Suriah Menghadapi Kekurangan Personel Tentara
DAMASKUS, SATUHARAPAN.COM - Presiden Suriah, Bashar Al- Assad, pada hari Minggu (26/7) menyampaikan pidato dihadapan pejabat berbagai kalangan di Suriah dan juga disiarkan oleh televisi.
Dia mengatakan mengatakan solusi politik untuk perang yang sedang berlangsung di Suriah sebagai "tidak berarti." Prioritasnya adalah menyingkirkan ‘’teroris’’ dari setiap jengkal tanah Suriah, seperti diberitakan kantor berita Suriah, SANA.
Selama pidato yang disiarkan televisi di hadapan pejabat setempat di ibu kota Suriah, Damaskus, Presiden Suriah juga mengatakan bahwa tentaranya menghadapi kekurangan kapasitas dan mungkin posisinya harus menyerah pada orang pihak lain dalam perang melawan pemberontak.
"Tentara mampu ... Semuanya tersedia, tapi ada kekurangan kapasitas manusia," kata Assad. Dia mengatakan kelompok pemberontak berjuang untuk menggulingkan dia menerima peningkatan dukungan dari sponsor negara mereka. "Setiap inci dari Suriah sangat berharga," tambah Assad.
Pidato Assad muncul setelah pemerintah mengumumkan, pada hari Sabtu (26/7) amnesti umum untuk tentara yang desersi dan menghindari wajib militer. Ada ribuan desertir militer di dalam dan luar Suriah, banyak dari mereka menghindari perang melawan pemberontak yang berusaha menggulingkan Assad.
Tentara Suriah kewalahan menderita kekurangan personil akibat pemuda meninggalkan negara itu untuk menghindari wajib militer.
Assad telah mengeluarkan amnesti serupa untuk terpidana, tapi belum merilis salah satu dari ribuan tahanan politik yang diyakini berada di penjara Suriah.
Assad mengatakan bahwa pemerintahnya tidak ingin perang "tapi ketika itu dihadapkan pada kita, tetapi tentara Suriah menhadapi para teroris di mana-mana." Assad mengacu pada setiap kelompok pemberontak melawan pemerintahannya sebagai teroris.
AS telah mulai melatih beberapa pemberontak moderat yang menentang Assad, tetapi perang saudara telah menimbulkan munculnya kelompok-kelompok ekstremis Islam menjadi yang paling efektif di lapangan. Mereka termasuk ekstremis kelompok ISIS (Islamic State of Iraq and Syria), yang menguasai sekitar sepertiga wilayah Suriah dan sebagian wilayah tetangganya, Irak. Kelompok ini juga menyatakan disi sebagai "khilafah Islam."
Korban Pelecehan Desak Vatikan Globalkan Kebijakan Tanpa Tol...
ROMA, SATUHARAPAN.COM-Korban pelecehan seksual oleh pastor Katolik mendesak Vatikan pada hari Senin ...