Survei: Warga Afganistan Makin Khawatir Keselamatan
KABUL, SATUHARAPAN.COM – Warga Afghanistan semakin khawatir akan keselamatan mereka, dan itu adalah kondisi paling parah dalam satu dekade terakhir, menurut sebuah survei tahunan yang diterbitkan hari Selasa (17/11).
Survei itu juga menemukan bahwa kepercayaan kepada pemerintah berada pada titik terendah sejak pemilihan umum terakhir dimana Ashraf Ghani terpilih menjadi presiden.
Sebanyak 67,4 persen warga Afghanistan mengatakan bahwa mereka khawatir tentang kesejahteraan mereka setiap saat, sering, atau kadang-kadang. Ini adalah angka tertinggi sejak survei dilakukan pada tahun 2004.
Hanya sekitar sepertiga dari warga Afganistan yang diwawancarai dalam survei oleh Asia Foundation yang percaya bahwa negara mereka "bergerak ke arah yang benar." Angka ini turun lebih dari setengah dibandingkan survei tahun 2014, dan 58 persen yang masih percaya pada tahun 2013.
Tahun 2013 merupakan tahun rekor untuk optimisme di negara itu, yang dilanda perang begitu lama, dan terus berlanjut dengan pertempuran antara pasukan pemerintah yang didukung asing melawan kelompok pemberontak Taliban sejak tahun 2001.
Tidak Aman
Sebanyak 57,5 ââpersen warga Afghanistan mengatakan bahwa negara mereka tidak membaik. Mereka menyebutkan masalah ketidakamanan, pengangguran dan korupsi sebagai momok utama yang mengganggu masyarakat Afghanistan.
Optimisme tentang masa depan yang tertinggi terlihat di provinsi bagian selatan, Helmand, yang juga merupakan benteng kelompok Taliban. Sementara yang terendah ada di Kabul, menurut survei itu.
Pengeboman, penculikan, pengangguran dan pembangunan ekonomi yang gagal adalah yang paling sering disebut sebagai faktor sehingga banyak warga Afghanistan ingin bermigrasi, secara legal atau ilegal, ke Eropa.
Afghanistan adalah negara terbesar kedua asal pengungsi setelah Suriah, di mana mereka berusaha bermigrasi ke Eropa, bahkan dengan bantuan perdagangan manusia.
"Survei tahun ini menunjukkan bahwa optimisme Afghanistan tentang keseluruhan arah masa depan negara itu telah jatuh ke titik terendah dalam satu dekade. Sebelumnya optimisme meningkat sampai tahun 2014," menurut Asia Foundation.
Lembaga itu menyoroti sikap skeptis yang terjadi dalam pemerintahan Presiden Ashraf Ghani. Survei berlangsung pada bulan Juni, dengan mewawancarai 9.586 warga Afghanistan dari 14 etnis yang berbeda di 34 provinsi. Margin of error adalah 1,6 persen, menurut penyelenggara.
Survei itu dilakukan di tengah-tengah gelombang pertempuran panjang melawan Taliban pada musim semi dan musim panas, yang merenggut nyawa ribuan personel keamanan. Namun dilakukan sebelum serangan singkat para pemberontak dari Kunduz utara, dan kemenangan terbesar pihak militer sejak pemberontakan dimulai. (AFP)
Jaga Imun Tubuh Atasi Tuberkulosis
JAKARTA, SATUHARAPAN.COM - Dokter Spesialis Paru RSPI Bintaro, Dr dr Raden Rara Diah Handayani, Sp.P...