Sufisme Terancam di Pakistan
KARACHI, SATUHARAPAN.COM – Pakar Sufisme Eropa mengkhawatirkan masa depan keberagaman agama di tengah ekstremisme yang terus berkembang di Pakistan. Kini peran mistisisme Islam tidak lagi sebesar di masa lalu.
Sufisme, paham mistik dalam Islam untuk mendekatkan diri kepada Tuhan, telah dipraktikkan selama berabad-abad dalam dunia Islam. Ilmu itu, seperti dilaporkan Deutsche Welle, juga banyak mempengaruhi individu, filsuf, penulis, serta ahli teologi di luar negara-negara Muslim.
Pakar ilmu sosial Jerman Jürgen Wasim Frembgen dan ahli sejarah Prancis Michel Boivin adalah akademisi yang meriset secara mendalam Sufisme, musik Sufi, serta kuil Sufi di Pakistan.
Kedua pakar itu berbagi pikiran terkait semakin berkurangnya kebudayaan Sufi di Pakistan dalam sebuah acara di Goethe Institut di Karachi baru-baru ini. Frembgen, yang juga mengajar studi Islam di Universitas München, menyampaikan kekhawatirannya akan masa depan Sufisme di Pakistan yang terancam punah.
Ia memuji betapa plural dan inklusif setiap tempat ibadah Sufi di Pakistan. Di tempat-tempat suci itu, Frembgen menambahkan, orang luar dan orang asing selalu diterima. Sufisme menyediakan jembatan bagi cinta, harmoni, dan toleransi selama berabad-abad, katanya.
"Sufisme tidak memegang peranan penting lagi di tengah masyarakat Pakistan. Kami mengetahui, sejumlah gerakan politik dan Islam garis keras tidak menyukai sufisme di Pakistan. Sufisme dinilai terlarang dalam ideologi mereka," ungkap Frembgen.
Serangan Militan
Pakistan, negara berpenduduk 170 juta lebih dengan mayoritas Islam Sunni, memiliki ratusan kuil yang didatangi penganut Sufisme untuk mencari ketenangan batin. Namun, lokasi ibadah tersebut juga menjadi target serangan teroris yang terus meningkat.
Pada festival Sufi tahunan di Karachi Oktober lalu, jumlah pengikut terlihat jauh lebih sedikit ketimbang tahun sebelumnya. Kuil Abdullah Shah Ghazi menjadi target dua pelaku bom bunuh diri dua tahun lalu menewaskan sepuluh orang.
Para militan menyerang beberapa kuil Sufi di banyak kota Pakistan dalam beberapa tahun terakhir, menewaskan sejumlah pengikut, yang sebagian besar anggota kelompok Islam minoritas Syiah atau mayoritas Sunni-Barelwi.
Ahli sejarah mengatakan, baik Syiah maupun Barelwi meyakini interpretasi budaya Islam secara meluas dan mencari inspirasi dari orang-orang suci bangsa Persia dan Arab, yang berperan menyebarluaskan Islam ke seluruh sub benua India. Orang-orang suci Muslim tersebut juga banyak dicintai penganut Hindu, Sikhisme, Kristen, dan Yahudi di Asia Selatan.
Memang, belum semuanya hilang, tegas akademisi Prancis Michel Boivin. "Walaupun diserang di berbagai penjuru Pakistan, namun festival Sufi masih dihadiri banyak pengikut," ucap Boivin.
Attiya Dawood, penulis dan aktivis perdamaian, memandang kecintaan terhadap orang-orang suci telah mendarah daging bagi ratusan ribu warga Pakistan dan banyak yang datang ke kuil dan mendengarkan qawwali, atau musik Sufi. (Deutsche Welle)
Editor : Sotyati
Albania akan Blokir TikTok Setahun
JAKARTA, SATUHARAPAN.COM - Pemerintah Albania menyatakan akan memblokir media sosial TikTok selama s...