Sudan Selatan: MSF Kecam Penjarahan Fasilitas Medisnya di Bentiu
BENTIU SUDAN SELATAN, SATUHARAPAN.COM Organisasi kemanusiaan medis internasional Médecins Sans Frontières (MSF, Dokter Lintas Batas) mengecam keras penjarahan di fasilitas medisnya yang terjadi di Bentiu, Sudan Selatan, pada Kamis lalu (9/1). Demikian siaran pers MSF pada Senin (13/1).
Penjarahan ini mengganggu aktivitas MSF di Bentiu dan membahayakan respons kemanusiaan di tengah kekerasan yang berlangsung. MSF adalah salah satu dari sedikit organisasi kemanusiaan yang masih berada di kota itu untuk menyediakan layanan medis bagi para pengungsi dan korban luka-luka di rumah sakit.
Penjarahan yang dilakukan terhadap satu dari sedikit organisasi kemanusiaan yang masih menyediakan bantuan bagi penduduk di Bentiu adalah suatu hal yang tidak bisa diterima, kata Direktur Umum MSF Arjan Hehenkamp.
MSF menyerukan semua pihak yang terlibat konflik untuk menghormati integritas fasilitas medis dan menjamin akses bagi komunitas yang terdampak dan memperbolehkan pasien untuk menjangkau fasilitas medis, tanpa memandang etnisitas dan asal usul mereka.
MSF telah bekerja di Bentiu sejak 2010. Sebelum konflik pecah di Sudan Selatan, organisasi ini menyediakan perawatan bagi pasien TBC, HIV, dan kekurangan gizi bagi masyarakat. Setelah pecahnya konflik, MSF berfokus pada layanan pasca-operasi di rumah sakit bagi mereka yang terluka dan menyediakan layanan kesehatan primer bagi pengungsi yang kini tinggal di kamp Perserikatan Bangsa-Bangsa (PBB).
Akibat Konfik
Pecahnya konflik yang berlangsung mengakibatkan ribuan orang tidak mendapat layanan kesehatan di Bentiu. Sekitar 10 ribu orang terpaksa mengungsi dan menuju ke negara bagian Leer. Tim MSF harus pula direlokasi ke Leer pada hari Rabu (8/1) akibat situasi keamanan yang memburuk.
Padahal tim ini membantu aktivitas para kolega MSF di rumah sakit yang sudah dijalankan selama 25 tahun. Di samping layanan medis reguler, tim kini mulai menerima pasien korban perang dari Bentiu.
Kepala Misi MSF di Sudan Selatan, Raphael Georgeu, mengatakan, Ribuan orang tidak memiliki akses air, makanan, dan layanan kesehatan di Bentiu dan wilayah sekitar. MSF tidak akan dapat memulai kembali aktivitas di Bentiu sebelum keamanan pasien, staf, dan fasilitas kami dijamin.
Ribuan orang telah meninggalkan kota, mereka pergi terburu-buru tanpa membawa apa-apa. Kami berupaya melakukan yang terbaik untuk mengkaji apakah mereka dapat mengakses air, makanan, dan layanan medis di perjalanan dari Bentiu ke Leer dan kami bersiap menyediakan bantuan bagi mereka yang paling membutuhkan.
Editor : Bayu Probo
Empat Kue Tradisional Natal dari Berbagai Negara
JAKARTA, SATUHARAPAN.COM - Perayaan Natal pastinya selalu dipenuhi dengan makanan-makanan berat untu...