Survei: Kekhawatiran pada Ekstremisme Islam Meningkat Di Timur Tengah
WASHINGTON, SATUHARAPAN.COM – Serangan dengan kekerasan yang terjadi pada perang sipil dengan bom bunuh diri yang mewabah Timur Tengah, Afrika dan Asia Selatan, telah meningkatkan kekhawatiran pada ekstremisme Islam. Namun kekhawatiran itu justru menurun di Indonesia.
Sebuah survei yang dipublikasikan pada Selasa (1/7) dari 14 ribu lebih responden di 14 negara dengan mayoritas pendudukan Muslim menunjukkan kekhawatiran yang tinggi di negara-negara dengan populasi Muslim yang cukup besar, terutama di Timur Tengah.
Di Timur Tengah, kekhawatiran itu tumbuh di wilayah Lebanon, Tunisia, Mesir, Yordania dan Turki. Penduduk menunjukkan lebih khawatir tentang ancaman ekstremis daripada kondisi tahun lalu. Demikian survei yang dilakukan Pew Research Center yang berbasis di Washington DC, Amerika Serikat.
Sementara itu, publik memiliki pendapat yang sangat negatif terhadap kelompok-kelompok ekstremis yang terkenal, seperti Al-Qaeda, Hamas dan Hizbullah.
Di Nigeria, sebagian besar responden, baik Muslim maupun Kristen, memiliki pandangan yang tidak menguntungkan dari Boko Haram, kelompok teroris yang baru-baru ini menculik ratusan gadis di wilayah utara yang bergolak. Sedangkan mayoritas rakyat Pakistan memiliki pandangan yang tidak menguntungkan bagi Taliban.
Namun hasil survey itu juga menunjukkan bahwa sebagian Muslim di sebagian besar negara yang disurvei mengatakan bahwa bom bunuh diri sering atau kadang-kadang dapat dibenarkan dengan sasaran sipil untuk membela Islam dari musuh-musuhnya. Dan dukungan untuk taktik tersebut diberikan di banyak negara selama dekade terakhir. Namun, di beberapa negara mengatakan bahwa bom bunuh diri dapat dibenarkan.
Survei Pew Research Center itu dilakukan di antara 14.244 responden di 14 negara dengan populasi Muslim yang signifikan pada 10 April - 25 Mei 2014. Namun hasil survei itu tidak menyebutkan tentang Negara Islam Irak dan Suriah (ISIS), karena survei dilakukan sebelum serangan militant itu di Mosul dan daerah lain Irak.
Di Lebanon, yang berbagi perbatasan yang cukup panjang dengan Suriah yang dirundung konflik, hasil survei menunjukkan 92 persen masyarakat khawatir tentang ekstrimisme Islam, naik 11 poin dari angka sudah tinggi (81 persen) pada tahun 2013. Warga Kristen Lebanon (95 persen), Muslim Syiah (95 persen) dan Muslim Sunni (86 persen).
Delapan dari sepuluh warga di Tunisia mengungkapkan kecemasan tentang ekstrimisme di negara mereka, naik dari 71 persen pada 2013 dan 65 persen pada tahun 2012. Tiga perempat (75 persen) warga Mesir juga prihatin, sedikit meningkat dari 69 persen yang diukur pada tahun 2013.
Di wilayah Palestina, 65 persen warganya khawatir tentang ekstremisme, dengan kekhawatiran yang jauh lebih besar di Jalur Gaza (79 persen) daripada di Tepi Barat (57 persen).
Di Asia
Di Asia, kekhawatiran pada ekstremis Islam meningkat di Bangladesh (69 persen), Pakistan (66 persen) dan Malaysia (63 persen). Namun, di Indonesia, hanya sekitar empat dari sepuluh orang (39 persen) yang khawatir terhadap ekstremisme Isla, turun dari dari 48 persen pada tahun 2013.
Di Afrika, kondisinya agak berbeda. Di Nigeria, 72 persen dari masyarakatnya yang prihatin ekstrimisme Islam, sama dengan tujuh dari sepuluh orang yang mengatakan hal ini dalam survei tahun lalu, sebelum terjadinya serangkaian serangan teroris dan penculikan di provinsi-provinsi utara. Baik warga Muslim (76 persen) dan Kristen (69 persen) yang menyatakan tingkat kekhawatiran yang tinggi.
Namun di Senegal, tingkat kekhawatiranpada ekstremisme Islam turun menjadi 46 persen dari angka 75 persen pada tahun 2013, ketika kerusuhan di negara tetangga, Mali, menyebabkan kekhawatiran tentang ekstremis akanmelintasi perbatasan.
Korban Pelecehan Desak Vatikan Globalkan Kebijakan Tanpa Tol...
ROMA, SATUHARAPAN.COM-Korban pelecehan seksual oleh pastor Katolik mendesak Vatikan pada hari Senin ...