Sudan Tangkap 160 Orang Yang Akan Jadi Tentara Bayaran di Libya
DARFUR, SATUHARAPAN.COM-Militer Sudan menangkap sekitar 160 orang di perbatasan dengan Libya ketika mereka dalam perjalanan ke negara tetangga yang dilanda perang untuk bekerja sebagai "tentara bayaran", kata kelompok paramiliter yang terkait negara itu, hari Minggu (19/7).
"Pasukan keamanan gabungan yang ditempatkan di perbatasan Sudan-Libya menangkap 160 orang yang akan bekerja sebagai tentara bayaran untuk berperang di Libya, termasuk dua orang asing," kata Pasukan Dukungan Cepat (RSF) Sudan dalam sebuah pernyataan.
RSF dipimpin oleh Mohamed Hamdan Dagalo, seorang anggota terkemuka dewan penguasa transisi Sudan. "Mengirim orang Sudan untuk berperang di Libya sebagai tentara bayaran tidak dapat diterima," kata Jenderal Hamdan, di Darfur Utara.
"Kami telah memantau dan mengamankan perbatasan dengan Libya untuk memerangi migrasi ilegal, perdagangan manusia dan semua kelompok kriminal lintas-perbatasan," tambahnya.
Tentara Bayaran dari Darfur
Sudan saat ini sedang menjalani transisi demokrasi yang rapuh setelah protes besar-besaran tahun lalu mendorong militer untuk menggulingkan presiden otokratis, Omar al-Bashir.
Pada bulan Januari, panel ahli PBB mengatakan banyak orang Arab dari wilayah Darfur yang dilanda konflik di Sudan dan tetangganya Chad bertempur sebagai "tentara bayaran" di Libya.
Panel mengatakan mereka berasal dari suku yang sama yang merupakan mayoritas personel RSF, tetapi mengatakan tidak ada "bukti kredibel" bahwa RSF sendiri telah dikerahkan di Libya.
Laporan para ahli PBB juga mengatakan beberapa kelompok bersenjata Darfuri yang beroperasi di Libya "telah berpartisipasi dalam berbagai bentrokan dan operasi militer bersama dengan pihak-pihak yang bertikai di Libya".
Wilayah Darfur di Sudan sendiri masih memiliki bekas perang setelah pemberontakan pada awal 2000-an terhadap Al-Bashir karna ditindas secara brutal.
Perang Proksi di Libya
Libya telah berubah menjadi perang proksi regional dalam beberapa tahun terakhir, di tengah kekacauan setelah pemberontakan 2011 yang menggulingkan dan membunuh diktator Moamer Kadhafi.
Sejak 2015, perebutan kekuasaan telah menghadapkan kelompok Pemerintah Libya yang diakui PBB di Tripoli berdasarkan Persetujuan Nasional (GNA) melawan pasukan yang loyal kepada komandan Tentara Nasional Libya (LNA), Khalifa Haftar, yang bermarkas di bagian timur negara itu.
Bulan lalu, Khartoum menangkap 122 orang termasuk delapan anak di Darfur barat yang diduga berniat menjadi tentara bayaran dalam perang saudara Libya. Dalam sebuah wawancara dengan AFP pada Juni, menteri luar negeri Sudan, Asma Abdalla, membantah bahwa pasukan Sudan terlibat dalam konflik di Libya. (AFP)
Editor : Sabar Subekti
Joe Biden Angkat Isu Sandera AS di Gaza Selama Pertemuan Den...
WASHIGTON DC, SATUHARAPAN.COM-Presiden Amerika Serikat, Joe Biden, mengangkat isu sandera Amerika ya...