Suka Duka dipakai-Nya untuk Kebaikanku
SATU HARAPAN.COM –Melihat dua amplop persembahan syukur dari dua keluarga yang beberapa waktu lalu terkena musibah membuat saya terhenyak. Betapa tidak, keluarga Pak Niswa baru saja mengalami kecelakaan di jalan raya karena keteledoran seorang anak muda yang mengendarai motor tanpa kaca spion dan ceroboh menyalakan lampu sign. Pak Niswa, istri, dan cucu laki-lakinya harus dilarikan ke rumah sakit dan menjalani perawatan intensif seminggu lamanya.
Sedangkan keluarga Mas Urip, yang baru saja merasakan kebahagiaan atas kelahiran anak mereka harus merasakan duka yang mendalam. Anak perempuan yang baru berumur empat hari itu tiba-tiba sakit sesak nafas dan meninggal pada hari kelima.
Meski demikian, luka fisik dan batin (trauma, kekecewaan, kesedihan, dan kepedihan) tidak membuat kedua keluarga itu merasa perlu dikasihani. Pak Niswa tidak menuntut pengendara motor yang ceroboh untuk mengganti biaya perbaikan motor yang rusak dan biaya rumah sakit. Mas Urip dan istrinya pun tidak lama berlarut dalam kesedihan.
Kedua keluarga itu rela menerima musibah yang menimpa. Dan persembahan syukur yang mereka berikan merupakan bukti dari buah iman mereka. Kelihatannya, mereka hendak mengatakan bahwa mengucap syukur merupakan keniscayaan dan tidak tergantung pada situasi dan kondisi hati. Sebab, mengutip Fanny Crosby: ”Suka duka dipakai-Nya untuk kebaikanku” (Kidung Jemaat 408).
Editor: ymindrasmoro
Email: inspirasi@satuharapan.com
Empat Kue Tradisional Natal dari Berbagai Negara
JAKARTA, SATUHARAPAN.COM - Perayaan Natal pastinya selalu dipenuhi dengan makanan-makanan berat untu...