Sudan Selatan Perlu Upaya Perdamaian “Inovatif”
ADDIS ABABA, SATUHARAPAN.COM – Seorang mediator ternama yang memimpin upaya untuk mengakhiri perang sipil Sudan Selatan namun berakhir gagal, mengatakan pada Selasa (28/4) bahwa kekuatan regional akan segera meluncurkan sebuah upaya perdamaian “inovatif” terbaru.
Selama satu tahun perundingan yang dimediasi oleh blok delapan negara Afrika Timur, IGAD telah gagal mencapai kemajuan, dengan upaya terbaru kembali terhenti bulan lalu dan baik pemberontak maupun pemerintah dituduh mengejar solusi militer untuk mengatasi konflik yang telah berlangsung selama 16 bulan tersebut.
“IGAD saat ini akan mempertimbangkan pendekatan yang berbeda dan inovatif untuk menyelesaikan konflik,” ujar kepala negosiator IGAD, Seymoum Mesfin, kepada para reporter.
Seymoum mengatakan bahwa “90 persen dari perbedaan” antara kedua belah pihak telah diselesaikan “meski beberapa isu masih menghambat.”
Para diplomat mengatakan bahwa upaya perdamaian yang baru akan melibatkan negara kelas berat seperti Inggris, Tiongkok, Amerika Serikat dan negara-negara Afrika lainnya.
Perang sipil Sudan Selatan dimulai sejak Desember 2013, ketika Presiden Salva Kiir menuduh Riek Machar, yang dipecat dari jabatannya sebagai wakil presiden, berupaya melakukan kudeta.
Sudan Tuduh Sudan Selatan Dukung Pemberontak Darfur
Militer Sudan menuduh Sudan Selatan mendukung pemberontak Darfur setelah pasukan Khartoum bentrok dengan pemberontak di kawasan yang dilanda perang di dekat perbatasan kedua negara, Minggu (26/4).
Pihak angkatan darat mengatakan Justice and Equality Movement (Gerakan Keadilan dan Kesetaraan/JEM) tersebut – salah satu dari beberapa kelompok yang bertempur melawan pasukan Sudan di Darfur sejak 2003 – menggunakan wilayah Bahr al-Ghazal di Sudan Selatan sebagai basis untuk memasuki Darfur pada Minggu, tempat kedua kubu terlibat bentrok.
“Pemerintah Sudan Selatan terus melindungi dan mendukung teroris,” kata juru bicara militer Kolonel Al-Sawarmy Khaled Saad dalam sebuah pernyataan.
“Kami telah membahas masalah itu dengan pemerintah Sudan Selatan, memperingatkan keseriusan pelanggaran ini,” tambah Saad.
Saad mengatakan angkatan darat, bersama Rapid Support Forces (Pasukan Dukungan Cepat) melakukan penyergapan di sepanjang jalanan yang digunakan untuk memasuki negara Sudan Selatan, menangkap 100 kendaraan JEM dan menewaskan banyak pejuang.
Sementara juru bicara JEM Jibril Bilal mengatakan terjadi “sebuah pertempuran menentukan dengan pasukan pemerintah” namun keterangan dari pihak militer “sama sekali tidak benar.”
Dia mengatakan kepada AFP melalui telepon bahwa pemberontak merebut sebuah kamp militer pemerintah dan menangkap “ratusan” tentaranya. (AFP)
Empat Kue Tradisional Natal dari Berbagai Negara
JAKARTA, SATUHARAPAN.COM - Perayaan Natal pastinya selalu dipenuhi dengan makanan-makanan berat untu...