kesalahan yang pernah saya buat, sebesar itulah bobot sesalnya. Untuk mendamaikan hati saya sendiri, saya berpikir untuk mengerjakan hal yang benar, yang membahagiakan orang-orang di sekitar saya, berkali-kali lipat dari bobot kesalahan saya.
Padahal tidak apa pihak yang bisa menentukan ukuran kesalahan. Jadi, jika sudah kepalang basah berbuat salah, anggap saja ini dosa yang sangat besar. Sehingga tak ada pilihan lain untuk tidak berbuat kebaikan sebanyak mungkin. Satu hati terluka karena kesalahan kita, bayar dengan jutaan hati bahagia karena kebaikan kita.
Editor: ymindrasmoro
Email: inspirasi@satuharapan.com
Empat Kue Tradisional Natal dari Berbagai Negara
JAKARTA, SATUHARAPAN.COM - Perayaan Natal pastinya selalu dipenuhi dengan makanan-makanan berat untu...