Sudan Selatan: Konflik Hambat Bantuan, Darurat Kebutuhan Kesehatan
JUBA SUDAN SELATAN, SATUHARAPAN.COM – Konflik tiga minggu di Sudan Selatan telah membawa konsekuensi serius atas penduduk negara itu. Demikian disampaikan Médecins Sans Frontières (MSF, Dokter Lintas Batas) dalam siaran pers pada Selasa (7/1).
Kebutuhan penduduk meningkat, sumber daya makin menipis sementara banyak organisasi internasional meninggalkan lokasi. Kondisi yang tidak stabil menghambat pemberian bantuan, situasi yang sudah sulit menjadi semakin buruk.
“Penduduk yang sudah berada dalam kondisi sangat rentan menjadi semakin rentan.Kami tidak tahu apa yang akan terjadi terhadap ribuan orang yang terlantar dan terluka di negeri ini.” Kata Raphael Gorgeu, Kepala Misi MSF di Sudan Selatan.
Sebelum konflik pecah di bulan Desember, 80 persen layanan kesehatan dan layanan dasar lain di Sudan Selatan disediakan organisasi non-pemerintah.
Raphael Gorgeu menyebutkan bahwa konflik menghalangi upaya MSF memberikan akses cepat dan aman untuk menjangkau penduduk yang membutuhkan. Terutama ibu hamil dan anak-anak. Sementara kondisi kian memburuk ditambah risiko epidemi tinggi.
Tim darurat MSF kini bekerja di Juba, Awerial, dan Malakal untuk menyediakan layanan medis bagi lebih 110 ribu orang yang terpaksa mengungsi akibat konflik. MSF sedapat mungkin terus menjalankan program medis reguler yang sangat dibutuhkan di negeri ini. Meski kondisinya negara tidak stabil dan kurang persediaan obat untuk merawat pasien dan bahan bakar untuk menjalankan generator.
Tim medis MSF telah menangani 26.320 konsultasi, merawat 1.014 pasien rawat inap, merawat 428 orang dengan luka tembak dan melakukan 126 operasi bedah dalam tiga minggu terakhir. Tim MSF juga telah mengirimkan lebih dari 40 ton persediaan medis dan logistik ke lokasi proyeknya.
Sebelum krisis, akses penduduk Sudan Selatan terhadap layanan kesehatan sudah sangat terbatas, sebagian besar ibu hamil tidak bisa melahirkan di fasilitas medis, pilihan perawatan, dan vaksinasi untuk anak-anak sangat terbatas, pengungsi mendapat bantuan yang sangat minim.
MSF sangat prihatin akan kondisi keamanan yang memburuk bagi organisasi bantuan di seluruh Sudan Selatan. MSF tetap berkomitmen untuk terus menyediakan bantuan di Sudan Selatan.
MSF juga menyerukan semua pihak yang terlibat konflik untuk menghormati fasilitas medis dan staf medis dan memperbolehkan penduduk mengakses layanan medis, terlepas dari asal usul dan etnisitas mereka.
Editor : Yan Chrisna Dwi Atmaja
Laporan Ungkap Hari-hari Terakhir Bashar al Assad sebagai Pr...
DAMASKUS, SATUHARAPAN.COM-Presiden terguling Suriah, Bashar al Assad, berada di Moskow untuk menghad...