Sudah Diberi 3 Bulan, Monorel Masih Jalan di Tempat
JAKARTA, SATUHARAPAN.COM – Gubernur DKI Jakarta, Joko Widodo hari ini rapat dengan Direktur Utama PT Jakarta Monorel (JM), John Aryananda. Berdasarkan hasil rapat, Jokowi memberi waktu sampai 10 September bagi PT JM untuk menyelesaikan urusan administrasi proyek monorel.
“Itu tadi saya suruh melanjutkan, masih ada yang belum terpecahkan. Ini sangat teknis, tapi saya minta semuanya detail, misalnya stasiun itu letaknya di mana, mencaplok lahannya siapa, lahan publik, trotoar, atau lahan orang lain. Kemungkinan desain-desain itu yang tadi kita pertanyakan,” papar Jokowi usai rapat di Balai Kota, Rabu (20/8).
Jokowi menegaskan yang menjadi masalah bukanlah lahan udara yang akan digunakan, melainkan kaki tiang penyangga yang akan ditaruh di mana, terutama lahan di sekitar Tanah Abang, Senayan City, lalu yang dekat Sangrilla Hotel itu di Dukuh Atas yang sudah sangat terbatas.
“Itu kan lahan publik, kalau taruh di trotoar, berarti trotoarnya termakan oleh tiangnya itu, kamu mau jalan di trotoar menabrak tiang?” ujar Jokowi.
Jokowi juga mengaku mempertanyakan hal yang berkaitan dengan permintaan kesiapan pendanaan dan lain-lain, dalam sebuah surat tertulis yang nantinya akan diteruskan oleh asisten. Selain itu masalah desain peletakkan tiang monorel, Jokowi masih memberikan permakluman waktu kepada PT JM.
“Ini mau digambar, mereka bilang butuh waktu untuk menggambar,” ia menjelaskan.
Kemudian dia menjelaskan bahwa Jakarta ini penduduknya 10 juta jiwa, ditambah yang bekerja di Jakarta (commuter) menjadi 28 juta orang. Maka, apa pun jenis transportasi massal selalu dibutuhkan, antara lain MRT, monorel, metro kapsul, LRT.
“Karena penduduk kita ini banyak sekali, jangan dipikir MRT saja cukup,” kata dia.
Jokowi mengatakan telah menegaskan kepada pihak PT JM, agar membuat monorel terintegrasi dengan moda transportasi lainnya seperti kereta api, busway dan lain-lain, terdapat waktu operasional berupa perjalanan pagi, siang, malam. Bahkan dapat terkoneksi dengan kota lain terutama di Jabodetabek.
“Jangan dipikir hanya ada blue line dan green line, kalau hanya itu berarti wisata. Tapi nanti kan setelah ini akan dikoneksikan ke Bogor, Bekasi, Depok, Tangerang, itu baru yang namanya selesai,” tegasnya.
Proyek Mass Rapid Transit (MRT) saja, masih banyak sekali jalur yang belum rampung yaitu rute Bundaran HI ke Kampung Bandan. Oleh sebab itu, jalur transportasi massal tersebut seharusnya paralel, dalam arti kalau di jalan protokol sudah rampung,
“Kalau ini rampung, yang di pinggir (kota lain penyangga Jakarta/Bodetabek, Red) juga harus dilanjutkan. Gubernur tidak bisa, itu bukan wilayahnya Jakarta, itu yang sering membuat pekerjaan kita lambat kalau sudah menyangkut wilayah lain,” Jokowi seperti menyesal.
Editor : Bayu Probo
Empat Kue Tradisional Natal dari Berbagai Negara
JAKARTA, SATUHARAPAN.COM - Perayaan Natal pastinya selalu dipenuhi dengan makanan-makanan berat untu...