Suciwati: Penguasa Hari Ini Pelanggar HAM
JAKARTA, SATUHARAPAN.COM – Suciwati, janda mendiang Munir, menyebutkan penguasa hari ini adalah pelaku pelanggaran hak asasi manusia (HAM) maka tidak mengherankan ketika ada upaya mengembalikan rezim otoritarian.
Dia memandang kembalinya rezim otoritarian membuat reformasi yang terjadi pada 1998 menjadi sia-sia. Reformasi dinilainya tidak banyak menghasilkan perubahan dibanding sebelumnya karena ada kekuatan yang ingin mengembalikan lagi kediktatoran.
“Buat saya itu langkah mundur,” kata Suciwati kepada satuharapan.com usai Ramadhan and Human Rights yang diselenggarakan Omah Munir di Jakarta pada Rabu (2/7).
Upaya rezim otoritarian untuk menggagalkan reformasi ini dilawannya dengan membumikan hak asasi manusia (HAM).
“Buat kami penting untuk terus melawan. Ini cara kami membumikan hak asasi manusia, melawan para pelaku pelanggar hak asasi manusia secara bersama-sama. Tidak lagi yang tua-tua atau para aktivis hak asasi manusia saja. Tetapi ini adalah kewajiban bersama.”
Para pelaku pelanggaran HAM pun mencoba menggerus perjuangan HAM.
“Mereka tidak pernah melihat yang kami lakukan sejak 1998. Bahkan ketika kami melakukan aksi perlawanan dalam aksi diam setiap hari Kamis selama delapan tahun, mereka tidak pernah melihatnya sebagai sebuah perjuangan. Mereka menggerus yang kami perjuangkan dan kerjakan selama ini. Itu cara-cara mereka… kemudian kita bisa melihat bagaimana sikap mereka terhadap hak asasi di mana mereka menafikan apa yang kami lakukan. Bagaimana mereka merendahkan itu semua. Itu soal kecerdasan kita untuk menilainya.” ujar isteri pejuang HAM ini.
Suciwati menuturkan melalui Omah Munir dia berupaya supaya generasi Indonesia tidak lupa dengan persoalan HAM yang terjadi di masa lalu. Selain menggandeng seniman dan budayawan juga sedang merintis materi HAM sebagai bahan ajar di sekolah dan di antaranya telah menjadi suplemen dalam pelajaran sejarah.
Ramadhan and Human Rights yang diselenggarakan Omah Munir pada Rabu malam itu dimeriahkan musikalisasi puisi oleh putera puteri Widji Thukul yang menjadi korban penculikan 1998 yaitu Fajar Merah dan Diva Suukyi. Tampil juga Glenn Fredly dan Gigi.
Menteri Agama Lukman Hakim Saifuddin turut memberikan sharing tentang ‘Agama dan Hak Asasi Manusia’ sementara Karlina Supelli memberikan kuliah umum ‘Hak Asasi Manusia, Impunitas, dan Melawan Lupa’. Sebagai pembawa acara Rosiana Silalahi dan Bayu Sutiyono.
Editor : Bayu Probo
Kremlin: AS Izinkan Ukraina Gunakan Senjata Serang Rusia Mem...
MOSKOW, SATUHARAPAN.COM-Kremlin mengatakan pada hari Senin ( 18/11) bahwa pemerintahan Presiden Amer...